Investasi saham merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kekayaan dan mencari penghasilan di pasar modal. Dengan berinvestasi saham, kamu bisa menjadi salah satu pemilik perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia (BEI) serta berhak atas klaim aset dan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Investasi saham memang berpotensi menguntungkan, tetapi juga memiliki sejumlah risiko yang tidak boleh kamu abaikan. Misalnya, risiko kerugian nilai investasi akibat penurunan harga saham, risiko likuiditas, hingga kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu, investor perlu memilih saham yang baik untuk investasi dengan memperhatikan sejumlah kriteria tertentu yang akan dijelaskan lebih lanjut pada artikel berikut ini.
Apa itu Investasi Saham?
Sebelum membahas kriteria saham seperti apa yang baik untuk investasi, mari kita pahami dulu apa itu investasi saham. Investasi saham dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam bentuk penyertaan dana oleh seseorang atau badan usaha di suatu perusahaan. Ketika seseorang atau badan usaha membeli saham perusahaan, mereka otomatis menjadi memiliki klaim atas aset dan keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, serta berhak untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Investasi saham sendiri memiliki sejumlah keuntungan dan risiko yang wajib diketahui. Keuntungan investasi saham adalah berpotensi mendapat capital gain yang diperoleh dari kenaikan nilai investasi dan dividen yang biasanya dibagikan secara rutin kepada pemegang saham. Sementara risiko investasi saham antara lain, risiko capital loss atau rugi akibat penurunan nilai investasi saham, risiko suspensi saham, hingga risiko kebangkrutan perusahaan.
Investasi saham bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui pasar primer atau pasar sekunder. Pasar primer adalah pasar tempat perusahaan menjual sahamnya untuk pertama kali kepada publik, biasanya melalui penawaran umum perdana (IPO). Pasar sekunder adalah pasar tempat investor menjual dan membeli saham yang sudah terdaftar di bursa efek, seperti Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pembelian saham, baik di pasar primer maupun sekunder dapat dilakukan oleh siapa saja lewat sekuritas yang sudah resmi terdaftar di OJK. Beberapa sekuritas bahkan sudah menyediakan aplikasi untuk memudahkan investor dalam melakukan jual beli saham secara online. Contohnya, Stockbit Sekuritas dengan aplikasi saham Stockbit yang bisa kamu download di App Store dan Google Play.
Kriteria Rasio Valuasi Saham yang Baik untuk Investasi
Salah satu cara untuk menilai kelayakan investasi saham adalah dengan menggunakan rasio valuasi saham. Rasio valuasi saham adalah alat ukur yang digunakan untuk membandingkan harga saham dengan nilai intrinsiknya atau nilai wajarnya.
Dengan menghitung rasio valuasi dari suatu saham, kamu dapat menentukan sendiri apakah harga suatu tergolong wajar (fair valued), murah (undervalued), atau sudah terlalu mahal (overvalued). Sehingga dengan begitu kamu bisa membuat keputusan apakah akan lanjut membeli saham tersebut atau tidak.
Dalam menghitung valuasi saham, biasanya investor menggunakan dua metode perhitungan, yaitu Price to Earnings Ratio dan Price to Book Value Ratio. Berikut penjelasannya:
Price to Earnings Ratio (PER)
Price to Earnings Ratio (PER) adalah rasio antara harga saham dengan laba bersih per lembar saham. PER menunjukkan berapa kali harga saham lebih besar dari laba bersih per lembar saham. Misalnya suatu saham memiliki PER 5,3 berarti saham tersebut sedang dijual 5,3 kali lipat dari laba per saham-nya. Jadi andaikan dalam satu tahun suatu perusahaan mampu mencetak laba Rp100 per saham, maka PER 5,3 menandakan bahwa saham sedang dijual di level Rp530 per lembar.
Semakin rendah PER, semakin murah harga saham dibandingkan dengan labanya. Dalam menilai tinggi rendahnya PER, kamu perlu membandingkannya dengan rata-rata PER emiten secara historis atau dengan PER emiten lain di sektor yang sama.
Price to Book Value Ratio (PBV)
Price to Book Value Ratio (PBV) adalah rasio antara harga saham dengan nilai buku per lembar saham. Nilai buku adalah selisih antara aset dan kewajiban perusahaan. PBV menunjukkan berapa kali harga saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin rendah PBV, semakin murah harga saham dibandingkan dengan nilai bukunya. Idealnya, saham yang baik untuk investasi memiliki nilai PBV <1.
Contoh, saham dengan PBV 0,56 berarti saham memiliki harga pasar yang setara dengan 56% dari nilai buku per lembar sahamnya. Dengan kata lain, saham sedang dijual murah relatif terhadap nilai buku perusahaan.
Kamu dapat menganalisa PBV dengan lebih akurat jika kamu membandingkan nilai PBV emiten secara historis dan dengan nilai PBV emiten lain di sektor serupa.
Pilih Saham Berfundamental Baik
Untuk menemukan calon saham yang baik untuk investasi, tidak cukup hanya mengandalkan perhitungan rasio valuasi saham saja. Tetapi juga perlu mempertimbangkan faktor fundamental dari suatu perusahaan yang bisa dilihat dari kinerja laporan keuangannya, kualitas manajemen, dan berita terkait perusahaan.
