3 Rumus Harga Saham yang Wajib Kamu Ketahui / by Guest User

Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan investor pemula saat membeli saham adalah menilai murah tidaknya suatu saham hanya berdasarkan harga nominalnya. Padahal, nilai saham yang sebenarnya seringkali baru kelihatan ketika dicari lewat beberapa rumus harga saham.  Berikut tiga rumus yang sering dipakai investor dalam menentukan harga saham wajar yang perlu kamu tahu!

Rasio PBV (Price to Book Value)

Price to Book Value (PBV) adalah metode menentukan nilai wajar saham dengan membagi harga saham per lembar saat ini dengan nilai buku per lembar saham. 

Secara matematis, rumusnya ditulis seperti berikut:

rumus PBV price to book value

Bagi investor yang ingin menentukan nilai saham menggunakan metode ini wajib mencari tahu dulu berapa nilai buku per lembar saham (book value per share) dari saham yang ingin dinilai tersebut. Caranya adalah dengan membagi ekuitas perusahaan dengan jumlah total saham yang beredar.

Rumusnya seperti berikut:

rumus book value per share

Sebagai contoh, berdasarkan periode laporan keuangan terakhir PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diperoleh data sebagai berikut:

  • Nilai ekuitas = Rp197,815 triliun

  • Jumlah lembar saham beredar = 123,28 miliar 

  • Harga saham = Rp7.700 per lembar

Jika dihitung menggunakan rumus di atas, diperoleh nilai buku per lembar saham BBCA sekitar 1.604 dan PBV sebesar 4,8. 

Biasanya, nilai PBV saham yang dicari value investor adalah di bawah 1 yang berarti bahwa saham tersebut masih undervalued atau dijual murah. 

Akan tetapi, berhubung setiap industri biasanya memiliki nilai standar PBV yang berbeda, maka kamu perlu membandingkan dulu nilai PBV suatu saham dengan rata-rata nilai PBV industrinya sebelum menentukan mahal tidaknya saham tersebut.   

Analisis valuasi harga saham dengan PBV umumnya digunakan pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan properti. Selain itu, metode PBV juga bisa digunakan untuk menilai perusahaan yang kondisi keuangannya sedang tidak stabil atau terganggu akibat beragam faktor eksternal. 

PER (Price to Earning Ratio)

Berikutnya, rumus harga saham yang perlu kamu tahu adalah PER atau Price to Earning Ratio. Rumus ini juga bisa dipakai untuk menentukan nilai wajar suatu saham dengan membagi harga saham per lembar saat ini dengan nilai laba per saham atau Earning Per Share (EPS).

Nilai laba per saham diperoleh dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham beredar. Secara matematis, rumus PER dan EPS ditulis sebagai berikut: 

rumus pe ratio
rumus earning per share

Sebagai contoh, menurut laporan keuangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dalam 12 bulan terakhir hingga kuartal 3 tahun 2021 (TTM), diketahui sejumlah informasi berikut:

  • Laba bersih = Rp2 triliun 

  • Jumlah lembar saham beredar = 24,03 miliar 

  • Harga saham = Rp1.785

Berdasarkan data tersebut, kita bisa menghitung EPS ANTM dengan membagi Rp2 triliun dengan 24,03 miliar sehingga diperoleh EPS 84,22. Setelah mendapat EPS, berikutnya tinggal membagi harga saham ANTM saat ini (19/1/2022) dengan nilai EPS-nya untuk mendapatkan P/E Ratio ANTM, yaitu 1.785 dibagi 84,22 hasilnya 21,19. 

Catatan:
TTM (trailing twelve month) menggambarkan data yang diambil selama 12 bulan terakhir tanpa dibatasi tahun

Umumnya, semakin kecil nilai PER saham berarti semakin murah dan bagus saham tersebut untuk dikoleksi, begitu juga sebaliknya. Namun, ingat bahwa dalam menentukan rendah atau tidaknya angka PER suatu saham, kamu perlu membandingkannya dulu dengan rata-rata nilai PER saham yang bergerak di sektor usaha serupa. 

Contoh, kalau kamu ingin tahu apakah nilai PER saham BBCA kecil atau tinggi, kamu perlu membandingkannya dengan nilai PER dari saham-saham perbankan yang lain seperti BBNI, BBRI, BMRI, dan seterusnya. Jangan malah membandingkan dengan PER saham ANTM yang jelas-jelas bergerak di sektor usaha pertambangan.  

