Untuk menganalisis fundamental sebuah saham, ada banyak indikator yang bisa dipakai investor. Salah satunya adalah PE Standard Deviation Band.
Apa itu? Yuk, simak penjelasan di bawah ini!
Pengertian PE Standard Deviation Band
PE standard deviation band adalah sebuah indikator yang mengukur jumlah variasi historis dari P/E rata-rata sebuah saham.
Indikator ini dihitung menggunakan rumus standar deviasi dan sering menjadi tools andalan institusi dalam melakukan valuasi saham secara fundamental.
Fungsi PE Standard Deviation Band
Indikator PE standard deviation band digunakan untuk mengetahui apakah harga saham sedang dalam keadaan murah (undervalued) atau mahal (overvalued) berdasarkan riwayat P/E ratio saham selama periode waktu tertentu.
Selain itu, indikator ini juga bisa dipakai untuk menentukan kapan kemungkinan harga suatu saham akan rebound atau koreksi. Sehingga investor dapat mengambil keputusan beli dan jual saham di waktu yang tepat untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya.
Cara valuasi saham dengan PE Standard Deviation Band
Pada indikator PE standard deviation band terdapat 5 pita (garis) yang dijadikan sebagai tolak ukur, yaitu +2, +1, mean (rata-rata), -1, dan -2 PE standard deviation.
Grafik di atas menunjukkan contoh penggunaan indikator PE standard deviation band dalam menganalisis harga saham BBCA. Sebagai informasi, grafik tersebut menunjukkan riwayat PE ratio BBCA dalam 12 bulan terakhir (TTM) dengan periode PE band yang dipakai adalah 1 tahun.
Nah, untuk menganalisis grafik tersebut, caranya cukup mudah. Secara umum, semakin PE ratio bergerak mendekati garis +1 atau +2 standard deviation band, semakin mahal (overvalued) harga sebuah saham.
Sebaliknya, semakin PE ratio bergerak mendekati garis -1 atau -2 standard deviation band, semakin murah harga sahamnya (undervalued).
Lebih lengkapnya, simak standar penilaian PE ratio to PE Standard Deviation berikut ini:
PE Ratio yang berada di -2 PE Standard Deviation menunjukkan bahwa saham tersebut secara histori termasuk sangat murah atau strong undervalued.
PE Ratio yang berada di -1 PE Standard Deviation menunjukkan bahwa saham tersebut secara histori termasuk murah atau undervalued.
PE Ratio yang berada di tengah alias rata-rata, menunjukkan saham sedang berada di harga wajar berdasarkan histori, atau disebut fairly valued.
PE Ratio yang berada di +1 PE Standard Deviation menunjukkan bahwa saham tersebut secara histori termasuk mahal atau overvalued.
PE Ratio yang berada di +2 PE Standard Deviation menunjukkan bahwa saham tersebut secara histori termasuk sangat mahal atau strong overvalued.
Kamu bisa pelajari P/E Band ini di Stockbit Academy berbentuk video ekslusif yang dibahas oleh profesional. Semua materi saham yang ada di dalamnya bersifat gratis dengan sign up melalui email saja.
Tutorial menggunakan PE Standard Deviation Band di Stockbit
Stockbit adalah salah satu platform investasi saham online berizin OJK di Indonesia yang menyediakan fitur lengkap. Salah satunya fitur analisa saham dengan PE standard deviation band.
Juga, buka rekening di Stockbit 100% online, tanpa dokumen fisik dan tanpa minimum deposit.
Di Stockbit, analisa saham dengan indikator ini dapat dilakukan baik melalui website atau aplikasi Stockbit. Berikut tutorial mengaksesnya:
Via website
Ketik nama emiten yang ingin dianalisis
Pilih opsi Fundachart pada menu bar di atas grafik
Pilih periode yang ingin ditampilkan
Klik menu Save, lalu pilih PE Standard Deviation Band
Grafik dan garis PE Standard Deviation Band akan muncul di bawah
Via aplikasi
Dari beranda, klik Search lalu ketik nama emiten yang ingin dianalisis
Pilih opsi Analysis pada menu bar di bawah grafik
Scroll ke bawah sampai ketemu tampilan indikator PE Band (TTM)
Pilih periode yang ingin ditampilkan (3, 5, atau 10 tahun)
Tampilan grafik dan garis PE Standard Deviation Band akan otomatis mengikuti periode PE Band yang kamu pilih
Namun, dalam menggunakan analisis ini, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan, yaitu:
Pastikan keadaan maupun kualitas perusahaan masih sama. Pasalnya, apabila terdapat perubahan dalam kondisi perusahaan (industri sudah terdisrupsi, pertumbuhan sudah tidak setinggi dulu, profitabilitas menurun banyak), bisa saja saham tersebut dihargai lebih murah oleh pasar dan tidak akan kembali dihargai secara premium
Pastikan bahwa tidak ada abnormalitas valuasi yang terjadi di masa lalu. Apabila di masa lalu valuasi pernah mengindikasikan harga yang tidak masuk akal karena adanya bubble atau mania, bisa saja saham tersebut tidak akan dihargai se-premium di masa lalu itu kedepannya. Oleh karena itu, kamu juga perlu melihat rasio pantasnya perusahaan tersebut sesuai dengan prospek, pertumbuhan, dan kualitas perusahaan.
Bagaimana, mudah bukan? Yuk, mulai investasi saham di Stockbit!