💰 Bukalapak dan Grup Salim Ikut Rights Issue Allo Bank / by Stockbit Snips

04 Januari 2022

Source: Stockbit

Daily Market Performance 🚀

IHSG

6.695

+0,45%

Coal

157,50

-7,13%

Crude Oil

76,36

-0,36%

Gold

1.804

+0,18%

CPO

5.316

+1,89%

Nickel

20.880

+0,00%

👋 Stockbitor!

Bukalapak ($BUKA) dan Grup Salim (Indolife Investama Perkasa) resmi mengikuti aksi korporasi rights issue yang digelar oleh Allo Bank Indonesia ($BBHI). Nantinya, Bukalapak dan Indolife Investama masing masing memiliki 11,49% dan 6,00% saham Allo Bank. Bukalapak mengeluarkan total dana sebesar 1,2 triliun rupiah sedangkan Indolife mengeluarkan dana senilai 623 miliar rupiah. 

 

Mega Corporation selaku pemegang saham utama dengan kepemilikan 90% menyatakan hanya akan menyerap 30% dari hak nya atau setara dengan 2,7 miliar lembar saham. Ini mengakibatkan kepemilikan Mega Corp atas Allo akan terdelusi menjadi 60,87% setelah aksi rights issue ini selesai. 

 

Dalam rights issue ini Allo Bank akan mengeluarkan total saham baru lebih dari 10 miliar lembar saham atau setara dengan 86% modal yang ditempatkan dan disetor penuh perseroaan saat ini. Harga pelaksanaan rights issue ini adalah 478 rupiah. Sehingga, total dana yang akan didapatkan oleh Allo Bank dari hasil rights issue ini sebesar 4,8 triliun rupiah.

 

Dana hasil rights issue akan digunakan untuk meningkatkan modal inti perusahaan agar tergolong dalam KBMI 2 dengan modal inti 6 triliun sampai 14 triliun rupiah. Selain itu, dana rights issue juga akan digunakan untuk pengembangan usaha di bidang kredit bank digital.

Key Takeaway

Transaksi ini berpotensi membentuk sinergi dari ekosistem dari Grup Emtek - Bukalapak - Grup Salim - Grup CT Corp. Potensi ekosistem kerja sama dapat terbentuk dari sisi e-commerce Bukalapak, perbankan dari Allo Bank dan Fama Bank (milik Emtek), dan ekosistem milik Salim Group.

Pada penutupan hari Bukalapak ditutup di harga 500 rupiah atau menguat +17,93% sedangkan Allo Bank ditutup di harga 8.800 rupiah atau menguat +11,39% .


Berita Korporasi

Archi Stop Sementara Salah Satu Tambangnya

  • $ARCI: Archi Indonesia menghentikan sementara kegiatan penambangan di salah satu lokasi penambangan milik anak usahanya dikarenakan aliran air sungai yang masuk ke dalam lokasi tambang. Pihak perusahaan menyatakan bahwa kejadian ini berpotensi memberikan dampak kepada arus kas perusahaan.

  • $BBRIBank Rakyat Indonesia melakukan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) senilai 325 juta dolar AS dengan Chandra Asri Petrochemical ($TPIA). 

  • $CENT: Centratama Telekomunikasi Indonesia melalui anak usahanya Centratama Menara Indonesia berencana untuk membeli 1.000 saham EPID Menara AsetCo atau setara dengan 100% modal ditempakan dan modal disetor sebesar 35,8 miliar rupiah.

  • $BRIS: Bank Syariah Indonesia mengajukan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Tapera sebanyak 15.000 rumah atau setara dengan 2,2 triliun rupiah sepanjang tahun 2022.


Musim Laba Q3 2021

🕷️ Bank Swasta 9M21

Selama Q3 2021, beberapa bank swasta mengalami peningkatan kinerja jika dibandingkan dengan Q3 2020.

  • $BNLI: Laba Bersih Bank Permata meningkat +204,3% menjadi sebesar 192,6 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 63,3 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bersih bunga & syariah menjadi 1,8 triliun rupiah (+28,9% YoY). 

