Halo Stockbitor,
Third quarter of 2021 is dawning upon us. Banyak hal yang telah terjadi selama kuartal ketiga tahun 2021, dari menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia, harga batu bara menyentuh level tertinggi di harga 260 dolar AS, dan turunnya harga PCR hingga 275 ribu rupiah.
Di pasar saham domestik Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di kisaran 6100 - 6.600an.
Tapi sebenernya, gimana sih performa perusahaan-perusahaan di BEI selama Q3 2021 ini? Di kesempatan kali ini, kita bakal bahas performa perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor. So, stay tune Stockbitor!
🏦 Sektor Bank Dan Finance
Bank menghimpun dana dari orang yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan dana itu dalam bentuk kredit ke orang yang membutuhkan.
Dan pendapatan utama dari bank juga didapat dari selisih itu, walau bank juga mendapat fee dari layanan yang diberikannya.
🏛 4 Bank Besar
Berikut adalah data performa 4 bank besar di Indonesia sepanjang 8M21:
Performa bank selama 8 bulan pertama tahun 2021 (8M21) membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Hal ini terlihat dari:
Keuntungan bunga bersih (net interest income) yang meningkat pada seluruh 4 bank terbesar di Indonesia ($BBCA +3,5%; $BMRI +12,4%; $BBRI +32,3%; $BBNI +17,2%)
Jumlah kredit yang disalurkan bank juga meningkat (BBCA +2,9%; BMRI +8,1%; BBRI +6,2%; BBNI +2,0%)
Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun bank juga cenderung meningkat ( BBCA +17,6%; BMRI +8,0%; BBRI +7,1%; BBNI -2,0%)
$BBCA
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), Bank BCA mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$BBCA: Laba bersih BCA tumbuh menjadi 8,7 triliun rupiah pada Q3 2021 atau tumbuh 12,2% (YoY). Hal ini didorong oleh penyaluran kredit baru yang naik 13,8% secara tahunan (YoY). Dari sisi pendanaan, dana giro dan tabungan (CASA) juga tumbuh 21,0% YoY hingga akhir September 2021.
Secara kumulatif pada 9M21, laba perusahaan meningkat 15,8% dari 20 triliun rupiah menjadi 23,2 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan Net Interest Income (NII) menjadi 42,2 triliun rupiah (+3,3% YoY), dimana penurunan beban bunga sebesar -16,3% YoY dapat mengantisipasi penurunan pendapatan bunga sebesar -0,1% YoY. (IDX)
$BJBR: Bank BJB mencetak laba bersih sebesar 497,1 miliar rupiah pada Q3 2021, tumbuh 26,6% YoY dibanding laba bersih 392,8 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh kenaikan Net Interest Income (NII) menjadi 1,97 triliun rupiah (+17,9% YoY), yang berasal dari penurunan beban bunga sebesar -22,7% YoY dan peningkatan pendapatan bunga sebesar +2,0% YoY.
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik dari 1,20 triliun rupiah menjadi 1,42 triliun rupiah (+18,2% YoY). Hal ini didorong oleh kenaikan Net Interest Income (NII) dari 4,75 triliun rupiah menjadi 5,67 triliun rupiah (+19,3% YoY) dari peningkatan Net Interest Margin (NIM) dari 5,5% menjadi 5,7%. (IDX)
$BDMN: Bank Danamon mengalami penurunan laba bersih, dari 631,6 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi 411,2 miliar rupiah pada Q3 2021, atau turun -34,9% YoY.
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan turun dari 1,48 triliun rupiah menjadi 1,41 triliun rupiah (-4,6% YoY). Hal ini didorong oleh penurunan Net Interest Income (NII) -0,4% YoY dan juga penurunan Non-Interest Income sebesar -21,7% YoY. (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa bank swasta mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$BNLI: Laba Bersih Bank Permata meningkat +204,3% menjadi sebesar 192,6 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 63,3 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bersih bunga & syariah menjadi 1,8 triliun rupiah (+28,9% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +93,5% YoY dari 429,8 miliar rupiah menjadi 831,4 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bersih bunga & syariah dari menjadi 5,7 triliun rupiah (+28,1% YoY). Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana Rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) turun dari 92,0% menjadi 88,3%. (IDX)
$MEGA: Laba Bersih Bank Mega meningkat +66,2% menjadi sebesar 967,8 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 582,5 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih menjadi 1,3 triliun rupiah (+27,1% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +43,4% YoY dari 1,8 triliun rupiah menjadi 2,5 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih menjadi 3,7 triliun rupiah (+24,7% YoY). Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana Rasio CIR (Cost to Income Ratio) turun dari 50,3% menjadi 41,7%. (IDX)
Selama Q3 2021, grup BTPN mengalami perubahan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$BTPN: Laba Bersih Bank BTPN turun -5,3% menjadi sebesar 405,2 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 427,7 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan bunga & syariah menjadi 3,6 triliun rupiah (-9,2% YoY).
Namun, secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +32,5% YoY dari 1,5 triliun rupiah menjadi 2,0 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan Net Interest Income (NII) menjadi 8,3 triliun rupiah (+4,8% YoY), hasil dari peningkatan Net Interest Margin (NIM) dari 6,08% menjadi 6,63%. (IDX)
$BTPS: Laba Bersih Bank BTPN Syariah naik +226,8% menjadi sebesar 326,3 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 99,8 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan operasional bersih menjadi 416,9 miliar rupiah (+223,1% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +116,4% YoY dari 506,5 miliar rupiah menjadi 1,1 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan usaha (termasuk pembiayaan musyarakah dan murabahah) +16,8% YoY. Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana Rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) turun dari 77,2% menjadi 59,1%. (IDX)
🤖 Bank Digital
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), Performa beberapa bank digital yaitu, Bank Jago dan Allo Bank membaik apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ARTO: Bank Jago mencetak laba bersih sebesar 14,2 miliar rupiah pada Q3 2021 dibanding rugi bersih 54,8 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan Net Interest Income (NII), yang naik 996,1% YoY dari 16,3 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi 178,5 miliar rupiah pada Q3 2021.
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih ARTO membaik dari 105,7 miliar rupiah menjadi 32,6 miliar rupiah (+69,2% YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga menjadi 355,5 miliar rupiah (478,3% YoY).
Net interest margin (NIM) meningkat menjadi 6,1%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4% yang berasal dari peningkatan rasio dana murah (CASA) menjadi 38,7%, dari 22,7% pada tahun lalu. (IDX)$BBHI: Laba bersih Allo Bank tumbuh menjadi 62,8 miliar rupiah pada Q3 2021 atau tumbuh 304,3% (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pinjaman yang diberikan, yang naik 51,5% (YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan naik dari 48,4 miliar rupiah menjadi 85,7 miliar rupiah (+77,2% YoY). Hal ini didorong oleh kenaikan Net Interest Income (NII) dari 36,4 miliar rupiah menjadi 131,6 miliar rupiah (+261,5%), yang didorong dari peningkatan pendapatan bunga menjadi 245,7 miliar rupiah (+98,6%). (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa bank BUMN mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$BBTN: Laba bersih Bank Tabungan Negara (BTN) meningkat +69,0% YoY menjadi 595,3 miliar rupiah pada Q3 2021 dibanding laba bersih 352,2 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan operasional bersih menjadi 836,1 miliar rupiah (+78,5% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +35,3% YoY dari 1,12 triliun rupiah menjadi 1,52 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bersih bunga dan syariah menjadi 8,7 triliun rupiah (+30,2% YoY). Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana Rasio CIR (Cost to Income Ratio) turun dari 55,72% menjadi 51,17%. (IDX)
$BRIS: Laba bersih Bank Syariah Indonesia (BSI) meningkat +42,5% YoY menjadi 776,8 miliar rupiah pada Q3 2021 dibanding laba bersih 545,0 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan laba usaha menjadi 1 triliun rupiah (+38,2% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +37,0% YoY dari 1,65 triliun rupiah menjadi 2,26 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bersih bagi hasil menjadi 9,9 triliun rupiah (+14,2% YoY). Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) turun dari 84,47% menjadi 79,84%. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan bank swasta mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$BNGA: Laba Bersih Bank CIMB Niaga meningkat +751,2% menjadi sebesar 1,0 triliun rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 119,6 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan operasional bersih menjadi 1,3 triliun rupiah (+265,0% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +69,0% YoY dari 1,9 triliun rupiah menjadi 3,2 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bersih bunga & syariah menjadi 9,9 triliun rupiah (+6,8% YoY). Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana Rasio CIR (Cost to Income Ratio) turun dari 48,9% menjadi 45,3%. (IDX)
$BNII: Laba Bersih Bank Maybank Indonesia meningkat +90,7% menjadi sebesar 552 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 289,4 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bersih bunga & syariah menjadi 1,9 triliun rupiah (+12,7% YoY).
Namun, secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan turun -3,3% YoY dari 1,1 triliun rupiah menjadi 1,06 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan bersih bunga & syariah menjadi 5,35 triliun rupiah (-4,7% YoY) akibat penurunan pendapatan bunga & syariah menjadi 8,2 triliun rupiah (-17,3% YoY). (IDX)
💰Multifinance
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), perusahaan di sektor multifinance mengalami penurunan pendapatan apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ADMF: Laba bersih Adira Finance tumbuh +28,8% YoY menjadi 279,8 miliar rupiah pada Q3 2021. Walaupun pendapatan turun -21,2% YoY, peningkatan laba bersih ini didorong oleh efisiensi beban usaha yang menurun -14,9% YoY, sehingga laba usaha meningkat +23,8% YoY.
Meski begitu, secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih perusahaan turun -7,5% YoY menjadi 753,3 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh pendapatan yang turun -12,7% YoY menjadi 6,3 triliun rupiah, sehingga laba usaha turun -11,8% YoY. Penurunan ini terutama didorong oleh pendapatan dari consumer financing yang turun -21,0% YoY. (IDX)
$BFIN: Laba bersih BFI Finance tumbuh +63,7% YoY menjadi 308,7 miliar rupiah pada Q3 2021. Walaupun Pendapatan turun -5,8% YoY, peningkatan laba bersih ini didorong oleh efisiensi beban usaha yang menurun -24,7% YoY.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +52,9% YoY menjadi 796,1 miliar rupiah. Meski pendapatan turun -15,4% YoY menjadi 3 triliun rupiah, laba sebelum pajak meningkat +51,1% YoY menjadi 999,7 miliar rupiah akibat efisiensi beban usaha yang turun 30,9% YoY. Penurunan beban usaha ini terutama didorong oleh penurunan beban cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN atau Provisi) yang turun 64,3% YoY menjadi 294,1 miliar rupiah dibanding 824,6 miliar rupiah pada periode sama tahun lalu. (IDX)
$WOMF: Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance) mencetak laba bersih sebesar 25,8 miliar rupiah pada Q3 2021, berbalik dari rugi bersih sebesar 1 miliar rupiah pada Q3 2020. Walaupun pendapatan turun -9,3% YoY, peningkatan performa WOM Finance didorong oleh efisiensi beban pendanaan dan keuangan (financing costs & charges) yang turun 43,1% YoY, sehingga laba sebelum pajak meningkat +231,9% YoY menjadi 33,3 miliar rupiah.
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +34,5% YoY menjadi 75,6 miliar rupiah. Meskipun pendapatan turun -26,4% YoY menjadi 1,15 triliun rupiah, laba sebelum pajak meningkat +13,1% YoY akibat efisiensi beban pendanaan dan keuangan (financing costs & charges) yang turun 45,6% YoY. Penurunan pendapatan terutama berasal dari segmen “pembiayaan konsumen, modal usaha, dan sewa pembiayaan” yang turun -28,5% YoY. (IDX)
Selama Q3 2021, emiten perbankan mengalami perubahan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$PNBN: Laba Bersih Bank Pan Indonesia (Panin) turun -16,2% menjadi sebesar 849,8 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 1 triliun rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh turunnya laba operasional menjadi 1,1 triliun rupiah (-15,7% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan turun -2,4% YoY dari 2,31 triliun rupiah menjadi 2,26 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan beban provisi menjadi 2,9 triliun rupiah (+62,7% YoY) yang menyebabkan laba operasional turun -1,8% YoY. (IDX)
$BBKP: Rugi bersih Bank KB Bukopin membaik +53,0% menjadi sebesar rugi 523,5 rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding rugi bersih 1,1 triliun rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh rugi operasional bersih yang membaik menjadi rugi 612,1 miliar rupiah (+56,0% YoY) dibanding rugi operasional bersih 1,4 triliun rupiah pada periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih perusahaan membaik +65,9% YoY dari rugi 1,06 triliun rupiah menjadi rugi 361,0 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bersih bunga & syariah menjadi 611,2 miliar rupiah (+31,4% YoY). (IDX)
Selama Q3 2021, BPD Jawa Timur mengalami perubahan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$BJTM: Laba Bersih BPD Jawa Timur meningkat +16,0% menjadi sebesar 382 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 329,4 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bersih bunga dan syariah menjadi 1,15 triliun rupiah (+10,4% YoY).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +7,8% YoY dari 1,1 triliun rupiah menjadi 1,2 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bersih bunga & syariah menjadi 3,3 triliun rupiah (+9,3% YoY) yang didorong oleh peningkatan pendapatan bunga & syariah menjadi 4,9 triliun rupiah (+9,5% YoY). (IDX)
💊 Sektor Consumer Goods dan Farmasi
Perusahaan consumer goods dan farmasi biasanya menjual barang dengan mengandalkan kekuatan merek dagang yang dimilikinya. Biasanya, barang yang dijual adalah barang yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.
