Saham IATA itu Perusahaan Apa? Ini Penjelasannya! / by Guest User

saham IATA batu bara

Saham IATA merupakan saham dari PT MNC Energy Investments Tbk (IATA), perusahaan yang bergerak di bidang usaha investasi dan menjadi perusahaan induk, khususnya di sektor pertambangan batu bara. Lantas bagaimana profil emiten IATA, kinerja keuangan, dan pergerakan sahamnya selama ini? Simak artikel berikut.

Profil PT MNC Energy Investments Tbk

PT MNC Energy Investments Tbk adalah perusahaan induk yang bergerak di sektor energi.

Perusahaan didirikan pada 10 September 1968 dengan nama PT Indonesia Air Transport yang sebelumnya memiliki kegiatan usaha pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara.

Pada 2006, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) dan menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham IATA dan harga penawaran awal Rp130 per saham.

Pada 2022, Perseroan menyelesaikan HMETD untuk mengubah bisnis utamanya dari angkutan udara niaga dan jasa pengangkutan udara menjadi perusahaan investasi yang berfokus pada sektor energi, khususnya batu bara.

Setelah berakhirnya periode HMETD, PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi menjadi pemegang saham pengendali IATA dengan memiliki 11,1 miliar lembar saham IATA atau setara dengan 44,09%.

Kinerja Saham dan Keuangan IATA

grafik saham IATA

Seperti yang terlihat pada grafik di atas, IATA sempat menjadi ‘saham tidur’ atau stagnan di Rp50/saham selama periode 2019–akhir 2021.

Namun, setelah itu saham IATA berhasil bangkit dan mengalami kenaikan yang signifikan hingga mencapai level tertinggi dalam lima tahun terakhir, yaitu Rp308 per saham pada 12 April 2022.

Kenaikan ini dipicu oleh pengumuman rencana perseroan untuk menjadi perusahaan induk energi yang kemudian ditindaklanjuti lewat proses akuisisi dua anak usaha MNC Group yang bergerak di bidang pertambangan batubara dan migas, yaitu PT Bhakti Coal Resources dan PT Bhakti Migas Resources.

Patut diketahui, PT Bhakti Coal Resources merupakan perusahaan induk dari delapan perusahaan batubara dengan Izin Usaha Pertambangan di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Selain karena akusisi tersebut, naiknya saham IATA juga dipengaruhi oleh sentimen positif dari tren lonjakan harga komoditas batubara di pasar internasional yang terjadi sepanjang 2021 hingga awal September 2022.

Sayangnya, setelah itu, harga batu bara turun drastis dari US$458/ton pada 5 September 2022 menjadi US$143/ton pada 7 Agustus 2023, atau turun sekitar 68.7%. Hal ini memberikan dampak negatif pada pergerakan saham IATA di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang juga turut mengalami penurunan.

Terkini, berdasarkan penutupan perdagangan 11 Agustus 2023, saham IATA diperdagangkan di harga Rp60 per saham. Harga tersebut mencerminkan penurunan sekitar 59% dibandingkan harga saham tahun lalu (yoy), penurunan 52% dari harga saham awal tahun 2023 (ytd), dan kenaikan sebesar 20% dari harga saham lima tahun lalu.

tabel saham IATA

Dari sisi kinerja keuangan, IATA mengalami tren membaik. Pada 2019, pendapatan perusahaan tercatat hanya USD 14,9 juta dengan rugi bersih sebesar USD -4,5 juta atau setara dengan -Rp69 miliar (kurs 1 US = Rp13.901).

Namun, pada 2022, pendapatan melonjak menjadi USD 192 juta (sekitar Rp2,9 triliun) dan laba bersih menjadi USD 39 juta (~Rp607 miliar). Ini berarti dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, perseroan berhasil menaikkan pendapatannya sebesar 12 kali lipat dan membalikkan rugi menjadi laba.

Peningkatan kinerja perseroan utamanya disebabkan oleh perubahan bidang usaha yang dilakukan perusahaan pada 2022 dan karena lonjakan harga batubara global. Hal ini mendongkrak kinerja sejumlah anak usaha IATA yang bergerak di sektor pertambangan batu bara.

Aksi Korporasi IATA

Sejak melantai di pasar modal pada 2006, emiten IATA tercatat baru satu kali melakukan aksi korporasi, yaitu Right Issue atau penerbitan saham baru dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang dilaksanakan pada Oktober 2022.

Perseroan melakukan aksi korporasi dengan menerbitkan saham seri B sebanyak 14,840 miliar lembar. Harga pelaksanaan setiap saham adalah Rp180 dengan rasio yang ditetapkan adalah 10:13, yang berarti setiap pemegang 10 saham lama berhak membeli 13 saham baru.

Selain menerbitkan saham seri B, MNC Energy Investments juga memberi hak tambahan berupa waran seri I sejumlah 2,968 miliar lembar. Pemegang lima saham baru dari right issue dapat memperoleh satu waran seri I yang dapat ditukar dengan saham baru dengan harga Rp 210. Adapun dana yang diperoleh dari right issue akan digunakan perseroan untuk seluruh pelunasan promissory note IATA yang diterbitkan kepada BHIT, setoran modal, dan keperluan lainnya.

Bisa Beli Saham IATA di Stockbit

Demikian ulasan singkat tentang saham profil, kinerja saham dan keuangan IATA. Apabila kamu tertarik membeli saham ini, kamu dapat membelinya lewat aplikasi Stockbit. Stockbit adalah aplikasi saham online yang aman dan lengkap dengan berbagai fitur untuk memudahkan kamu berinvestasi saham.

Apabila kamu sudah terdaftar di Stockbit, simak tutorial cara membeli saham IATA di aplikasi Stockbit berikut ini:

  • Buka aplikasi Stockbit

  • Top up RDN, pastikan nominalnya ada dan cukup untuk melakukan pembelian saham IATA (minimal pembelian saham 1 lot = 100 lembar). Jika tidak, silahkan isi saldo RDN terlebih dulu.

  • Klik menu Search, cari saham IATA atau MNC Energy Investments

  • Klik tombol Buy.

  • Masukan harga pembelian dan jumlah lot saham yang ingin kamu beli.

  • Klik Buy, lalu Confirm.

Jika sudah membeli sahamnya, jangan lupa untuk pantau terus harga saham dan kinerjanya di aplikasi Stockbit. Kamu dapat menggunakan fitur KeyStats untuk melihat bagaimana rangkuman kinerja Perseroan terkini tanpa perlu membaca laporan keuangan secara detail. Download Stockbit dan cobain fiturnya Gratis.

Disclaimer:

Semua konten dalam website ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu.