Sejumlah perusahaan dapat melakukan aksi korporasi agar nominal saham per lembar lebih rendah dan diharapkan bisa membuat perdagangan sahamnya lebih likuid. Aksi korporasi ini dikenal dengan istilah Stock Split. Simak penjelasannya berikut ini!
Pengertian Stock Split
Stock split adalah suatu aksi korporasi yang memecah harga saham dalam rasio tertentu. Sebagai contoh 1:4. Artinya, harga saham saat ini dibagi menjadi 4. Jadi, jika saat ini harga saham per lembar Rp20.000. Maka, setelah stock split harga akan berubah menjadi Rp5.000 per lembar. Kepemilikan sahammu juga akan bertambah 4x.
Tujuan Stock Split
Aksi korporasi ini dilakukan agar meningkatkan jumlah saham yang beredar di pasar dengan membuat harga per lembar saham menjadi lebih murah. Dengan begitu, diharapkan transaksi menjadi lebih ramai dan saham menjadi lebih likuid.
Keuntungan Stock Split
Bagi investor (pemegang saham) bisa membeli saham dengan harga yang lebih murah. Lebih murah dalam kasus ini bukan secara valuasi, namun secara nominal lembar saham.
Selain itu, investor yang sudah memiliki sahamnya dan ingin menjual sebagian, bisa menjualnya karena sudah dipecah.
Bagi emiten, stock split dapat membuat saham lebih likuid dan lebih aktif untuk diperdagangkan, sehingga frekuensi transaksi dapat meningkat.
Simulasi Stock Split
Belum lama ini, Bayan Resources melakukan stock split pada Desember 2022 dengan rasio 1:10. Saat itu, harga saham $BYAN pada Rp94.500. Setelah stock split harga saham mereka menjadi Rp9.450.
Jika sebelumnya investor membutuhkan Rp9,45 juta untuk membeli 1 lot BYAN, maka setelah stock split, investor bisa membeli 1 lot dengan harga Rp945 ribu.
Contoh lain, Unilever Indonesia melakukan stock split pada Januari 2020 lalu dengan rasio 1:5. Saat itu, harga saham $UNVR berkisar Rp42.000. Setelah stock split harga saham mereka menjadi Rp8.400.
Jika sebelumnya investor membutuhkan Rp4,2 juta untuk membeli 1 lot UNVR, maka setelah stock split, investor bisa membeli 1 lot dengan harga Rp840 ribu.
Contoh lainnya, stock split yang dilakukan oleh BCA pada Oktober 2021 lalu. Nilai rasio stock split $BBCA adalah 1:5. Harga sebelum stock split Rp36.600 dan setelah resmi aksi kooperasi ini menjadi Rp7.320.
Sehingga, jika sebelumnya investor membutuhkan Rp3,66 juta untuk membeli 1 lot BBCA, maka setelah stock split, investor bisa membeli 1 lot dengan harga Rp732 ribu.
Dalam kasus BBCA, misalnya pemilik saham ingin menjual sahamnya sebagian. Investor memiliki 1 lot saham BBCA sebelum stock split. Jika sebelumnya, investor hanya bisa menjual keseluruhan 1 lot saham miliknya dan tidak bisa menjual sebagian karena odd lot, setelah stock split kepemilikannya menjadi 5 lot, dan investor dapat menjual sebagian kepemilikannya.
Risiko Stock Split
Aksi korporasi stock split ini cenderung tidak berpengaruh terhadap performa perusahaan sehingga tidak dapat menjadi patokan untuk membeli atau menjual saham. Investor harus tetap melakukan analisis sebelum membeli saham, baik itu fundamental maupun teknikal.
Beberapa contoh hal fundamental yang patut diperhatikan sebelum memutuskan untuk membeli saham stock split adalah:
Bagaimana kondisi keuangan perusahaan? Kondisi keuangan dapat dilihat dari laporan laba rugi, utang, cash flow, pendapatan, dan pengeluaran.
Prospek bisnis kedepannya seperti apa? Apakah ada kompetitor? Bagaimana peluangnya pada industri/pasar tersebut?
Bagaimana kondisi ekonomi perusahaan?
Bagaimana valuasi sahamnya? Karena bisa saja harganya murah tapi valuasinya mahal.
Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Always do your own research.