🚬 Rokok
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), performa perusahaan rokok HM Sampoerna dan Gudang Garam menurun apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$HMSP: Laba bersih HM Sampoerna tergerus 29,8% menjadi 1,42 triliun rupiah pada Q3 2021 (YoY). Hal ini disebabkan oleh kenaikan beban pita cukai sebesar +16% atau mencapai 16,7 triliun rupiah, lebih tinggi dari pertumbuhan penjualan sebesar +8% atau mencapai 24,9 triliun rupiah.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 5,6 triliun rupiah atau 19,6% lebih rendah dibandingkan 6,9 triliun rupiah pada 9M20. Lagi-lagi kenaikan beban pita cukai sebesar 14,3% menggerus laba meskipun penjualan masih tumbuh +7% atau mencapai 72,5 triliun rupiah. (IDX)
$GGRM: Gudang Garam membukukan laba bersih sebesar 1,8 triliun rupiah pada Q3 2021 atau terkoreksi tipis 0,1% (YoY), ditopang oleh beban operasional yang terkendali. Hal ini disebabkan penjualan Q3 sebesar 31,5 triliun rupiah atau tumbuh +5,9% tergerus oleh kenaikan beban cukai sebesar 24,4 triliun rupiah (+7% ).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 4,1 triliun rupiah atau 26,8% lebih rendah dibandingkan 5,6 triliun rupiah pada 9M20. Beban cukai yang mencapai 70,2 triliun rupiah (+19,9%) menggerus laba meskipun penjualan tumbuh +10,4% menjadi 92,1 triliun rupiah. (IDX)
$SIDO: Laba bersih Sido Muncul tumbuh +60,1% (YoY) dari 227 miliar rupiah menjadi 364 miliar rupiah pada Q3 2021. Kenaikan ini ditopang oleh pendapatan yang tumbuh +40,6% (YoY) menjadi 1,12 triliun rupiah.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih perseroan mencapai 866 miliar rupiah atau tumbuh +35,1% YoY. Hal ini didorong oleh pertumbuhan penjualan sebesar +23% YoY menjadi 2,8 triliun rupiah. Dengan efisiensi operasional yang baik, margin laba kotor terjaga di level 56,3% dan laba bersih di 31,2%.
Dilihat per segmen usaha, penjualan jamu herbal tumbuh 22,6% atau mencapai 1,8 triliun rupiah, disusul oleh penjualan makanan dan minuman sebesar 899 miliar rupiah (+24,5%) dan farmasi sebesar 109 miliar rupiah (+17,5%).
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), berikut adalah kinerja beberapa perusahaan produsen makanan dan minuman apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$GOOD: Garudafood Putra Putri Jaya mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar +34,9% YoY menjadi 112 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh penjualan yang mencapai 2,2 triliun rupiah (+19,6% YoY) dan penurunan beban administrasi (-22,5% YoY).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Garudafood mencapai 314 miliar rupiah atau tumbuh 48,1% YoY. Hal ini ditopang oleh kenaikan penjualan sebesar +10,9% YoY menjadi 6,4 triliun rupiah, efisiensi beban usaha (+1,8% YoY), dan penghasilan operasi lainnya yang mencapai 64 miliar rupiah (+312,9% YoY). (IDX)
$MYOR: Mayora Indah membukukan laba bersih sebesar 47 miliar rupiah pada Q3 2021, 92,3% lebih rendah dibandingkan 618 miliar rupiah pada Q3 2020. Hal ini disebabkan oleh kenaikan beban bahan baku sebesar +21,4% YoY menjadi 4,3 triliun rupiah, jauh lebih tinggi dari kenaikan penjualan sebesar +3,6% YoY atau mencapai 6,7 triliun rupiah.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Mayora mencapai 978 miliar rupiah atau terkoreksi 37,2% YoY. Lagi-lagi kenaikan bahan baku sebesar +28,3% YoY menjadi 11,7 triliun rupiah menggerus laba meskipun penjualan masih tumbuh +13,1% YoY menjadi 19,9 triliun rupiah. (IDX)
$ULTJ: Laba bersih Ultrajaya mencapai 250 miliar rupiah pada Q3 2021, 40,3% lebih rendah dibandingkan 419 miliar rupiah pada Q3 2020. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan beban keuangan mencapai 61 miliar rupiah, rugi selisih kurs 14 miliar rupiah (vs laba kurs 63 miliar pada Q3 2020), dan penurunan pendapatan lainnya menjadi 10 miliar rupiah (vs 95 miliar rupiah pada Q3 2020).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Ultrajaya mencapai 910 miliar rupiah (-6,5% YoY). Hal ini dipengaruhi oleh beban keuangan sebesar 185 miliar rupiah akibat penerbitan medium-term notes (MTN) sebesar 3 triliun rupiah pada November 2020. (IDX)
Group Indofood
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), perusahaan grup Indofood mengalami pertumbuhan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$INDF: Laba bersih Indofood Sukses Makmur melesat +117,2% YoY pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh penjualan yang tumbuh +31,6% YoY dan penurunan rugi selisih kurs (-173% YoY), meskipun beban pokok dan beban usaha juga tumbuh di kisaran 30%.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Indofood tumbuh +44,2% (YoY). Hal ini ditopang oleh kenaikan penjualan (+23,9%), terutama oleh bisnis produk konsumen (+25,6%) dan agribisnis (+36,2%), serta efisiensi beban usaha (+15,9%). (IDX)$ICBP: Laba bersih Indofood CBP Sukses Makmur melesat +199% YoY pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh penjualan yang tumbuh +32,9% YoY dan penurunan rugi selisih kurs (-188% YoY), meskipun beban pokok tumbuh lebih tinggi (+36,1% YoY) akibat kenaikan harga bahan baku.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Indofood CBP tumbuh +25,4% YoY. Hal ini ditopang oleh kenaikan penjualan sebesar (+25,7%) yang didorong oleh divisi mi instan (+34,5%), serta efisiensi beban usaha (+13,6% YoY). Namun, kenaikan laba untuk entitas induk dibatasi oleh besarnya bagian laba kepentingan non-pengendali yang naik +196,6% YoY dari 375 miliar rupiah menjadi 1,1 triliun rupiah. (IDX)
🍺 Minuman Beralkohol
Selama Q3 2021, perusahaan produsen minuman beralkohol mengalami kenaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020.
$MLBI: Laba bersih Multi Bintang Indonesia tumbuh +45,3% (YoY) pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+9,1%), penurunan beban pokok (-13,6%), adanya keuntungan pemulihan piutang usaha.
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba bersih Multi Bintang melonjak +169,3% (YoY) menjadi 412 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+29,5%), beban pokok dan beban usaha yang masing-masing tumbuh lebih rendah +10,5% dan +15,1%, dan adanya keuntungan pemulihan piutang usaha. (IDX)
$DLTA: Laba bersih Delta Djakarta tumbuh +32,1% (YoY) pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+18,3%), beban pokok yang tumbuh lebih rendah (+13,4%), dan penurunan beban usaha (-5,0%).
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba bersih Delta Djakarta melonjak +100,3% YoY menjadi 142 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+38,3%), serta beban pokok yang tumbuh lebih konservatif (+27,5%). Selain itu, beban penjualan mengalami penurunan sebesar -2,2%. (IDX)
Selama Q3 2021, perusahaan pembuat produk berbahan dasar susu (dairy) mengalami perbaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020.
$CAMP: Laba bersih produsen es krim Campina melonjak +297,4% YoY. Hal ini didorong oleh efisiensi beban pokok dan beban usaha yang masing-masing turun -13,8% dan -3,2%, sedangkan pendapatan hanya tumbuh +2,8%.
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba bersih Campina juga meningkat +256,6% YoY menjadi 81 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+6,9%), beban pokok yang tumbuh lebih rendah (+3,3%), dan penurunan beban usaha (-10,0%). (IDX)
$CMRY: Laba bersih produsen susu dan yoghurt Cimory melesat +358,9% YoY. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang tumbuh +124,8%, sedangkan beban pokok dan beban usaha masing-masing naik lebih rendah sebesar +94,3% dan +83,5%.
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba bersih Cimory melesat +550,5% YoY menjadi 605 miliar rupiah. Sama dengan Q3, laba kumulatif didorong oleh pendapatan yang tumbuh +119,0%, sedangkan beban pokok dan beban usaha masing-masing naik lebih rendah sebesar +83,4% dan +57,2%.
Dari segmen produk, pertumbuhan pendapatan ditopang oleh produk olahan susu (+124,6%) dan makanan konsumsi (+108,8%). (IDX)
Selama Q3 2021, Nippon Indosari Corpindo dan Mulia Boga Raya mengalami perbedaan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$ROTI: Laba bersih produsen Sari Roti tumbuh +146,0% YoY dari 36 miliar rupiah di Q3 2020 menjadi 88 miliar rupiah pada Q3 2021. Ini disebabkan oleh naiknya pendapatan (+14,6%), berkurangnya beban usaha (-12,8%) serta beban lain-lain (-80,5%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan meningkat +64,9% YoY dari 127 miliar rupiah menjadi 210 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh turunnya beban usaha (-13,6%), biaya keuangan (-37,3%), serta menghilangnya akun kerugian dari pelepasan entitas anak usaha yang ada di 9M20 sebesar 35 miliar rupiah. (IDX)$KEJU: Laba bersih Mulia Boga Raya, produsen keju Prochiz, terkoreksi -47,1% YoY. Hal ini didorong oleh pendapatan yang turun -9,4%, sedangkan beban usaha justru melonjak +89,1%.
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba Mulia Boga Raya turun -12,0% YoY menjadi 105 miliar rupiah. Sama dengan Q3, penurunan laba kumulatif didorong oleh kenaikan beban usaha (+56,9%), sedangkan pendapatan hanya tumbuh +7,0%.
Dari segmen produk, pertumbuhan pendapatan ditopang oleh produk keju blok (+5,2%) dan keju lembaran (+23,2%). (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan farmasi BUMN mengalami perbedaan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$KAEF: Laba Kimia Farma meroket 2.247,5% YoY, membalikkan rugi bersih -11 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi laba bersih sebesar 244 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh kenaikan pendapatan (+66,9%) dan beban usaha yang tumbuh lebih rendah (+40,9%).
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba Kimia Farma melonjak +711,7% YoY menjadi 302 miliar rupiah. Hal ini ditopang oleh kenaikan pendapatan (+34,7%) dan pertumbuhan beban usaha yang lebih konservatif (+17,2%). Kenaikan pendapatan sendiri ditopang pertumbuhan penjualan seluruh lini produk pihak ketiga, yakni tumbuh +49,0%. (IDX)$INAF: Laba Indofarma meroket 113,0% YoY, membalikkan rugi bersih -14 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi laba bersih sebesar 2 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh kenaikan pendapatan (+114,8%), serta efisiensi beban pokok dan beban usaha.
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba Indofarma melonjak +115,0% YoY, dari rugi bersih -19 miliar rupiah pada 9M20 menjadi laba bersih 3 miliar rupiah pada 9M21. Hal ini ditopang oleh kenaikan pendapatan (+99,9%) dan beban pokok yang tumbuh lebih rendah (+76,9%).
Kenaikan pendapatan didorong oleh penjualan obat etikal (obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter) yang tumbuh +105,3% dan alat kesehatan yang tumbuh +96,7%. (IDX)$PEHA: Laba Phapros anjlok -98,0% YoY pada Q3 2021 dari 23 miliar rupiah menjadi 459 juta rupiah. Meskipun pendapatan tumbuh +22,2%, beban usaha melonjak +72,2%, terutama akibat kenaikan beban penjualan (+34,0%) dan berkurangnya pendapatan lain-lain dari 48 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi hanya 2 miliar rupiah pada Q3 2021.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba anak usaha Kimia Farma ini tergerus -78,2% YoY dari 50 miliar rupiah menjadi 11 miliar rupiah. Sama seperti Q3, kenaikan beban penjualan (+38,9%) dan berkurangnya pendapatan lain-lain dari 67 miliar rupiah pada 9M20 menjadi hanya 4 miliar rupiah pada 9M21 menggerus laba, meskipun pendapatan masih tumbuh +9,6%. (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa produsen air mineral dalam kemasan (AMDK) mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$ADES: Laba Akasha Wira International, produsen air mineral dan kosmetik, tumbuh +53,7% YoY pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+59,0%) dari pertumbuhan pendapatan (+45,6%), meskipun beban penjualan melonjak +117,6%.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba meningkat +92,0% YoY menjadi 143 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (34,5%) dan efisiensi beban usaha (-5,4%).
