Sempat Berguguran, Deretan Saham Ini Berhasil Rebound Usai Market Crash / by CRM Team

Stockbit sebelumnya sudah mengulas tentang market crash yang pernah terjadi dalam 25 tahun terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pernah rontok hingga puluhan persen, tapi selalu rebound dan naik hingga ratusan persen.

Dalam episode kedua ini, Stockbit akan mengulas pergerakan beberapa saham-saham big caps yang jatuh saat market crash, tapi berhasil rebound (bangkit) dan naik ratusan hingga ribuan persen. 

Beberapa saham tak melemah sedalam IHSG selama market crash 2008, seperti BBCA (-45%), TLKM (-43%), dan UNVR (-15%). Bahkan saat IHSG rebound dan naik +407% dari Oktober 2008 sampai April 2015, banyak saham yang melaju lebih kencang dibandingkan IHSG, seperti BBCA (+680%), ASII (+1.154%), dan BBNI (+1.751%). Saham-saham big caps dengan fundamental yang baik biasanya akan diapresiasi oleh market dengan kenaikan yang lebih kencang dibandingkan IHSG.

Berbeda dengan kondisi ketika terjadi market crash di tahun 2015. Beberapa saham tak melemah sedalam IHSG, seperti BBCA (-18%), TLKM (-15%), dan UNVR (-19%). Bahkan Saat IHSG rebound dan naik +66% dari Oktober 2008 sampai April 2015, banyak saham yang melaju lebih kencang dibandingkan IHSG, seperti BBRI (+145%), BBNI (+168%), dan CPIN (+104%). Jika dilihat dari tabel di bawah, terdapat beberapa saham yang turun lebih dalam dari IHSG, sehingga situasi ini bisa menjadi momentum untuk mencari saham dengan fundamental baik karena akan berpotensi rebound lebih kencang.

Sedangkan di tahun 2020, beberapa saham ikut melemah saat market crash, seperti BBCA (-39%), TLKM (-39%), INDF (-40%). Bahkan saat IHSG rebound dan naik +88% dari Maret 2020 sampai April 2022, banyak saham yang melaju lebih kencang dibandingkan IHSG, seperti BBNI (+218%), BMRI (+140%), dan ASII (+139%). Jika dilihat dari tabel di bawah, terdapat beberapa saham yang turun lebih dalam dari IHSG, sehingga situasi ini bisa menjadi momentum untuk mencari saham dengan fundamental baik karena akan berpotensi rebound lebih kencang.

Kesimpulannya, secara historis, selalu ada peluang untuk mendulang cuan ketika market crash terjadi. Dari beberapa grafik di atas terlihat jelas bahwa ada beberapa saham yang anjlok lebih dalam dari IHSG, tetapi saham-saham itu mampu rebound lebih kencang dibandingkan IHSG itu sendiri. 

Selain itu, terdapat beberapa saham yang melemah tapi tak sedalam IHSG saat market crash terjadi. Namun, ketika IHSG rebound, saham-saham tersebut juga naik bahkan melebihi pergerakan IHSG. Hal ini biasanya terjadi pada saham-saham big caps atau bluechip yang memiliki fundamental baik dan valuasi yang menarik. Artinya, investor bisa membeli saham yang harganya jatuh saat market crash dan berpotensi memperoleh keuntungan ketika rebound serta harganya kembali naik. 

Nantikan episode ketiga tentang kinerja keuangan emiten yang memiliki PER murah di tengah isu resesi.