Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan empat kali berturut-turut dari 3,5% pada Agustus 2022 menjadi 5,25% per November 2022 demi menekan inflasi di dalam negeri. Kebijakan ini dapat memberikan dampak positif sekaligus negatif bagi saham perbankan.
Meski ada plus minus atas kebijakan bunga acuan BI, tetapi penyaluran kredit nasional masih terus tumbuh sebesar 11,95% YoY pada Oktober 2022. Hal ini otomatis memberikan angin segar kepada perbankan.
Beberapa saham perbankan masih bergerak positif dalam tiga bulan terakhir. Berikut gambarannya.
Sejumlah pihak memproyeksi tren kenaikan suku bunga acuan BI masih berlangsung sampai semester I 2023. Artinya, suku bunga kredit perbankan berpotensi semakin mahal hingga tahun depan. Jika penyaluran kredit tetap tumbuh stabil, maka pendapatan bunga perbankan juga berpotensi akan meningkat.
Namun di sisi lain, jika penyaluran kredit melambat, maka dapat memberikan sentimen negatif terhadap perbankan. Pantau terus pergerakan saham perbankan di aplikasi Stockbit agar tak ketinggalan momentum. Ingat, investasi rutin menjadi kunci utama untuk mendapatkan return yang optimal.