Saham berfundamental baik adalah saham yang berasal dari perusahaan dengan tata kelola yang baik, terbukan, serta memiliki kinerja keuangan dan operasional yang baik dan stabil. Beberapa indikator fundamental perusahaan yang dapat kamu perhatikan antara lain:
Laba Bersih
Laba bersih menunjukkan keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan setelah mengurangi semua biaya dan pajak. Saham berfundamental baik biasanya memiliki laba bersih yang meningkat dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan Pendapatan
Perusahaan dengan fundamental baik biasanya memiliki pendapatan yang terus bertumbuh. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten menunjukkan bahwa perusahaan mampu meningkatkan penjualan produk atau jasa mereka dari waktu ke waktu.
Dalam mengecek pertumbuhan pendapatan, kamu dapat menggunakan metrik revenue growth untuk periode yang ingin dicek. Misal, pada kuartal I 2023, perusahaan A mencatat revenue growth sebesar 10% secara kuartalan (quarter-on-quarter/qoq) dan 15% secara tahunan (year-on-year/yoy). Ini berarti pada kuartal I 2023, pendapatan perusahaan telah bertumbuh 10% jika dibandingkan dengan pendapatan perusahaan pada kuartal IV 2022 dan bertumbuh sebesar 15% jika dibandingkan dengan pendapatan perusahaan pada kuartal I 2022.
Pertumbuhan Laba
Selain pertumbuhan pendapatan, pertumbuhan laba yang konsisten juga merupakan indikator penting. Pertumbuhan laba yang stabil menunjukkan efisiensi operasional dan potensi keuntungan yang lebih besar bagi investor. Biasanya ini ditunjukkan lewat indikator earning per share (EPS) dan return on equity (ROE) yang terus meningkat.
Selain dua indikator tersebut, kamu juga bisa mengecek pertumbuhan laba perusahaan lewat indikator Net Income Growth. Sama seperti sebelumnya, indikator ini dapat disesuaikan dengan periode yang kamu pilih. Bisa secara kuartalan (QoQ), secara tahunan (YoY), atau dalam 1 tahun kalender (Year to Date).
Contoh, pada kuartal I 2023, perusahaan A mencatat Net Income Growth sebesar 20% secara tahunan. Jika pada kuartal I 2022 total laba yang dihasilkan perusahaan adalah Rp100 miliar, maka Net Income Growth 20% menandakan bahwa pada kuartal I 2023 total laba yang berhasil diraup perusahaan adalah sekitar Rp120 miliar.
Struktur Modal
Struktur modal menggambarkan bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya, termasuk sumber pendanaan yang digunakan. Dalam memilih saham yang berfundamental baik, penting untuk memperhatikan struktur modal perusahaan. Secara umum, struktur modal perusahaan terdiri atas modal hutang dan modal ekuitas.
Modal utang adalah modal yang harus dibayar kembali oleh perusahaan ditambah dengan bunga, contoh seperti pinjaman bank dan obligasi. Sementara, modal ekuitas adalah modal yang tidak perlu dibayar kembali seperti saham biasa dan saham preferen. Saham biasa adalah saham yang umum diperjualbelikan di pasar modal. Sedangkan saham preferen merupakan gabungan antara obligasi dan saham biasa yang menghasilkan pendapatan tetap bagi pemegang sahamnya.
Berkaitan dengan struktur modal perusahaan, rasio utang terhadap ekuitas (Dijelaskan di bagian bawah) adalah rasio yang penting untuk menganalisa baik atau tidaknya fundamental perusahaan.
Rasio Utang
Rasio utang mengukur jumlah utang perusahaan dibandingkan dengan modalnya. Saham berfundamental baik cenderung memiliki rasio utang yang rendah, menandakan stabilitas keuangan perusahaan dan kemampuan untuk mengelola kewajiban finansialnya dengan baik. Umumnya, perusahaan dengan fundamental yang baik memiliki rasio Debt to Equity (DER) kurang dari 1 (kecuali untuk sektor perbankan dan konstruksi).
Contoh, perusahaan dengan DER 0,56 berarti perusahaan memiliki utang yang totalnya setara 56% dari ekuitas perusahaan. Jadi, kalau ekuitas perusahaan Rp100 miliar, maka DER 0,56 menunjukkan bahwa utang perusahaan hanya sebesar Rp56 miliar.
Manajemen yang Kompeten
Kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola operasional dan strategi bisnis juga berperan penting. Mencari perusahaan dengan tim manajemen yang berpengalaman dan memiliki rekam jejak yang sukses dapat menjadi pertimbangan penting sebab pada akhirnya kinerja perusahaan akan sangat ditentukan oleh manajemen yang menahkodainya.
Temukan Saham Pilihan Kamu dengan Mudah lewat Screener
Demikian penjelasan tentang beberapa kriteria saham yang baik untuk investasi. Dalam berinvestasi, kamu dapat menghemat waktu kamu dalam mencari saham dengan kriteria yang telah kamu tentukan. Kamu dapat menggunakan fitur Screener di Stockbit Sekuritas untuk menyaring saham terbaik secara cepat. Selain itu, jika kamu ingin belajar saham lebih lanjut, Stockbit juga punya fitur Stockbit Academy yang menyajikan berbagai materi berkualitas seputar investasi saham yang bisa kamu pelajari secara gratis kapan saja.