Dari sisi segmen usaha, pertumbuhan pendapatan didorong oleh segmen kosmetik (+40,1%), yang mencakup produk perawatan rambut Makarizo, dan segmen makanan dan minuman (+16,3%), termasuk produk air mineral Nestle Pure Life. (IDX)$CLEO: Laba Sariguna Primatirta, produsen air mineral Cleo milik Tancorp, tumbuh +51,6% YoY pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+21,7%), yang diikuti kenaikkan beban usaha (+6,7%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba meningkat +44,9% YoY menjadi 137 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+11,8%), efisiensi beban penjualan (-8,9%), dan penurunan beban keuangan (-34,0%).
Dari sisi segmen usaha, produk minuman botol tumbuh +11,1% dan non-botol tumbuh +13,9%. (IDX)
Selama Q3 2021, emiten trading farmasi mengalami perubahan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$EPMT: Laba bersih distributor produk kesehatan anak usaha Kalbe Farma, Enseval Putera Megatrading, melesat +127,8% YoY menjadi 260 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+22,7%), penurunan beban umum dan administrasi (-10,7%), dan adanya pendapatan lain-lain sebesar 31 miliar rupiah.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Enseval tumbuh +54,8% YoY menjadi 676 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan (+11,5%), sedangkan beban umum dan administrasi dapat dipangkas -9,7%. Selain itu, beban penjualan juga tumbuh lebih moderat (+7,1%). (IDX)$DAYA: Rugi bersih pengelola gerai Watsons, Duta Intidaya, membaik +6,2% YoY menjadi -15 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan (+13,6%) dan penurunan beban keuangan (-41,9%). Di sisi lain, beban usaha meningkat +18,2%.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), rugi Duta Intidaya juga membaik +26,3% YoY menjadi -37 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan (+7,1%) serta kenaikan yang lebih moderat pada beban pokok (+3,9%) dan beban usaha (+6,2%). (IDX)
🚧 Sektor Konstruksi
$ADHI: Nilai kontrak baru PT Adhi Karya dari Januari 2021 hingga September 2021 (9M2021) mencapai 11,3 triliun rupiah, meningkat 82,3% YoY dari capaian periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp6,2 triliun.
Dari seluruh perolehan kontrak baru ini, mayoritas berasal dari pihak swasta, yang jumlahnya mencapai 6,32 triliun rupiah atau 56% dari total perolehan kontrak baru. Lalu disusul oleh kontrak dari pemerintah sebesar 3,84 triliun rupiah, setara dengan 34% dari total. 10% sisanya, setara 1,13 triliun rupiah, berasal dari sesama BUMN dan atau BUMD.
Berdasarkan jenisnya, 32% kontrak berasal dari proyek jalan dan jembatan, 27% berasal dari proyek gedung, dan 41% sisanya berasal dari proyek lainnya seperti bendungan, bandara, jalur kereta api, hingga proyek energi.
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan konstruksi mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ADHI: Laba bersih Adhi Karya naik dari 4 miliar rupiah di Q3 2020 menjadi 9 miliar rupiah pada Q3 2021 (+112,5% YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan laba kotor (+18,2%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih Adhi Karya naik 10,6% YoY, meskipun pendapatan mengalami penurunan (-13,1%). Capaian ini didorong oleh efisiensi beban umum dan administrasi (-12,3%) dan tumbuhnya bagian laba ventura bersama (+124,6%). (IDX)
$WSKT: Rugi bersih Waskita Karya berbalik menjadi untung 212 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini terjadi walaupun pendapatan turun 35%, terdapat peningkatan pendapatan lain-lain perusahaan.
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), kerugian Waskita Karya sebesar 2,6 triliun berbalik menjadi untung 253 miliar rupiah. Capaian ini didorong oleh pendapatan lain-lain sebesar 3,65 triliun, seperti dari keuntungan divestasi (2,05 triliun), pemulihan piutang (1 triliun). Di periode yang sama, pendapatan perusahaan turun 39,3% YoY didorong penurunan pendapatan jasa konstruksi. (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan konstruksi mengalami kenaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Beberapa contoh di antaranya adalah:
$PTPP: Laba bersih Pembangunan Perumahan naik 316,2% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+45,2%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih PTPP naik 390,8%. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+11,9%) akibat peningkatan pendapatan di segmen utama seperti konstrusi dan EPC, serta adanya peningkatan margin.
Sampai dengan September 2021, PTPP membukukan kontrak baru sebesar 13,48 triliun rupiah, naik 14,62% YoY. Kontrak baru ini didominasi proyek BUMN (59%), pemerintah (32%), dan lainnya (9%). (IDX).
$JSMR: Performa Jasa Marga berbalik dari untung 52 miliar rupiah menjadi rugi 106 miliar rupiah pada Q3 2020. Hal ini didorong oleh peningkatan beban lain-lain (+16,7%).
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh dari 157 miliar rupiah menjadi 749 miliar rupiah (+375,5%). Hal ini terjadi di saat pendapatan naik tipis (+0,8%) dan terdapat efisiensi beban konstruksi serta keuntungan dari pelepasan investasi yaitu PT. Marga Lingkar Jakarta sebesar 788 miliar rupiah. (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan Grup Wijaya Karya mengalami penurunan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$WIKA: Laba bersih Wijaya Karya bertumbuh +44,8% YoY menjadi 50 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan laba kotor (+201,1%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan naik +109,1% YoY menjadi 105 miliar rupiah. Pertumbuhan ini didorong oleh naiknya pendapatan (+14,6%) serta bagian laba ventura bersama (+199,5%). Selain itu, beban lainnya juga dapat dipangkas hingga -46,9%. (IDX)$WEGE: Laba bersih Wika Bangunan Gedung bertumbuh +44,8% YoY menjadi 50 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan laba kotor (+201,1%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan naik +15,0% YoY menjadi 151 miliar rupiah. Pertumbuhan ini didorong oleh naiknya pendapatan (+14,6%) serta bagian laba ventura bersama (+199,5%). Selain itu, beban lainnya juga dapat dipangkas hingga -46,9%. (IDX)$WTON: Laba bersih Wika Beton terkoreksi -12,3% YoY menjadi 16 miliar rupiah pada Q3 2021.
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan terkoreksi tipis -1,6% YoY menjadi 54 miliar rupiah. Penurunan ini didorong oleh tergerusnya pendapatan (-16,2%) dan adanya beban lain-lain sebesar 14 miliar rupiah (9M20 pendapatan lain-lain sebesar 197 miliar rupiah). Selain itu, terdapat pemulihan piutang tak tertagih sebesar 101 miliar rupiah (9M20 beban piutang tak tertagih sebesar 120 miliar rupiah). (IDX)
🏭 Sektor Manufaktur
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), produsen keramik, Arwana Citramulia mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ARNA: Laba bersih Arwana Citramulia tumbuh meningkat menjadi 128 miliar rupiah pada Q3 2021 atau tumbuh 25,5% (YoY). Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan menjadi 639 miliar rupiah (+3,6%) dan efisiensi beban HPP (-1,3%) yang mendukung naiknya marjin laba kotor.
Secara kumulatif pada 9M21, laba perusahaan meningkat 56,9% dari 221,5 miliar rupiah menjadi 347,4 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+16,9%) dan marjin laba kotor juga meningkat dari 30% menjadi 35,9%.
$SMGR: Semen Indonesia mencetak laba bersih sebesar 594 miliar rupiah pada Q3 2021, turun 36,1% YoY dibanding Q3 2020 sebesar 929 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh Pendapatan yang turun 5,0% YoY dan juga penurunan Gross Profit Margin (GPM) menjadi 31.3% dibandingkan dengan 35.6% di periode yang sama tahun lalu.
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan turun 10,0% menjadi 1,4 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh pendapatan yang turun 1,1% YoY menjadi 25,3 triliun rupiah, dan laba kotor turun 9,6% YoY menjadi 7,4 triliun rupiah. Hal ini membuat gross profit margin (GPM) turun menjadi 29,4% dibanding 32,1% pada tahun lalu. Meski demikian, volume penjualan naik 2,6% YoY menjadi 29,9 juta ton yang didorong oleh penjualan ekspor yang meningkat 14,9% YoY. (IDX)
$INTP: Indocement Tunggal Prakarsa (Indocement) mencetak laba bersih sebesar 622 miliar rupiah, turun 3,9% YoY dibanding Q3 2020 sebesar 647 miliar rupiah. Pendapatan turun 0,9% YoY pada periode yang sama.
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik 8,2% menjadi 1,2 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh pendapatan yang naik 4,5% YoY menjadi 10,6 triliun rupiah, dan laba usaha yang naik 26,7% YoY akibat efisiensi beban usaha yang turun 6,1% YoY. Gross Profit Margin (GPM) Indocement terjaga di 33,9% pada periode ini, meskipun harga batubara acuan meningkat. (IDX)
Selama Q3 2021, Solusi Bangun Indonesia mengalami perbedaan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$SMCB: Laba bersih Solusi Bangun Indonesia, anak usaha $SMGR, turun -41,1% menjadi 210 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Penurunan ini didorong oleh berbaliknya pajak penghasilan dari +62 miliar rupiah menjadi -86 miliar rupiah.
Namun, secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih anak usaha SMGR ini tumbuh +4,7% (YoY) menjadi 459,1 miliar rupiah dibanding 438,5 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan laba sebelum pajak (+45%) akibat penurunan beban keuangan (-28,1%) menjadi 377 miliar rupiah dari 525 miliar rupiah. Di sisi lain, beban pajak penghasilan melesat +2.125,5% menjadi 189 miliar rupiah. (IDX)
Selama Q3 2021, kedua anak usaha dari Asia Pulp & Paper mengalami kenaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Beberapa contoh di antaranya adalah:
$INKP: Laba bersih Indah Kiat naik +28,16% menjadi 108 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+24,3%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh +35,9%, didorong peningkatan pendapatan (+14,4%).
Kedua segmen perusahaan, yaitu kertas budaya dan pulp serta kertas industri, tissue dan lain-lain mengalami kenaikan pendapatan dan margin. (IDX)
$TKIM: Laba bersih Tjiwi Kimia turun -27,2% menjadi 57,2 juta dolar AS. Walaupun pendapatan naik +10%, terdapat peningkatan beban usaha dan rugi selisih kurs.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh +4,4%, didorong oleh peningkatan pendapatan (+14,5%) dan peningkatan beban usaha yang lebih besar (+44,9%).
Kedua segmen perusahaan, yaitu kertas budaya serta kertas industri dan lainnya mengalami kenaikan pendapatan dan margin. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), perusahaan di sektor manufaktur mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$AUTO: Laba bersih Astra Otoparts naik +237,4% menjadi 179 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+30,6%) dan pendapatan atas hasil bersih entitas asosiasi dan JV sebesar 121 miliar rupiah yang sebelumnya pada Q2 2021 rugi 19 miliar sera terpangkasnya beban keuangan (-49,1%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih AUTO berbalik dari rugi menjadi untung 446 miliar rupiah (+283,8%). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+27,9%) yang berasal dari pendapatan entitas asosiasi dan JV sebesar 359 miliar rupiah yang pada periode sebelumnya rugi 225 miliar rupiah. (IDX)
$ISSP: Laba bersih Steel Pipe Industry of Indonesia (Spindo) naik +308,8% menjadi 191 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan performa perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pipa baja ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+54,7%), dan juga efisiensi beban usaha yang turun -36,7%.
Secara kumulatif 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih Spindo meningkat +801,2% menjadi 446 miliar rupiah. Pada periode yang sama, pendapatan meningkat +101% YoY, dan laba usaha meningkat +214,2%. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan dari seluruh lini bisnis di pasar domestik, dimana penjualan domestik meningkat +36,4%. Pada pasar ekspor, penjualan meningkat +40,4% YoY, yang didorong dari peningkatan penjualan produk pipa hitam sebesar +124,7% YoY. Pasar ekspor memiliki porsi 52% dari total pendapatan, dan domestik memiliki porsi 48%. (IDX)
Selama Q3 2021, perusahaan produsen baja mengalami perbaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020.
$KRAS: Laba Krakatau Steel meningkat +185,4% YoY sehingga dapat membalikkan rugi bersih -31,9 juta dolar AS pada Q3 2020 menjadi laba bersih 27,3 juta dolar AS pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+43,8%) dan adanya laba entitas asosiasi dan JV sebesar 58 juta dolar AS.
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba Krakatau Steel melonjak +318,0% YoY menjadi 59,7 juta dolar AS dari rugi -27,4 juta dolar AS pada 9M20. Hal ini didorong oleh kenaikan penjualan (+71,5%), laba entitas asosiasi dan joint venture (JV) sebesar 85 juta dolar AS (Q3 2020 rugi -41 juta dolar AS), dan penurunan rugi perubahan nilai wajar derivatif. (IDX)$GGRP: Laba Gunung Raja Paksi meningkat +523,4% YoY sehingga dapat membalikkan rugi bersih -4,2 juta dolar AS pada Q3 2020 menjadi laba bersih 17,6 juta dolar AS pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh kenaikan pendapatan (+35,3%) dan efisiensi beban pokok (+18,7%).
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba Gunung Raja Paksi melonjak +368,9% YoY menjadi 40,2 juta dolar AS dari rugi -15,0 juta dolar AS pada 9M20. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+7,5%), penurunan beban pokok (-4,6%) sehingga laba bruto meningkat +363,0%. Selain itu, ada other operating income sebesar 8,1 juta dolar AS. (IDX)
Dari sisi operasional, volume penjualan 9M21 turun -26,2% YoY menjadi 582 ribu ton, sedangkan rata-rata harga jual (ASP) naik +45,8% YoY menjadi 863 dolar per ton. (GGRP)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan semen mengalami penurunan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$SMBR: Laba bersih Semen Baturaja (Persero) turun -44,2% menjadi 14 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Penurunan ini didorong oleh menurunnya laba usaha sebesar -17,9% YoY akibat penurunan pendapatan (-6%) sedangkan beban usaha meningkat (+4,2%).
Namun, secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih SMBR tumbuh +114,8% (YoY) menjadi 16,6 miliar rupiah. Hal ini didorong laba kotor perusahaan yang naik +25,2% menjadi 561,8 miliar rupiah, yang didorong dari peningkatan pendapatan (+5,5%) dan penurunan beban pokok penjualan (-7,1%). (IDX)
$CMNT: Laba bersih Cemindo Gemilang (Semen Merah Putih) turun -3,8% menjadi 171,6 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Penurunan ini didorong oleh penurunan laba kotor (-6,4%), peningkatan beban usaha (+7,7%), dan juga peningkatan beban keuangan (+12,1%).
Namun, secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih CMNT tumbuh +6.995,5% (YoY) menjadi 333,8 miliar rupiah dari 4,7 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan laba sebelum pajak (+389,8%) akibat peningkatan laba kotor (+39,2%) menjadi 1,7 triliun rupiah dari 1,2 triliun rupiah. (IDX)
Selama Q3 2021, perusahaan petrokimia milik Prajogo Pangestu mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$BRPT: Laba bersih Barito Pacific turun -86,6% YoY menjadi 4,6 juta dolar pada Q3 2021. Meskipun pendapatan naik 34,9%, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi (+55,1%) sehingga laba kotor tergerus -14,0%.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih Barito Pacific melesat +407,6% YoY menjadi 100,1 juta dolar. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+74,1%) dari peningkatan pendapatan (+38,9%). (IDX)
$TPIA: Laba Chandra Asri Petrochemical anjlok -95,0% YoY menjadi 1 juta dolar pada Q3 2021. Meskipun pendapatan naik 44,5%, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi (+58,7%) sehingga laba kotor tergerus -43,6%.
Namun, secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Chandra Asri melesat +938,5% YoY menjadi 165,4 juta dolar, berbalik dari rugi 19,7 juta dolar pada 9M20. Hal ini didorong oleh melesatnya laba kotor (+550,9%) akibat kenaikan pendapatan (+48,4%). Margin laba kotor juga meningkat dari 3,7% menjadi 16,3%.
Pertumbuhan pendapatan didorong oleh semua lini produk petrokimia, terutama polyolefin (+39,2%), styrene monomer (+96,2%), dan olefin (+37,5%). (IDX)
Selama Q3 2021, Aneka Gas Industri mengalami perubahan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$AGII: Laba bersih Aneka Gas Industri tumbuh +505,5% menjadi 78 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY), didorong oleh kenaikan pendapatan (+42,5%) dan pertumbuhan pos-pos beban yang lebih konservatif.
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih Aneka Gas Industri juga tumbuh +484,4% menjadi 173 miliar rupiah (YoY), didorong oleh peningkatan penjualan neto (+31,6%) dan pertumbuhan pos-pos beban yang lebih konservatif. Capaian ini juga disertai kenaikan margin laba sebelum pajak dari 2,4% menjadi 10,5%. (IDX)
🌴 Sektor Kelapa Sawit
Perusahaan yang berada di sektor kelapa sawit dibedakan menjadi hulu (upstream) dan hilir (downstream). Perusahaan hulu adalah yang menanam dan memanen buah kelapa sawit yang kemudian diolah menjadi minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan dijual kepada perusahaan hilir. Sedangkan, perusahaan hilir menggunakan CPO untuk memproduksi produk yang berbahan dasar kelapa sawit seperti minyak goreng, margarin, sabun atau shampo, dan lain-lain.
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan di sektor kelapa sawit mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020.
Meningkatnya harga CPO memberikan efek positif terhadap performa perusahaan produsen kelapa sawit (CPO). Berikut merupakan rincian dari performa beberapa perusahaan CPO:
$DSNG: Performa Dharma Satya Nusantara berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 208 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar +42,6% (YoY) menjadi 1,7 triliun rupiah dan turunnya beban keuangan (-64,3%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih DSNG meningkat +153,9% menjadi 416 miliar rupiah. Kenaikan laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +15,3% menjadi 5,0 triliun rupiah. Kenaikan pada pendapatan didukung oleh meningkatnya penjualan CPO domestik (+11,6%) dan ekspor (+35,5%) (IDX)
$SMAR: Performa Sinar Mas Agro Resources and Technology naik sebesar 288,2% menjadi 792 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar +81,8% (YoY) menjadi 16,6 triliun rupiah dan keuntungan dari selisih kurs sebesar 71 miliar yang sebelumnya pada Q321 rugi 481 miliar rupiah.
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih SMAR meningkat +735,8% menjadi 1,79 triliun rupiah. Kenaikan laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +43,2% menjadi 40,4 triliun rupiah. Kenaikan pada pendapatan didukung oleh meningkatnya penjualan domestik produk kelapa sawit (+16,9%) dan ekspor (+94,1%) (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa emiten sawit Grup Salim mengalami kenaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Beberapa contoh di antaranya adalah:
$SIMP: Laba bersih emiten produsen Bimoli, Salim Ivomas Pratama naik +168,4% menjadi 344 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar +50,2% menjadi 5,2 triliun rupiah dan meningkatnya pendapatan keuangan (+9,3%) serta penurunan pada beban keuangan (-18,0%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), performa SIMP berbalik untung menjadi 563 miliar rupiah (+426,4% YoY). Kenaikan laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +37% menjadi 14,1 triliun rupiah. Penjualan minyak goreng berkontribusi sebesar 82,6% dari total penjualan.
Selain itu, kenaikan laba bersih juga didukung oleh peningkatan pada margin laba kotor dari 16,5% pada 9M20 menjadi 24,4% pada 9M21 dan penurunan beban dari bunga bank (-18,2%) (IDX)$LSIP: Laba bersih London Sumatra Indonesia naik +35,7% menjadi 251 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar +63,3% menjadi 1,2 triliun rupiah dan melonjaknya beban umum dan administrasi (+51,1%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih LSIP meningkat +171,5% menjadi 752 miliar rupiah. Kenaikan laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +46,6% menjadi 3,3 triliun rupiah. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan produsen kelapa sawit (CPO) mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020 akibat meningkatnya harga CPO. Berikut adalah rinciannya:
$CSRA: Laba bersih Cisadane Sawit Raya naik +354,3% menjadi 95 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar +48,5% menjadi 264 miliar rupiah, sedangkan beban pokok hanya meningkat +5,4%
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih CSRA meningkat +179,2% menjadi 178,7 miliar rupiah. Kenaikan laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +44,7% menjadi 653 miliar rupiah. Kenaikan pada pendapatan didukung oleh meningkatnya penjualan CPO (+28,9%), inti sawit (+55,6%), dan FFB (+68,1%). (IDX)$SSMS: Laba bersih Sawit Sumber Mas naik +101,7% menjadi 332 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan sebesar +39,4% menjadi 1,3 triliun rupiah dan pendapatan lain-lain menjadi 133 miliar dari yang sebelumnya -30 miliar rupiah.
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih SSMS meningkat +287,9% menjadi 1,03 triliun rupiah. Kenaikan laba didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +34,7% menjadi 3,7 triliun rupiah dan pendapatan bunga (+591%). Kenaikan pada pendapatan didukung oleh meningkatnya penjualan CPO +25,3%, minyak inti sawit (PKO) +160,5%, inti sawit +89,2%. (IDX)
🛢️ Sektor Mining Dan Migas
Perusahaan yang berada di sektor tambang dan migas biasanya merupakan price-taker, karena harga produk yang dijualnya mengikuti pergerakan harga komoditas yang dijual. Harga komoditas dipengaruhi oleh permintaan, penawaran dari komoditas itu sendiri.
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan tambang mengalami peningkatan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2021. Berikut adalah rinciannya
$PTBA: Laba bersih Bukit Asam tumbuh dari 439 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi 2,99 triliun rupiah pada Q3 2021 atau naik 580,4% (YoY). Kenaikan ini didukung oleh peningkatan pada total pendapatan menjadi 9,1 triliun rupiah (+137%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan membaik dari 1,73 triliun menjadi 4,77 triliun rupiah atau naik 175,9% (YoY). Kenaikan ini didukung oleh peningkatan pada total pendapatan menjadi 19,4 triliun rupiah (+50,8%).
Peningkatan pada total pendapatan didukung meningkatnya penjualan batu bara ke beberapa pihak seperti PLN (+15,8%), PT Pupuk Sri Widjaja (+51,3%), dan penjualan sebesar 1,8 triliun rupiah kepada Mind ID Trading yang pada tahun sebelumnya tidak ada. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), Vale Indonesia dan Perusahaan Gas Negara mengalami peningkatan kinerja apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$INCO: Laba bersih Vale Indonesia melonjak +172,8% YoY menjadi 64,15 juta dolar AS pada Q3 2021. Sementara itu, penjualan mencapai 271,5 juta dolar AS atau tumbuh +28,9% YoY, terutama ditopang oleh kenaikan harga jual nikel (ASP) yang mencapai 14.619/ton (+38,5% YoY).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 122,9 juta dolar AS atau tumbuh +60,4% YoY. Hal ini ditopang oleh penjualan yang mencapai 686,4 juta dolar AS atau tumbuh +20,2% YoY.
Selain itu, efisiensi beban pokok penjualan dan beban usaha menyebabkan kenaikan margin laba kotor menjadi 24,7% (vs 14,9% pada 9M20) dan margin laba bersih 17,9% (vs 13,4% pada 9M20). (IDX)$PGAS: Perusahaan Gas Negara mencatatkan laba bersih sebesar 90 juta dolar AS pada Q3 2021, melonjak +92,8% YoY dibandingkan 47 juta dolar AS pada Q3 2020. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang tumbuh +15,8% YoY menjadi 790 juta dolar AS.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 286 juta dolar AS, meroket +437,4% YoY dibandingkan 53 juta dolar AS pada 9M20. Hal ini dipengaruhi adanya pendapatan provisi sengketa pajak sebesar 65 juta dolar AS dan laba ventura bersama sebesar 75 juta dolar AS. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), performa beberapa emiten tambang mengalami perubahan apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ANTM: Laba bersih Aneka Tambang turun -26,8% YoY menjadi 550 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini disebabkan oleh penjualan yang hanya tumbuh +4,4% YoY menjadi 9,2 triliun rupiah, sementara beban usaha melonjak +89,4% YoY.
Namun, secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Aneka Tambang melesat +104,7% YoY mencapai 1,7 triliun rupiah. Hal ini ditopang oleh penjualan yang tumbuh +46,8% YoY menjadi 26,5 triliun rupiah, keuntungan dari entitas asosiasi sebesar 343 miliar rupiah (vs rugi 25 miliar rupiah), dan penurunan beban keuangan sebesar -60,2% (292 miliar vs 735 miliar). (IDX)
$TINS: Laba bersih PT Timah melonjak +153,4% YoY menjadi 342 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini disebabkan oleh penurunan beban pokok penjualan sebesar -12,5% YoY, lebih besar dibandingkan penjualan yang turun tipis -1,7% YoY.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba PT Timah melesat +339,9% YoY menjadi 612 miliar rupiah, berbalik dari rugi 255 miliar rupiah pada 9M20. Hal ini terutama ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata (ASP) logam timah yang mencapai 30.158 dolar/metrik ton (+79% YoY), meskipun volume penjualan hanya mencapai 19,059 metrik ton (-58% YoY).
Selain itu, penurunan beban pokok penjualan sebesar -30,7% YoY meningkatkan margin laba kotor menjadi 20,6% dibandingkan 6,0% pada 9M20. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan batu bara mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ITMG: Laba bersih Indo Tambangraya Megah naik 1.422,7% menjadi 153,9 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar +562,5% akibat naiknya pendapatan (+195,1%), sedangkan beban pokok pendapatan hanya meningkat 98%.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih ITMG tumbuh +579,0% (YoY) menjadi 271,5 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan (+51,8%) sementara beban pokok pendapatan hanya meningkat (+8,2%), sehingga laba kotor perusahaan naik (+279,8%) menjadi 531 juta dolar AS dibanding 139,8 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. (IDX)
$HRUM: Laba bersih Harum Energy naik +583,6% menjadi 27,5 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar (+666,0%) akibat naiknya pendapatan (+167,4%), sedangkan beban pokok pendapatan hanya meningkat (+57,2%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih HRUM tumbuh +45,8% (YoY) menjadi 37,5 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan (+51,0%) sementara beban pokok pendapatan hanya meningkat (+5,1%), sehingga laba kotor perusahaan naik (+172,1%) menjadi 101,8 juta dolar AS dibanding 37,4 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. (IDX)$MBAP: Laba bersih Mitrabara Adiperdana naik 1089,1% menjadi 19,44 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar (+395,7%) akibat naiknya pendapatan (+113,7%), sedangkan beban pokok pendapatan hanya meningkat (+27,0%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih MBAP tumbuh +91,4% (YoY) menjadi 48,9 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan (+24,1%) sementara beban pokok pendapatan turun (-2,1%), sehingga laba kotor perusahaan naik (+73,7%) menjadi 96,1 juta dolar AS dibanding 55,3 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan batu bara mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ADRO: Laba bersih Adaro Energy naik +648,9%, membalikkan rugi bersih 45,7 juta dolar AS pada Q3 2020 menjadi laba bersih 250,1 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar +238,8% akibat naiknya pendapatan (+70,1%), sedangkan beban pokok pendapatan hanya meningkat +18,3%.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih ADRO tumbuh +284,8% (YoY) menjadi 420,9 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan (+31,4%) sementara beban pokok pendapatan hanya meningkat +7,1%, sehingga laba kotor perusahaan naik (+110,0%) menjadi 970,8 juta dolar AS. Kenaikan pendapatan didorong oleh peningkatan penjualan batubara ke pihak ketiga, baik ekspor (+40,6%) dan domestik (+19,9%). (IDX)
$BYAN: Laba bersih Bayan Resources naik +703,3% menjadi 313,3 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar +341,4% akibat naiknya pendapatan (+135,9%), sedangkan beban pokok pendapatan hanya meningkat +21,7%.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih BYAN tumbuh +500,9% (YoY) menjadi 650,3 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan (+74,3%) sementara beban pokok pendapatan menurun (-4,3%), sehingga laba kotor perusahaan naik (+258,2%) menjadi 1,08 miliar dolar AS. Kenaikan pendapatan didorong oleh peningkatan segmen ekspor (+86,2%). (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan Grup Bakrie mengalami kenaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Beberapa contoh di antaranya adalah:
$BUMI: Laba bersih Bumi Resources naik 220,9% YoY, berhasil membalikkan rugi bersih 51,1 juta dolar AS pada Q3 2020 menjadi laba bersih 61,8 juta dolar AS pada Q3 2021. Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor (+3.218,1%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih BUMI tumbuh +146,4% (YoY) menjadi laba bersih 63,7 juta dolar AS, membalikkan rugi bersih 137,3 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh pendapatan yang naik +13,3% sedangkan beban pokok pendapatan turun -7,3%, sehingga laba kotor perusahaan naik +340,2% menjadi 153,4 juta dolar AS.
Selain itu, peningkatan performa juga didorong oleh adanya penghasilan lain-lain, yang tercatat sebesar 43 juta dolar AS dibandingkan beban lain-lain sebesar 134 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini terutama didorong oleh penghasilan dari Entitas Asosiasi dan JV yang naik 337,1% YoY menjadi 179,9 juta dolar AS, dan juga penghasilan dari penghapusan utang sebesar 24,5 juta dolar AS. (IDX)
$BRMS: Laba bersih Bumi Resources Minerals naik 69,7% menjadi 2,47 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya pendapatan (+29,8%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih BRMS tumbuh +184,3% (YoY) menjadi 6,89 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh adanya pendapatan lain-lain, terutama yang asalnya dari penghapusan utang sebesar 24,5 juta dolar AS. Selain itu, pendapatan naik +97,1% dan laba kotor perusahaan naik +84,2% menjadi 5,66 juta dolar AS. (IDX)
$DEWA: Laba bersih Darma Henwa naik 21,0% menjadi 203 ribu dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya pendapatan (+18,7%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih DEWA tumbuh +91,4% (YoY) menjadi 1,71 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh laba kotor perusahaan yang naik +1.493,5% menjadi 23,95 juta dolar AS. Meskipun pendapatan turun -1,3%, beban pokok penjualan turun -10,7%. Peningkatan laba bersih tidak setinggi peningkatan laba kotor akibat adanya rugi selisih kurs sebesar 2,6 juta dolar AS, dibanding keuntungan selisih kurs sebesar 14,98 juta dolar AS pada periode yang sama pada tahun lalu. (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan tambang emas mengalami penurunan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$MDKA: Laba bersih Merdeka Copper Gold turun -19,7% YoY pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh beban pokok yang tumbuh lebih tinggi dari pendapatan, yakni +48,2% berbanding +28,7%.
Secara kumulatif hingga September (9M21), laba Merdeka Copper Gold anjlok -63,2% YoY menjadi 21,1 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh pendapatan yang turun -11,9%, sedangkan beban pokok naik +6,1%. Akibatnya, margin laba kotor tergerus dari 40,4% pada 9M20 menjadi 28,2% pada 9M21.
Dari segmen pertambangan, pendapatan tambang emas Tujuh Bukit turun dari 271,8 juta dolar (9M20) menjadi 163,3 juta dolar (9M21), sedangkan pendapatan tambang tembaga Wetar naik dari 23,8 juta dolar (9M20) menjadi 96,3 juta dolar (9M21). (IDX)$PSAB: Rugi bersih J Resources Asia Pasifik memburuk dari -1,1 juta dolar AS pada Q3 2020 menjadi -11,1 juta dolar AS pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh pendapatan yang turun -36,2% YoY, sementara beban pokok naik +42,0%.
Secara kumulatif hingga September (9M21), rugi bersih juga membengkak -263,2% YoY dari -4,4 juta dolar AS menjadi -15,9 juta dolar AS. Hal ini didorong oleh pendapatan yang hanya tumbuh +3,4% YoY, sementara beban pokok naik +48,8%. (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan kontraktor batu bara mengalami perubahan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$UNTR: United Tractors mencetak laba bersih sebesar 3,3 triliun rupiah pada Q3 2021, naik +158,5% (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar +90,2% akibat naiknya pendapatan (+54,5%), sedangkan beban pokok pendapatan hanya meningkat 44,6%. Beban usaha juga tumbuh moderat (+10,0%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih UNTR tumbuh +46,4% (YoY) menjadi 7,8 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh naiknya laba kotor perusahaan (+33,2%) akibat kenaikan pendapatan (+24,4%). Kenaikan pendapatan terutama didorong oleh peningkatan dari segmen penjualan alat berat (+53,6%). (IDX)$DOID: Delta Dunia Makmur mencetak laba bersih sebesar 16,6 juta dolar AS pada Q3 2021, naik +298,1% (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar +150,2% akibat naiknya pendapatan (+74,4%).
Namun, secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), rugi bersih DOID memburuk -335,9% (YoY) menjadi rugi bersih 16,1 juta dolar AS, dibandingkan rugi bersih 3,7 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. Meskipun pendapatan naik +20,8% YoY dan laba kotor naik +29,6% YoY, beban usaha yang membengkak +79,3% menjadi pendorong penurunan performa perusahaan. Kenaikan beban usaha terutama didorong oleh peningkatan dari biaya kantor (+82,7%) dan kompensasi karyawan (+135,5%). (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan batu bara mengalami perbedaan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$TOBA: Laba bersih TBS Energi Utama naik +41,0% menjadi 12,5 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar +60,2% akibat naiknya pendapatan (+74,7%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih TOBA tumbuh +15,8% (YoY) menjadi 34,2 juta dolar AS. Meskipun laba kotor perusahaan turun (-7,2%), peningkatan laba bersih perusahaan didorong oleh pendapatan lain-lain yang tumbuh +30,9% menjadi 39,1 juta dolar AS. Peningkatan pendapatan lain-lain ini didorong oleh peningkatan dari pendapatan bunga atas tagihan yang belum difakturkan (33,1 juta dolar AS, +20,4%), dan adanya keuntungan dari divestasi saham sebesar 4,9 juta dolar AS.(IDX)
$MYOH: Laba bersih Samindo Resources naik 222,3% menjadi 7,3 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Peningkatan ini didorong oleh naiknya laba kotor sebesar +64,3% akibat naiknya pendapatan (+9,8%), sedangkan beban pokok pendapatan menurun -2,3%.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih MYOH tumbuh +48,6% (YoY) menjadi 21,2 juta dolar AS dibanding 14,3 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu. Meskipun pendapatan turun -9,1%, beban pokok pendapatan turun lebih pesat (-16,7%), sehingga laba kotor perusahaan naik (+21,2%) menjadi 32,1 juta dolar AS. Penurunan beban pokok pendapatan terutama didorong oleh penurunan overhead cost sebesar -26,5% YoY. (IDX)
Selama Q3 2021, Dian Swastatika mengalami pertumbuhan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$DSSA: Laba bersih Dian Swastatika Sentosa tumbuh sebesar +314,0% (YoY) menjadi 17 juta dolar AS pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong kenaikan pendapatan dan efisiensi beban pokok, sehingga mengerek performa laba kotor (+61,0%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh menjadi 61 juta dolar AS (+129,9% YoY). Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya pendapatan (+29,1%), terutama pada segmen pertambangan dan perdagangan batu bara (+52,2%). Selain itu, pertumbuhan beban pokok yang lebih konservatif (+23,7%) juga mendorong performa perusahaan. DSSA juga melakukan efisiensi di beban lain-lain (-11,5%). (IDX)
Selama Q3 2021, Indika Energy mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$INDY: Rugi bersih Indika Energy membaik +41,3% menjadi -18 juta dolar pada Q3 2021 (YoY). Hal ini terjadi karena kenaikan pendapatan (+131,3%) lebih tinggi daripada kenaikan beban pokok kontrak dan penjualan (+78,5%), sehingga laba kotor melesat +582,0%.
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih Indika juga membaik menjadi -6 juta dolar AS (+88,7%), didorong oleh peningkatan pendapatan (+43,3%), terutama dari segmen sumber daya energi (+65,8%). Selain itu, terdapat rugi bersih dari operasi yang dihentikan sebesar 98 juta dolar AS, yakni akibat pelepasan 51% kepemilikan Indika di $MBSS kepada Galley Adhika Arnawama. (IDX)
Selama Q3 2021, Indika Energy mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
Rugi bersih Indika Energy ($INDY) membaik +41,3% menjadi -18 juta dolar pada Q3 2021 (YoY). Hal ini terjadi karena kenaikan pendapatan (+131,3%) lebih tinggi daripada kenaikan beban pokok kontrak dan penjualan (+78,5%), sehingga laba kotor melesat +582,0%.
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih Indika juga membaik menjadi -6 juta dolar AS (+88,7%), didorong oleh peningkatan pendapatan (+43,3%), terutama dari segmen sumber daya energi (+65,8%). Selain itu, terdapat rugi bersih dari operasi yang dihentikan sebesar 98 juta dolar AS, yakni akibat pelepasan 51% kepemilikan Indika di $MBSS kepada Galley Adhika Arnawama. (IDX)
🚘 Sektor Otomotif dan Alat Berat
Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan alat berat menjalankan bisnis operasinya dengan menjual produk yang berhubungan dengan otomotif seperti mobil, motor, alat berat, suku cadang, ban, dan komponen-komponen lain.
Performa perusahaan otomotif dan alat berat:
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), performa Grup Astra membaik apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ASII: Laba Astra International naik 131% menjadi 6,1 triliun rupiah pada Q3 2021 (YoY). Kenaikan ini didukung oleh peningkatan pada pendapatan sebesar 48% menjadi 60 triliun rupiah dan penurunan beban usaha sebesar 2,8% menjadi 6,1 triliun rupiah.
Alhasil, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik 6,7% (YoY) menjadi 14,98 triliun rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan sebesar 28,4% menjadi 167,4 triliun rupiah. (ASII)Kenaikan laba bersih juga didukung oleh meningkatnya laba dari berbagai segment seperti:
Otomotif (+207%). Didorong oleh peningkatan penjualan mobil Astra sebesar 79% menjadi 344.000 unit diikuti oleh meningkatnya pangsa pasar dari 52% menjadi 55%. Selain itu penjualan sepeda motor juga meningkat 26% menjadi 2,9 juta unit.
Alat berat dan pertambangan (+51%), yang mayoritas dioperasikan oleh anak usaha United Tractor ($UNTR). Didorong oleh kenaikan penjualan alat berat Komatsu (+84%).Agrobisnis (+152%), yang mayoritas dioperasikan oleh anak usaha Astra Agro Lestari ($AALI). Didorong oleh kenaikan harga CPO (+31%) menjadi 10.699/kg. Volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya stabil di level 1,5 juta ton.
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), laba bersih perusahaan ban seperti Gajah Tunggal ($GJTL) dan Goodyear ($GDYR) berbalik dari untung menjadi rugi pada Q3 2021 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Pada Q321, Gajah Tunggal mengalami kerugian 79 miliar rupiah (-315,7% YoY) sedangkan Good Year mengalami kerugian 717 ribu dolar AS (-262,2% YoY).
Namun, secara kumulatif selama 9 bulan pertama 2021 (9M21), kedua perusahaan dapat membalikkan keadaan dari rugi bersih menjadi laba bersih. Berikut adalah rinciannya:
$GJTL: Rugi bersih Gajah Tunggal berbalik menjadi laba bersih senilai 19 miliar rupiah (naik +118,5% YoY). Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar 16,5% menjadi 11,2 triliun rupiah.
Kenaikan pada total pendapatan didukung oleh meningkatnya penjualan ban (+13,8%), kain ban (28,1%), karet sintetik (+57,4%), dan benang nilon (+129,9%).
$GDYR: Rugi bersih GDYR berbalik menjadi laba bersih senilai 2,8 juta dolar AS (naik +165,2% YoY). Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar 54,1% menjadi 113,4 juta dolar AS.
Kenaikan pada total pendapatan didukung oleh meningkatnya penjualan ban (+40,8%), ban setengah jadi (+2.059,8%), dan ban dalam (+56,3%).
Selama Q3 2021, perusahaan otomotif mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$IMAS: Rugi bersih Indomobil Sukses Internasional memburuk -22,3% menjadi 147 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Walaupun, total pendapatan meningkat +16,3% menjadi 4,5 triliun rupiah, beban pokok meningkat lebih tinggi (+23,9%) sehingga margin laba kotor turun menjadi 18,8% yang sebelumnya pada Q320 mencapai 23,8%.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih IMAS membaik +74,9% menjadi 117 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +24,6% menjadi 14 triliun rupiah, penurunan beban umum dan administrasi (-15,4%), dan kenaikan pendapatan lain-lain (+51,0%).
Kenaikan pada pendapatan didukung oleh meningkatnya penjualan mobil, truk, dan alat berat (+37,5%), suku cadang (+50,0%), dan sewa kendaraan (+13,9%). (IDX)
$MPMX: Laba bersih Mitra Pinasthika Mustika membaik +36,8% menjadi 108 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Kenaikan laba bersih didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +9,7% menjadi 3,1 triliun rupiah dan menurunnya beban usaha sebesar -7,6%.
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), perusahaan mencatatkan keuntungan sebesar 323 miliar rupiah dari rugi 11 miliar rupiah. Peningkatan ini didukung oleh meningkatnya total pendapatan sebesar +15,4% menjadi 9,6 triliun rupiah, penurunan beban usaha (-6,9%), dan keuntungan atas entitas asosiasi sebesar 21,3 miliar rupiah yang sebelumnya rugi 177,4 miliar rupiah.
Peningkatan pada total pendapatan berasal dari segmen penjualan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat beserta suku cadangnya sebesar +17,3%.(IDX)
🏠 Sektor Properti
Perusahaan yang bergerak di bidang properti mendapat keuntungan dengan beli lahan (land bank), lalu mengembangkan lahan itu dan menjual atau menyewakan lahan yang sudah dikembang itu. Perusahaan properti adalah perusahaan yang krusial di hidup kita, karena menyediakan tempat tinggal, mall, hotel, tempat hiburan sampai kawasan industri.
9M21
$DMAS: Penjualan presales Deltamas di 9 bulan pertama 2021 (9M21) mencapai 55,9 hektare, atau mencapai 1,25 triliun Rupiah. Pencapaian ini sekitar 62,5% dari target presales DMAS tahun 2021 yaitu 2 triliun Rupiah.
Kontributor penjualan terbesar pada 9M21 adalah segmen industrial sebanyak 55,3 hektare, setara 98,9% dari total lahan terjual. Namun, angka ini turun dari capaian periode yang sama tahun lalu sebanyak 67,7 hektare.
Masih terdapat pernyataan minat (inquiries) lahan industri seluas 70 hektare yang sebagian besar didorong oleh data centre.
$LPKR: Marketing sales Lippo Karawaci di 9 bulan pertama 2021 (9M21) mencapai 3,9 triliun rupiah atau naik 71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Pencapaian ini sudah memenuhi 93% target marketing sales perusahaan di angka 4,2 triliun rupiah untuk tahun 2021.
Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya marketing sales di beberapa daerah seperti Lippo Village (+145%), Karawang (+95%), dan Jakarta (+54%),
Sedangkan, pada Q321 sendiri, marketing sales perusahaan naik 27% menjadi 1,56 triliun rupiah (YoY). Pencapaian ini didukung oleh penjualan rumah tapak dengan harga terjangkau yang berkontribusi sebesar 59% dari total marketing sales Q321. Selain itu, penjualan makam di San Diego Hills juga meningkat.
$SMRA: Pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), marketing sales Summarecon Agung mencapai 3,4 triliun rupiah atau 86% dari target sampai akhir 2021 (+71% YoY). Marketing sales tersebut berasal dari rumah yang berkontribusi 64%, ruko (15%), tanah (11%), apartemen (10%), dan kantor (1%).
Produk yang telah melampaui target marketing sales 2021 adalah ruko (112% dari target tahun 2021) dan apartemen (209%). Sementara itu, rumah (78%), tanah (73%), dan kantor (38%) belum mencapai target tahun 2021.
$BSDE: Marketing sales Bumi Serpong Damai di 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21) mencapai 6,1 triliun rupiah atau 87% dari target tahun 2021 di angka 7 triliun rupiah (+29% YoY). Marketing sales tersebut berasal dari rumah yang berkontribusi (69%), ruko (11%), tanah (8%), dan apartemen (7%), dan joint venture tanah (5%).
Penjualan rumah yang berkontribusi 69% atau setara dengan 4,2 triliun rupiah (+44% YoY) kepada marketing sales berasal dari penjualan di berbagai daerah seperti, Nava Park, Mozia, Greenwich, Tabebuya, dan Kota Wisata.
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan properti mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$CTRA: Laba bersih Ciputra Development naik +747% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+83,7%) dan juga peningkatan margin perusahaan.
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +337,5%, didorong peningkatan pendapatan (+56,8%) dan efisiensi beban usaha (-4%).
Hal ini didorong oleh peningkatan penjualan rumah hunian dan ruko (+38,7%), kantor (+158,6%), kavling (+159,3%), serta apartemen (+174,1%). Selain itu, kenaikan pendapatan usaha dari rumah sakit (+94,2%) juga turut mendongkrak pendapatan. (IDX)
$PWON: Laba bersih Pakuwon Jati naik +117,8% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+23,9%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +20,2%, didorong peningkatan pendapatan (+24,3%). Kenaikan ini didorong oleh pemulihan pendapatan segmen real estate (+54,1%) dan perhotelan (+65,3%) yang melampaui penurunan pendapatan segmen office, shopping center and service apartment (-9,3%). (IDX)$JRPT: Laba bersih Jaya Real Property turun -6,9% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh penurunan pendapatan (-7,8%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan turun -7,9%, didorong penurunan pendapatan (-5,1%). Hal ini didorong penurunan pendapatan dari segmen kavling tanah (-11,2%). (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan pengembang properti mengalami perbedaan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.
$BSDE: Laba bersih Bumi Serpong Damai terkoreksi -55,1% (YoY) menjadi 251 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh penurunan laba kotor (-20,5%), sedangkan beban usaha mengalami kenaikan (+9,8%) akibat naiknya beban penjualan (+24,9%).
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh +154,2% YoY menjadi 931 miliar rupiah. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya pendapatan (+20,7%), terutama pada segmen penjualan tanah dan bangunan (+16,5%) dan tanah dan bangunan strata title (+61,1%), serta efisiensi beban umum dan administrasi (-6,2%).
Selain itu, ada pendapatan dari segmen baru, yaitu konstruksi, sebesar 267 miliar rupiah, serta keuntungan dari akuisisi saham PT Itomas Kembangan Perdana (IKP) sebesar 154 miliar rupiah. (IDX)$LPKR: Rugi bersih Lippo Karawaci membaik +71,5% YoY dari -1,1 triliun rupiah pada Q3 2020 menjadi -310 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+31,5%) dan berkurangnya beban lain-lain dari -570 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi -158 miliar rupiah pada Q3 2021.
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih Lippo Karawaci juga membaik +75,5% YoY dari -2,3 triliun menjadi -573 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+26,7%), yang berasal dari segmen real estate development (+26,2%), healthcare (+46,7%), dan pusat perbelanjaan (+325,1%).
Selain itu, terdapat laba kombinasi bisnis sebesar 778 miliar rupiah serta penurunan rugi selisih kurs dari -1,1 triliun rupiah pada 9M20 menjadi -105 miliar rupiah pada 9M21. (IDX)
Selama Q3 2021, beberapa perusahaan properti mengalami perubahan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020:
$ASRI: Laba bersih Alam Sutera pada Q3 2021 sejumlah 106 miliar rupiah, berbalik dari rugi 465 miliar pada Q3 2020. Hal ini didorong kenaikan pendapatan (+261,6%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), kerugian perusahaan membaik dari 1 triliun menjadi 139 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+60,4%), dengan adanya peningkatan penjualan rumah dan ruko (+302,7%). (IDX)
$APLN: Rugi bersih Agung Podomoro Land sejumlah 57 miliar rupiah pada Q3 2021, membaik dari rugi 427 miliar rupiah pada Q3 2020. Hal ini didorong kenaikan pendapatan (+15,9%), penurunan beban umum dan administrasi (-29,8%), dan perubahan rugi selisih kurs 255 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi laba selisih kurs 98 miliar rupiah pada Q3 2021.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), kerugian perusahaan memburuk 8% menjadi 465 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh penurunan laba kotor (-20,2%) akibat kenaikan beban pokok penjualan (+17%). Selain itu, terdapat penurunan signifikan pada laba instrumen keuangan derivatif (-83%) dan kenaikan beban keuangan (+16%). (IDX)
🛍️ Sektor Retail
Perusahaan yang berada di sektor retail biasanya mendapatkan pendapatan dari penjualan produk dan layanan yang dimilikinya. Biasanya, retail berekspansi dengan membuka semakin banyak outlet yang dimiliki.
Performa perusahaan Retail:
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan ritel mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$LPPF: Rugi bersih Matahari Department Store pada Q3 2021 94 miliar rupiah, membaik 63,8% dari Q3 2020 (YoY). Hal ini didorong oleh efisiensi beban pokok pendapatan, dari yang tadinya 43,2% menjadi 36,6% terhadap pendapatan. Perusahaan juga memperoleh penghasilan lain-lain
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), Matahari berbalik untung dari rugi 617 miliar menjadi 439 miliar rupiah (+171,1% YoY). Hal ini didorong oleh tumbuhnya pendapatan (+26,5%), terutama dari penjualan di area Pulau Jawa (+24,5%), Sumatera (+26,2%) serta Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku (+31,4%). Selain itu, beban usaha perusahaan juga mengalami efisiensi (-15,4%).
$ACES: Laba bersih Ace Hardware Indonesia pada Q3 2021 adalah 46 miliar rupiah, tergerus 72,9% dari Q3 2020 (YoY) yang mencapai 170 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan (-29,0%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih Ace Hardware turun dari 530 miliar rupiah menjadi 323 miliar rupiah (-39,1% YoY). Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan (-14,3%), terutama dari penjualan segmen produk perbaikan rumah (-14,0%) dan produk gaya hidup (-16,1%).
MAP Group
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan milik MAP Group mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$MAPI: Rugi bersih Mitra Adiperkasa pada Q3 2021 memburuk -79,9% YoY menjadi -355 miliar rupiah, dari Q3 2020 yang sebesar -197 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan bersih (-14,0%) yang terdampak oleh PPKM sejak Juni 2021 hingga Agustus 2021.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih Mitra Adiperkasa membaik +86,2% YoY, dari 605 miliar menjadi 83 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh tumbuhnya pendapatan bersih (+18,3%), terutama dari penjualan segmen penjualan retail (+22,8%) dan kafe & restoran (+13,3%). (IDX)
$MAPA: Rugi bersih MAP Aktif Adiperkasa berpada Q3 2021 memburuk -190,5% YoY menjadi -103 miliar rupiah, dari Q3 2020 yang sebesar -35 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan bersih disertai naiknya beban usaha.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), performa MAPA berbalik untung menjadi 1,4 miliar rupiah, dari yang sebelumnya rugi 111 miliar rupiah pada 9M20. Hal ini didorong oleh tumbuhnya pendapatan bersih (+18,4%) yang dikontribusikan penjualan eceran (+17,1%) dan non-eceran (+26,7%). (IDX)
$MAPB: Rugi bersih MAP Boga Adiperkasa pada Q3 2021 memburuk -60,5% YoY menjadi 54 miliar rupiah, dari Q3 2020 yang sebesar -34 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan bersih disertai naiknya beban usaha.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), kerugian MAPB membaik +50,1% menjadi -74 miliar rupiah, dari yang sebelumnya -148 miliar rupiah pada 9M20. Hal ini didorong oleh tumbuhnya pendapatan bersih (+13,4%) yang dikontribusikan oleh penjualan makanan (+11,4%) dan minuman (+21,8%). (IDX)
$HERO: Rugi bersih Hero Supermarket pada Q3 2021 197 miliar rupiah, memburuk 43,1% dari Q3 2020 (YoY). Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan dan naiknya beban lain-lain.
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih Hero bertambah dari 339 miliar rupiah menjadi 747 miliar rupiah (-120,2% YoY). Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan (-35,2%), terutama dari penjualan segmen makanan yang tergerus hingga -48,7%. (IDX)
$ERAA: Laba bersih Erajaya Swasembada pada Q3 2021 terkoreksi -11,6% dari Q3 2020 (YoY). Meskipun pendapatan tumbuh, namun beban pokok penjualan tumbuh lebih tinggi, diikuti juga oleh kenaikan beban usaha.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih ERAA tumbuh +143,7% (YoY) menjadi 719 miliar rupiah, dari 9M20 sebesar 295 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan (+34,6%), terutama penjualan dari segmen telepon seluler dan tablet (+43,0%) serta aksesoris dan lainnya (+41,3%). Di sisi lain, pendapatan lainnya juga tumbuh (+36,4%) disertai turunnya beban lainnya (-62,0%). (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan mini market mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$AMRT: Laba bersih Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) pada Q3 2021 naik +74,9% (YoY) menjadi 254 miliar rupiah. Hasil ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+15,6%) yang disertai efisiensi pada beban penjualan dan beban umum administrasi.
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh +73,4% (YoY) menjadi 1,1 triliun rupiah, didorong peningkatan pendapatan neto segmen makanan (+12,8%), bukan makanan (+10,7%), dan pendapatan lain-lain (+22,3%). Selain itu, biaya keuangan juga mengalami penurunan sebesar -42,8%. (IDX)
$DNET: Laba bersih Indoritel Makmur pada Q3 2021 naik +216,5% (YoY) menjadi 125 miliar rupiah. Hasil ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+87,5%) dan bagian laba dari entitas asosiasi dan ventura bersama (+83,8%). Capaian ini juga disertai efisiensi proporsi beban penjualan.
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh +461,1% (YoY), didorong peningkatan pendapatan dari kontrak pelanggan (+68,3%) di segmen korporasi (+54,4%) dan ritel (+75,9%). Selain itu, bagian laba dari entitas asosiasi juga tumbuh +130,2%. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa emiten restoran mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$FAST: Rugi bersih Fast Food Indonesia (pengelola KFC) membaik +20,3% pada Q3 2021 (YoY) menjadi -124 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh penurunan beban penjualan dan distribusi (-11,8%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih FAST membaik +32,5% (YoY), dari -298 miliar rupiah menjadi -201 miliar rupiah. Hal ini didorong naiknya margin laba bruto (9M21: 60,6% vs 9M20: 59,4%). Turunnya beban penjualan dan distribusi (-9,4%) juga berkontribusi dalam perbaikan performa, terutama di pos beban gaji serta promosi dan penjualan. (IDX)$PZZA: Rugi bersih Sarimelati Kencana (pengelola Pizza Hut) membaik +4,7% pada Q3 2021 (YoY) menjadi -18 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh penurunan beban penjualan (-6,5% YoY).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), performa PZZA berbalik untung sebesar 13 miliar rupiah (+254,3% YoY). Perbaikan ini didukung oleh turunnya beban penjualan (-7,6%), terutama di pos beban gaji dan kesejahteraan serta beban waralaba yang berkelanjutan. (IDX)
💻 Sektor Telco, Tech, dan Media
Pendapatan perusahaan operator telekomunikasi berasal dari pendapatan data dan non-data dari pelanggan nya. Perusahaan memancarkan sinyal melalui spektrum dari menara dan base transceiver station (BTS) yang dimiliki atau disewanya.
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), performa grup Elang Mahkota Teknologi mengalami perubahan apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$EMTK: Keuntungan Emtek pada Q3 2020 berbalik menjadi rugi 47 miliar pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan kerugian dari entitas asosiasi seperti Bukalapak ($BUKA) dan Dana.
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih Emtek turun dari 477 miliar rupiah menjadi 217 miliar rupiah (-54,4% YoY). Hal ini terjadi akibat meningkatnya kerugian dari entitas asosiasi, seperti Bukalapak dan Dana (+510,8%). Selain itu, laba atas investasi juga mengalami penurunan drastis (-63,7%).
Namun, sebelum memperhitungkan efek investasi perusahaan pada entitas asosiasi, laba operasi perusahaan pada 9M21 meningkat 10,33% didorong oleh peningkatan pendapatan (+13,71%). (IDX)$SCMA: Surya Citra Media adalah anak usaha EMTK yang bergerak di bidang media dan penyiaran. Laba bersih SCMA naik 7,6% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+18,0%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih SCMA naik dari 914 miliar rupiah menjadi 1,06 triliun rupiah (+16,5% YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+22,5%) akibat pertumbuhan di segmen televisi (+18,1%), digital dan iklan luar ruangan (+70,4%) serta konten dan lainnya (+46,3%). (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), performa perusahaan teknologi seperti, Metrodata Electronics dan DCI Indonesia mengalami perubahan apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$MTDL: Laba bersih Metrodata Electronics turun 2,7% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini terjadi di tengah peningkatan beban HPP (+17,6%) yang melampaui peningkatan pendapatan (+16,7%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih Metrodata naik 31,3%. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+20,9%), seperti pada segmen perangkat keras (+22,6%), perangkat lunak (+17,5%), serta jasa dan sewa (+11,4%). (IDX)
$DCII: Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih DCI Indonesia naik 24,4%.
Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+3,3%) dan efisiensi beban pokok pendapatan (-12%). Peningkatan ini terutama didorong oleh naiknya pendapatan jasa colocation, yaitu penyediaan tempat untuk menyimpan atau menitipkan server pelanggan. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan operator telekomunikasi mencatatkan perubahan kinerja apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya (Q3 2020), dengan rincian:
$EXCL: Laba bersih XL Axiata pada Q3 2021 turun -9,4% (YoY). Tercatat laba Q3 2021 adalah 300 miliar rupiah, lebih rendah dibandingkan 331 miliar rupiah pada Q3 2020. Penurunan ini didorong oleh naiknya beban usaha (+7,3%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba XL Axiata tergerus -51,0% (YoY) menjadi 1 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh naiknya beban penjualan dan pemasaran (+39,0%) serta menurunnya keuntungan dari penjualan dan sewa-balik menara (-84,1%). (IDX)
$ISAT: Performa Indosat berbalik dari rugi menjadi untung sebesar 202 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+13,0% YoY) dan turunnya beban keuangan (-4,2%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), kerugian perusahaan berbalik menjadi untung sebesar 5,8 triliun. Hal ini didorong oleh aktivitas divestasi menara senilai 6 triliun rupiah. Selain itu, pendapatan juga tumbuh +12,0% (YoY) menjadi 23 triliun rupiah, dari 20,6 triliun di tahun sebelumnya. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan di sektor telekomunikasi mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$TLKM: Laba bersih Telkom Indonesia pada Q3 2021 meningkat +12,8% (YoY). Tercatat laba Q3 2021 adalah 6,4 triliun rupiah, lebih tinggi dibandingkan 5,7 triliun rupiah pada Q3 2020. Peningkatan ini didorong oleh tumbuhnya pendapatan (+10,5%), sementara total beban usaha tumbuh lebih konservatif (+6,9%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Telkom Indonesia tumbuh +13,1% (YoY) menjadi 18,9 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh naiknya naiknya pendapatan (+6,1%), terutama dari segmen consumer sebesar +21,9% (terdiri atas layanan IndiHome dan telekomunikasi rumahan lainnya) dan segmen enterprise sebesar +20,5%. (IDX)$BALI: Laba bersih Bali Towerindo Sentra tumbuh +158,5% (YoY) menjadi 49 miliar rupiah pada Q3 2021. Ini didorong oleh kenaikan pendapatan (+29,1%), dibarengi pertumbuhan yang lebih konservatif pada beban pokok penjualan (+16,8%) dan beban usaha (+14,9%).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan membaik +166,7% (YoY) menjadi 134 miliar rupiah dari 9M20 yang sebesar 50 miliar rupiah. Hal ini didorong peningkatan pendapatan (+22,6%) yang berasal dari bisnis menara & jaringan (+6,9%) dan komunikasi data, internet, dan TV kabel (+55,5%). (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), perusahaan di sektor telekomunikasi mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$CENT: Rugi bersih Centratama Telekomunikasi Indonesia membaik +12,5% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh naiknya pendapatan (+3,1%) dan turunnya beban pokok penjualan (-3,6%).
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih CENT membengkak -251,6% (YoY), dari -83 miliar rupiah menjadi -292 miliar rupiah. Meskipun pendapatan tumbuh +11,3%, beban lainnya naik +647,5%, didorong kerugian selisih kurs yang melonjak dari 23 juta rupiah menjadi 107 miliar rupiah. (IDX)
$TOWR: Laba bersih Sarana Menara Nusantara naik +46,6% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+12,0%), turunnya beban usaha (-21,9%) dan beban pokok penjualan (-5,5%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +35,2% (YoY), dari 1,9 triliun rupiah menjadi 2,6 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+9,2%). Selain itu, kerugian selisih kurs sebanyak 231 miliar rupiah dapat diubah menjadi keuntungan sebesar 35 miliar rupiah di 9M21. Beban keuangan juga dapat dipangkas sebesar -10,2%. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), Beberapa perusahaan dibawah Grup MNC mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$MNCN: Laba bersih Media Nusantara Citra naik +17,4% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+10,7%) serta terpangkasnya beban lain-lain (-71,2%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih MNCN naik +22,5% YoY, dari 1,4 triliun rupiah menjadi 1,7 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+18,6%) yang berasal dari pertumbuhan pendapatan iklan (+21,0%). Iklan digital berkontribusi besar atas pertumbuhan tersebut (+111% YoY). (IDX)
$IPTV: Laba bersih MNC Vision Networks terkoreksi -11,0% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh turunnya pendapatan (-8,2%) serta naiknya beban umum dan administrasi (+155,0%), tetapi terbantu oleh keuntungan selisih kurs (+111,7%).
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih IPTV tumbuh +21,8% (YoY), dari 210 miliar menjadi 256 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+8,9%) yang berasal dari bisnis digital, IPTV, dan jasa broadband (+36,6%). Pertumbuhan turut didorong oleh berbaliknya kerugian selisih kurs -84 miliar menjadi 13 miliar rupiah. (IDX)
🛒Sektor Trade And Services
Perusahaan yang berada di sektor trade and service biasanya mendapatkan pendapatan dari jasa yang ditawarkan. Pendapatan perusahaan dalam sektor ini bergantung kepada jumlah klien dan besarnya margin yang didapat dari jasa yang ditawarkan. Selain itu tingkat kapasitas dan keterisian menjadi salah satu faktor penting terhadap pendapatan perusahaan yang bergerak di bidang ini.
⚕️ Healthcare
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), Performa beberapa perusahaan rumah sakit, yaitu Sarana Meditama Metropolitan dan Siloam International Hospitals membaik apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$SAME: Sarana Meditama Metropolitan, pengelola jaringan Omni Hospitals, berhasil membukukan laba bersih sebesar 49 miliar rupiah (+111,8% YoY) pada Q3 2021, berbalik dari rugi bersih 410 miliar rupiah pada Q3 2020. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang mencapai 549 miliar rupiah atau tumbuh +330,6% YoY.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 147 miliar rupiah (+132,2% YoY), membaik dibandingkan rugi 458 miliar rupiah pada 9M20. Hal ini ditopang oleh pendapatan sebesar 987 miliar rupiah (+101,2% YoY). Selain itu, kenaikan laba juga didukung oleh rugi penurunan nilai aset tetap yang jauh berkurang (6,5 miliar rupiah pada Q3 2021 vs 339 miliar rupiah pada Q3 2020). (IDX)$SILO: Siloam International Hospitals mencatatkan laba bersih sebesar 240 miliar rupiah (+196% YoY) pada Q3 2021. Sementara itu, pendapatan mencapai 3,3 triliun rupiah atau tumbuh +33,9% YoY.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 532 miliar rupiah (+1.190% YoY), berbalik dari rugi 49 miliar rupiah pada 9M20. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang tumbuh +42,8% YoY atau mencapai 7,1 triliun rupiah. (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan di sektor kesehatan mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$MIKA: Mitra Keluarga Karyasehat membukukan laba bersih 267 miliar rupiah (+12,8% YoY) pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang mencapai 1 triliun rupiah (+16,3% YoY) seiring dengan kenaikan volume kunjungan pasien.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 883 miliar rupiah (+68% YoY). Hal ini ditopang oleh pendapatan yang mencapai 3,4 triliun rupiah (+47,1% YoY), terdiri dari pendapatan rawat inap sebesar 2,2 triliun rupiah (+49% YoY) dan rawat jalan 1,2 triliun rupiah (+43,5% YoY).