     

    Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +93,5% YoY dari 429,8 miliar rupiah menjadi 831,4 miliar rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bersih bunga & syariah dari menjadi 5,7 triliun rupiah (+28,1% YoY). Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana Rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional) turun dari 92,0% menjadi 88,3%. (IDX)

     

  • $MEGA: Laba Bersih Bank Mega meningkat +66,2% menjadi sebesar 967,8 miliar rupiah pada Q3 2021 (YoY) dibanding laba bersih 582,5 miliar rupiah pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih  menjadi 1,3 triliun rupiah (+27,1% YoY). 

     

    Secara kumulatif selama 9 bulan pertama tahun 2021 (9M21), laba bersih perusahaan naik +43,4% YoY dari 1,7 triliun rupiah menjadi 2,5 triliun rupiah. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan bunga bersih menjadi 3,7 triliun rupiah (+24,7% YoY). Selain itu, efisiensi perusahaan juga mendorong kenaikan laba bersih, dimana Rasio CIR (Cost to Income Ratio) turun dari 50,3% menjadi 41,7%. (IDX)


Saham Top Gainer Hari Ini 🔥

$MAPI

+10,71%

$BBNI

+4,46%

$INDY

+5,76%

$BEST

+3,51%

Saham Top Loser Hari Ini 🤕

$PSAB

-6,49%

$AGII

-4,25%

$IPTV

-6,37%

$ESSA

-3,85%

Performa Sektor Hari Ini 📊


Berita Lainnya

🔥 Hal lain yang lagi hot yang perlu kamu ketahui...

MNC Studios Internasional ($MSIN) berencana untuk mengakuisisi 3 perusahaan yang terafiliasi dengan MNC media dengan nilai transaksi sebesar 3,38 triliun rupiah. Tujuan dari aksi ini adalah untuk konsolidasi bisnis digital.

  • Autopedia Sukses Lestari ($ASLC) berencana untuk melakukan initial public offering (IPO) dengan menawarkan jumlah saham 2,5 miliar lembar saham di range harga 200-276 rupiah. ASLC sendiri merupakan anak usaha perusahaan Adi Sarana Armada ($ASSA) yang bergerak di bidang otomotif yang berfokus pada jual beli mobil bekas. Dana IPO akan digunakan untuk biaya modal kerja dan pelunasan utang kepada perusahaan induk.

  • Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tingkat inflasi Indonesia sepanjang tahun 2021 sebesar 1,87%. Angka ini lebih besar jika dibandingkan inflasi tahun 2020 sebesar 1,68%

  • Inflasi Turki dilaporkan menyentuh angka 36% yang didorong oleh sektor transportasi, bahan pokok dan makanan. Kebijakan atas suku bunga rendah yang diambil oleh Presiden Erdogan dipercaya sebagai penyebab meningkatnya inflasi.


Stockbitor Spotlight

Kutipan menarik dari komunitas Stockbit minggu ini

Dampak Kebijakan Larangan Ekspor Batubara

Photo by: stockbit

"Yang disayangkan disini adalah pemilihan solusi yang menurut saya kurang profesional,  dengan cara menetapkan larangan ekspor bagi semua emiten coal."— michael1009

 

Beberapa hari lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan ekspor batubara. Tujuannya agar kebutuhan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) dapat terpenuhi. Hal ini tentu mengundang banyak kritik dan pertanyaan dari berbagai kalangan. Apakah ini merupakan kebijakan yang tepat? Seperti apa dampak positif atau negatif yang mungkin ditimbulkan dari kebijakan ini? Temukan jawaban selengkapnya di tulisan michael1009 berikut ini!


Subscribe Stockbit Snips di sini untuk dapat berita pasar saham terhangat setiap hari di email kamu.


Penulis: Michael Owen Kohana
Editor: Vivi Handoyo Lie, Calvin Kurniawan, Astrid Rahadiani Putri, Bayu Santoso, Rahmanto Tyas Raharja, Almer Dzaki