Selain itu, dalam menentukan tinggi atau rendahnya nilai PER suatu saham, perlu juga mempertimbangkan beberapa faktor lain seperti kestabilan laba dan pendapatan, potensi pertumbuhan, efisiensi dan profitabilitas, posisi perusahaan di industri, hingga kualitas dan integritas manajemen.

Contoh, kalau perusahaan memiliki pertumbuhan yang cepat, efisien, bahkan menjadi market leader di industrinya, maka adalah hal yang wajar jika perusahaan tersebut juga memiliki nilai PER yang lebih tinggi dibanding kompetitornya karena memang dihargai lebih premium. 

Secara umum, analisis PER dapat digunakan hampir di seluruh industri, akan tetapi cuma bisa dipakai untuk perusahaan yang sedang untung atau memiliki earnings stabil. Apabila sebaliknya, maka metode valuasi yang lebih cocok digunakan untuk perusahaan tersebut adalah PBV daripada PER.

Rasio PEG (Price Earning Growth)

Selain dua rasio di atas, beberapa investor saham professional juga sering menggunakan rumus harga saham PEG dalam menentukan mahal atau tidaknya suatu saham. 

rumus peg ratio

Price Earning Growth Ratio atau PEG Ratio adalah rasio yang menghitung nilai wajar saham berdasarkan laba saat ini dan potensi pertumbuhannya di masa depan. 

Rumus PEG Ratio adalah PER dibagi dengan nilai pertumbuhan EPS tahunan. Secara matematis, rumusnya ditulis sebagai berikut:

Nilai PER diperoleh dengan menggunakan rumus sebelumnya (lihat bagian 2), sementara nilai pertumbuhan EPS tahunan atau Annual EPS Growth didapat dengan membagi selisih nilai EPS pada akhir dan awal periode dengan nilai EPS pada awal periode. 

Contoh, diketahui perusahaan A memiliki P/E Ratio 22 dengan EPS (Earning per Share) tahun ini dan tahun sebelumnya masing-masing sebesar 2.09 dan 1.74.

Berdasarkan data tersebut, kita dapat menghitung pertumbuhan EPS tahunan perusahaan A sebagai berikut:

Pertumbuhan EPS tahunan = (2.09 – 1.74) / 1.74

= 0.35 / 1.74

= 0,20 atau 20%

Setelah mendapatkan Pertumbuhan EPS tahunan, berikutnya kita tinggal membagi saja PER perusahaan A dengan pertumbuhan EPS-nya untuk mendapatkan PEG Ratio.

PEG Ratio perusahaan A = PER / Pertumbuhan EPS tahunan

= 22 / 20

= 1,1

Jadi, PEG Ratio perusahaan A adalah 1,1. Idealnya, investor mencari saham dengan nilai PEG Ratio < 1 yang menandakan bahwa saham tersebut masih murah. Sebaliknya, saham dengan PEG Ratio > 1 dianggap sebagai saham mahal. 

Gunakan Stockbit Untuk Melihat Harga Saham

Mengetahui rumus diatas tentu penting bagi investor agar mengetahui perhitungannya. Namun, saat kamu membutuhkan informasi yang cepat tentang harga saham, pasti report jika menghitungnya secara manual.

Stockbit sudah menyediakan nilai PBV, PER dan PEG, sehingga mempermudah kebutuhan data emiten yang kamu perlukan.

Caranya sebagai berikut :

  1. Download aplikasi Stockbit

  2. Pada menu Search, cari emiten yang ingin dicek

  3. Pilih Keystats

  4. Data harga saham ditampilkan

rumus harga saham Stockbit

Belajar analisa fundamental saham

Menentukan nilai wajar suatu saham menggunakan rumus harga saham adalah bagian dari teknik analisa fundamental saham yang sangat umum dipakai investor di seluruh dunia, termasuk investor legenda Warren Buffett

Melalui fitur Stockbit Academy, kamu dapat mempelajari teknik analisa fundamental saham secara gratis dan dibimbing dari nol. Sehingga kamu tidak hanya akan belajar tentang beberapa rumus harga saham di atas, tetapi juga rumus-rumus valuasi saham yang lain seperti Dividend Yield dan DCF (Discounted Cash Flow).

Selain menghadirkan fitur Academy untuk pemula belajar investasi saham dari nol, di Stockbit juga tersedia beragam fitur profesional, seperti fitur Chartbit dan Screener untuk bantu kamu analisa saham dengan lebih efektif dan efisien. 

Download aplikasi Stockbit sekarang dan cobain semua fiturnya gratis!