Margin laba kotor dan laba bersih juga meningkat menjadi masing-masing 52,4% (vs 47,3% pada 9M20) dan 25,9% (vs 22,7% pada 9M20). (IDX)$HEAL: Medikaloka Hermina mencatatkan laba bersih 228 miliar rupiah (+45,2% YoY) pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang mencapai 1,5 triliun rupiah (+32,9% YoY), terutama berasal dari pasien rawat inap yang mencapai 1,1 triliun rupiah (+53,8% YoY).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih mencapai 773 miliar rupiah, melonjak +195,5% dibandingkan 262 miliar rupiah pada 9M20. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang mencapai 4,6 triliun rupiah (+60,5% YoY), terdiri dari pendapatan rawat inap 3,34 triliun rupiah (+80,7% YoY) dan rawat jalan 1,26 triliun rupiah (+23,6% YoY).
Margin laba kotor dan laba bersih juga meningkat menjadi masing-masing 52,4% (vs 45,4% pada 9M20) dan 16,7% (vs 9,1% pada 9M20). (IDX)$PRDA: Laba bersih Prodia Widyahusada tumbuh +56,3% YoY menjadi 210 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini ditopang oleh pendapatan yang tumbuh +38,1% YoY mencapai 752 miliar serta efisiensi beban pokok penjualan dan beban usaha.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba Prodia mencapai 511 miliar rupiah, melonjak +318% YoY dibandingkan 122 miliar rupiah pada 9M20. Selain pendapatan yang mencapai 1,99 triliun rupiah (+65,6% YoY), laba juga ditopang oleh efisiensi beban pokok penjualan dan beban usaha.
Margin laba kotor dan laba bersih juga meningkat menjadi masing-masing 61,9% (vs 54,5% pada 9M20) dan 25,7% (vs 10,2% pada 9M20). (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan rumah sakit mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$SRAJ: Laba Sejahteraraya Anugrahjaya, pengelola jaringan Mayapada Hospital, melesat +291,9% YoY menjadi 67 miliar rupiah pada Q3 2021, berbalik dari rugi 35 miliar rupiah pada Q3 2020. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+104,9%) akibat pertumbuhan pendapatan (+53,3%).
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba juga melesat +327,0% YoY menjadi 222 miliar rupiah, berbalik dari rugi 98 miliar rupiah pada 9M20. Perbaikan kinerja ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+156,1%) akibat pertumbuhan pendapatan (+89,8%). Selain itu, beban usaha juga tumbuh moderat (+11,6%). (IDX)
$BMHS: Laba Bundamedik tumbuh +13,4% YoY pada Q3 2021. Meskipun pendapatan dan laba sebelum pajak masing-masing tumbuh +20,7% dan +34,4%, kenaikan beban pajak penghasilan yang jauh lebih besar (+93,8%) menggerus laba bersih.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba melesat +189,6% YoY menjadi 192 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan laba kotor (+89,5%) akibat pertumbuhan pendapatan (+62,7%). Di sisi lain, beban usaha tumbuh lebih moderat (+46,3%). (IDX)
🐓 Sektor Poultry
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa performa perusahaan poultry mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
Laba bersih perusahaan unggas (poultry) mengalami penurunan signifikan pada Q3 2021 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu. Keuntungan Charoen Pokphand, Japfa Comfeed dan Malindo berbalik menjadi rugi. Laba bersih Charoen Pokphand, Japfa dan Malindo menurun masing masing -126,%, -138%, -288,6% (YoY). Hal ini terjadi di tengah peningkatan pendapatan perusahaan ($CPIN +334,4%, $JPFA +33,4%, $MAIN +17,6%).
Penurunan laba didorong oleh peningkatan pada beban HPP setiap perusahaan. Selain itu, kebijakan PPKM Darurat pada bulan Juli menyebabkan harga rata rata ayam broiler di Pulau Jawa menurun -19,56% (YoY) menjadi 13.300 rupiah per kg.
Harga Day Old Chicken (DOC) atau ayam yang berumur paling maksimal 14 hari untuk dijual kepada peternak juga mengalami penurunan sebesar -34,9% (YoY).
Namun secara 9 bulan pertama tahun 2021 laba bersih ketiga perusashaan meningkat:
$CPIN: Secara kumulatif 9 bulan pertama pada tahun 2021 (9M21), laba perusahaan meningkat +18,7% menjadi 2,7 triliun rupiah. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya total pendapatan +23,7% menjadi 37,6 triliun rupiah. Kenaikan pada pendapatan didorong oleh meningkatnya pendapatan pada penjualan ayam pedaging (broiler) (+44,2%), dan ayam olahan (+22,7%). (IDX)
$JPFA: Secara kumulatif 9 bulan pertama pada tahun 2021 (9M21), laba perusahaan meningkat +486% menjadi 1,5 triliun rupiah. Kenaikan ini didorong oleh pendapatan dari penyesuaian biaya jasa lalu karena perubahan program pensiun karyawan sebesar 368,5 miliar rupiah yang pada tahun sebelumnya tidak ada dan meningkatnya total pendapatan +23,1% menjadi 32,8 triliun rupiah.
Kenaikan pada pendapatan didorong oleh meningkatnya pendapatan pada peternakan komersial (+40,1%), pakan ternak (+22,1%), pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen (+16,5%), budidaya perairan (15,6%) dan pembibitan unggas (+19,9%). (IDX)$MAIN: Secara kumulatif 9 bulan pertama 2021 (9M21) laba perusahaan berbalik dari rugi 73 miliar menjadi untung 19 miliar rupiah atau naik +125,7%. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya total pendapatan +34,0% menjadi 6,7 triliun rupiah.
Kenaikan pendapatan didorong oleh kenaikan pada penjualan pakan (+31,5%), anak ayam atau itik usia sehari (+48,1%), dan ayam pedaging (+46,7%). (IDX)
🚚 Sektor Transportasi
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan transportasi mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$ASSA: Laba bersih perusahaan transportasi Adi Sarana Armada turun 7,4% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini terjadi ditengah peningkatan pendapatan (+82,8%) yang dilampaui oleh peningkatan beban.
Namun, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih ASSA tumbuh 56,7%, didorong oleh peningkatan pendapatan (+61,7%).
Pertumbuhan yang cepat ini salah satunya berasal dari anak usaha AnterAja yang bergerak di segmen jasa pengiriman. Pendapatan segmen jasa pengiriman tumbuh 270% YoY. Sehingga, segmen jasa pengiriman ini berkontribusi 51,5% terhadap total pendapatan pada 9M21. (IDX)$BIRD: Kerugian Blue Bird membaik dari 62 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi 36 miliar rupiah pada Q3 2021. Hal ini terjadi di tengah kenaikan pendapatan (+0,7%) dan efisiensi beban pokok penjualan (-4,5%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), rugi bersih BIRD membaik 57,6%, didorong oleh efisiensi beban usaha dan beban pokok penjualan yang melampaui penurunan pendapatan (-6,6%). (IDX)
🕷#MusimLaba Express:
Stockbit juga turut serta menyajikan kompilasi beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan drastis pada labanya (growth story), penurunan (degrowth story), ataupun berbalik untung (turnaround story) pada Q3 2021 dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya:
Growth and Degrowth Story:
Selama Q3 2021, terdapat beberapa perusahaan yang mengalami kenaikan laba secara drastis dan penurunan laba apabila dibandingkan dengan Q3 2020, seperti:
$KLBF: Laba bersih Kalbe Farma tumbuh +23,5% menjadi 790 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Kenaikan laba ini ditopang oleh penjualan yang tumbuh +22,5% menjadi 6,7 triliun rupiah.
Secara kumulatif hingga September 2021 (9M21), laba bersih naik +12,9% mencapai 2,3 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan penjualan menjadi 19 triliun rupiah (+11,7%), terutama dari segmen distribusi dan logistik yang tumbuh sebesar 23,9%. (IDX)
$UNVR: Laba bersih Unilever Indonesia terkoreksi dari 1,8 triliun rupiah di Q3 2020 menjadi 1,3 triliun rupiah pada Q3 2021, atau turun 26,7% (YoY). Ini disebabkan oleh turunnya penjualan bersih perusahaan dari 10,7 triliun menjadi 9,9 triliun rupiah. (-7,8%).
Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan turun dari 5,4 triliun rupiah menjadi 4,4 triliun rupiah (-19,5% YoY). Hal ini didorong oleh penurunan penjualan bersih menjadi 30 triliun rupiah (-7,5%), terutama dari segmen kebutuhan rumah tangga dan perawatan tubuh (-12%). (IDX)
$AKRA: Laba bersih AKR Corporindo tumbuh dari 234 miliar rupiah pada Q3 2020 menjadi 247 miliar rupiah pada Q3 2021 atau naik 5,5% (YoY). Kenaikan ini didukung oleh peningkatan pada total pendapatan menjadi 6,5 triliun rupiah (+69,4%)
Sehingga secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan membaik dari 665,4 miliar menjadi 797,7 miliar rupiah atau naik 19,8% (YoY). Kenaikan ini didukung oleh kenaikan total pendapatan menjadi 17,1 triliun rupiah (+24,4%). Kenaikan pada pendapatan didorong oleh segmen perdagangan dan distribusi bahan kimia (+23,9%) dan manufacturing (+68%),
Selain itu, kenaikan laba perusahaan juga didukung oleh penurunan beban usaha (-10,2%). (IDX)
$DMAS: Laba bersih Deltamas tumbuh dari 224 miliar rupiah di Q3 2020 menjadi 346 miliar rupiah pada Q3 2021 (+54,8% YoY). Hal ini didorong oleh tumbuhnya pendapatan perusahaan (+80,8%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba perusahaan tumbuh 109,8% menjadi 635 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan (+99,6%), terutama di segmen industrial (+112,6%) dan residensial (+206,2%). Selain itu, Deltamas juga mengalami peningkatan keuntungan dari kegiatan pengelolaan (+58,1%) dan penurunan beban bunga (-32,5%). (IDX)
Selama Juli sampai dengan September 2021 (Q3 2021), beberapa perusahaan mengalami perubahan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020. Berikut adalah rinciannya:
$BUKA: Rugi bersih Bukalapak membaik dari 368 miliar menjadi 361 miliar pada Q3 2021 (YoY). Pendapatan Bukalapak meningkat 58% menjadi 484 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan Mitra Bukalapak (+258%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), kerugian perusahaan membaik dari 1,39 triliun menjadi 1,13 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+42%) akibat kenaikan pendapatan Mitra Bukalapak (+298%). Di sisi lain, pendapatan segmen marketplace perusahaan juga tumbuh (+7%).
Sehingga, Mitra Bukalapak berkontribusi 43% terhadap total pendapatan Bukalapak, naik dari 33% pada kuartal sebelumnya. (IDX)
$SMRA: Kerugian Summarecon Agung berbalik menjadi untung 62 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+23,4%) dan efisiensi beban keuangan (-24,2%).
Sehingga, secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), kerugian perusahaan berbalik menjadi untung 170 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh efisiensi beban usaha (-2,6%) dan peningkatan pendapatan (+16,2%), terutama karena peningkatan penjualan rumah (+50%). (IDX)
Selama Q3 2021, Tower Bersama Infrastructure dan Ramayana Lestari Sentosa mengalami kenaikan performa apabila dibandingkan dengan Q3 2020.
$TBIG: Laba bersih Tower Bersama Infrastructure tumbuh +76,3% pada Q3 2021 (YoY). Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+17,0%), turunnya beban keuangan (-7,8%) dan beban pajak tangguhan (-110,6%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih TBIG naik +44,6% (YoY), dari 747 miliar rupiah menjadi 1,1 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+15,9%). Selain itu, beban pajak tangguhan juga turun -87,1%. (IDX)
$RALS: Rugi bersih Ramayana Lestari Sentosa pada Q3 2021 (YoY) membaik +65,2%, meskipun pendapatan turun -39,0%. Hal ini didorong oleh turunnya beban pokok penjualan (-46,3%) serta beban umum dan administrasi (-59,2%).
Secara kumulatif pada 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), RALS membukukan laba bersih 103 miliar rupiah (+208% YoY), berbalik dari rugi -95 miliar rupiah pada 9M20. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan (+4,0%). Selain itu, beban gaji dan tunjangan turun -30,7%, diikuti oleh penurunan penyusutan aset hak guna sebesar -7,6%. (IDX)
Turnaround Story:
Selama Q3 2021, terdapat beberapa perusahaan yang berhasil membalikan keadaan perusahaan yang tadinya rugi menjadi untung mencatatkan laba apabila dibandingkan dengan Q3 2020, seperti: