PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) adalah bank syariah nasional terbesar di Indonesia yang merupakan hasil penggabungan (merger) tiga bank syariah BUMN, yakni PT Bank BRI Syariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT Bank BNI Syariah. Bagaimana profil, segmen usaha, dan perbandingan performa harga saham BRIS hari ini dengan bank syariah lainnya? Simak di bawah ini.
Sejarah dan Profil Bank Syariah Indonesia (BRIS)
Sejarah
Sebelum digabung menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI), PT Bank BRI Syariah dulunya merupakan PT Bank Djasa Arta yang didirikan pada 3 April 1969 dan bergerak di bidang usaha jasa perbankan konvensional.
Pada 19 Desember 2007, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengakuisisi PT Bank Djasa Arta dengan nilai akuisisi lebih dari Rp60 miliar. Akuisisi tersebut dimaksudkan untuk memindahkan seluruh unit usaha syariah BRI ke bank yang diakuisisi sehingga BRI bisa punya bank sendiri yang sepenuhnya beroperasi sesuai prinsip syariah, dimana pada 17 November 2008 bank ini resmi beroperasi dengan nama baru PT Bank BRI Syariah.
Satu dekade berselang, tepatnya pada tanggal 9 Mei 2018, PT Bank BRI Syariah resmi melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai nominal Rp510 per lembar saham. Aksi IPO ini otomatis membuat status BRI Syariah berubah menjadi perseroan terbuka yang sahamnya bebas diperjualbelikan di pasar modal dengan kode saham BRIS.
Terbentuknya Bank Syariah Indonesia (BSI)
Melihat potensi industri keuangan syariah Indonesia yang sangat besar namun belum termaksimalkan dengan baik, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara memutuskan untuk menggabungkan tiga bank syariah himpunan bank milik negara (himbara), yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah, menjadi satu entitas saja bernama Bank Syariah Indonesia (BSI).
Merger ketiga bank syariah tersebut menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk resmi berlaku secara efektif per 1 Februari 2021. Adapun untuk perdagangan efek PT Bank Syariah Indonesia Tbk di BEI masih tetap menggunakan kode BRIS sama seperti dulu.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru, komposisi pemegang saham Bank Syariah Indonesia terdiri dari PT Bank Mandiri Tbk sebesar 50.83%, PT Bank Negara Indonesia Tbk sebesar 24.85%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 17.25%, dan sisa 7.07% sahamnya dimiliki oleh publik.
Tujuan utama dilakukannya merger bank syariah BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) adalah untuk menyatukan kelebihan dari masing-masing bank syariah sehingga dapat menghadirkan layanan perbankan syariah yang lebih lengkap bagi masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas dan kapasitas permodalan yang lebih kuat.
Strategi Bank Syariah Indonesia Pasca Merger
Usai merger menjadi Bank Syariah Indonesia, manajemen BSI telah melakukan sejumlah langkah strategis, khususnya di bagian operasional dan jaringan, pendanaan dan pembiayaan, digital dan TI, branding dan komunikasi, dan manajemen risiko, untuk memastikan kelancaran operasional BSI di masa yang akan datang.
Kedepannya, berdasarkan dokumen presentasi perseroan yang terbaru, PT Bank Syariah Indonesia Tbk akan fokus mewujudkan 3 (tiga) target BSI pada tahun 2025, yaitu memiliki total aset lebih dari Rp 500 triliun, mempunyai total 30-40 juta nasabah, dan memiliki rasio ROE (Return on Equity) lebih dari 18%.
Digitalisasi proses perbankan dan peningkatan pemberdayaan ekosistem muslim yang lebih menyeluruh merupakan dua diantara lima strategi yang akan diterapkan oleh Bank Syariah Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut.
Perbandingan performa harga saham BRIS dengan bank syariah lain
Dalam kurun waktu setahun terakhir, saham BRIS berhasil mencatatkan kinerja yang sangat baik dengan kenaikan harga saham mencapai 71.31% dari sebelumnya di harga Rp1.220 pada 9 November 2020 menjadi Rp2.090 per lembar saham per tanggal 8 November 2021.
Jika dibandingkan dengan dua saham bank syariah lainnya di BEI seperti PT Bank BTPN Syariah (BTPS) dan PT Bank Panin Dubai Syariah (PNBS), kinerja saham BRIS tampak jauh lebih unggul dengan selisih persentase 30.13% dan 70.8%.
Ketika membandingkan performa harga saham ketiganya dalam 5 tahun, terbukti BRIS juga tetap unggul dibandingkan saham BTPS dan PNBS dengan kenaikan harga saham sebesar 2.8 kali. Jauh di atas raihan kinerja saham BTPS dan PNBS yang hanya naik 160% dan 14% dalam lima tahun terakhir.
Dengan total aset lebih dari Rp 214 triliun, Bank Syariah Indonesia memiliki keunggulan dari segi total aset yang jauh di atas bank kompetitor. Hal ini tentunya memungkinkan BSI dapat menjangkau lebih banyak kalangan nasabah dan membantu pencapaian target BSI.
Saham BRIS, layakkah dikoleksi?
Selain melihat performa harga saham BRIS selama periode tertentu, investor juga disarankan untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap saham BRIS sebelum memutuskan untuk membeli.
Dalam menganalisis saham BRIS, kamu bisa memakai teknik analisa saham secara fundamental lewat analisis rasio keuangan seperti ROE (Return on Equity), PER (Price Earning Ratio), dan EPS (Earning Per Share) ataupun secara teknikal dengan membaca grafik pergerakan harga saham.
Investasi saham lebih mudah pakai aplikasi Stockbit dengan fitur analisis saham yang lengkap. Download aplikasi Stockbit dan coba semua fiturnya secara gratis!