Seperti Apa Saham BBRI Hari Ini? / by Merissa Chaca

Salah satu saham perbankan yang menarik dikoleksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham BBRI. Di samping merupakan saham Blue Chip dengan kapitalisasi pasar tinggi, performa saham BBRI di market juga cenderung stabil serta rutin membagikan dividen kepada investor sehingga layak dikoleksi untuk jangka panjang. Bagaimana profil Bank BRI dan kinerja sahamnya dibandingkan saham bank lain di BEI? Simak berikut ini!

Sejarah dan Profil singkat Bank BRI

Sejarah

Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto pada tanggal 16 Desember 1895  oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja. Pada tahun 1992, status Bank Rakyat Indonesia (BRI) dirubah menjadi perseroan terbatas dengan kepemilikan 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia.

Pada tanggal 10 November 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham Bank BRI ke publik lewat aksi penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia dengan harga jual sebesar Rp875 per lembar saham. Sejak saat itu, BRI secara resmi menjadi perusahaan BUMN terbuka dengan nama resmi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dengan kode saham BBRI yang masih digunakan sampai saat ini.

Semenjak menjadi perusahaan publik, BRI tercatat pernah melakukan stock split sebanyak dua kali pada Januari 2011 dengan rasio 1:2 dan pada November 2017 dengan rasio 1:5. Selain itu, pada September 2021 ini, BRI juga tercatat baru saja melakukan Right Issue sebesar 28 miliar lembar saham untuk mendukung pembentukan Holding Ultra Mikro antara BRI, Pegadaian, dan PNM dengan BRI sebagai induk dari holding tersebut.

Profil singkat Bank Rakyat Indonesia (BRI)

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk merupakan bank terbesar di Indonesia yang fokus melayani segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Sebagai market leader segmen UMKM di Indonesia, BRI menguasai lebih dari 60% pangsa pasar pinjaman mikro di tanah air, melayani total 12,4 juta peminjam mikro.

Didukung oleh fasilitas distribusi terluas, lebih dari 9.500 outlet, 207.000 unit e-channel, dan 465.000 Agen BRILink, BRI mempunyai akses yang tak tertandingi dalam hal memberikan fasilitas kredit kepada masyarakat berpenghasilan rendah (low-income) dan menengah (middle-income).

Selain fokus pada segmen UMKM, BRI juga terus mengembangkan berbagai produk consumer banking dan layanan institusional bagi masyarakat perkotaan lewat berbagai layanan e-banking yang inovatif. Terakhir, BRI juga turut masuk ke bisnis bank digital melalui salah satu anak perusahaannya, PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO).

Untuk menghadirkan layanan perbankan ke seluruh lapisan masyarakat, saat ini BRI mengoperasikan 8 jenjang kantor pelayanan, terdiri dari 1 Kantor Pusat, 19 Kantor Wilayah, 468 Kantor Cabang (termasuk 3 Unit Kerja Luar Negeri), 610 Kantor Cabang Pembantu, 992 Kantor Kas, 5.381 BRI Unit, 2.069 Teras BRI, dan 638 Teras BRI Keliling.

Saham BBRI vs Bank Lain

Sebelum membeli saham emiten di pasar modal, investor sebaiknya melakukan analisa dulu, baik secara fundamental ataupun teknikal. Selain itu, investor juga perlu membandingkan kinerja antara saham-saham emiten dalam satu industri untuk menghasilkan keputusan yang lebih baik.

Sebagai contoh, jika kamu ingin analisis saham BBRI, maka sebaiknya kamu juga membandingkan harga saham BBRI dengan saham-saham bank lain. Contohnya saham bank BCA (BBCA), bank Mandiri (BMRI), dan bank BNI (BBNI).

Nah, berdasarkan data harga saham 4 perbankan di atas, bisa disimpulkan bahwa saham BBNI memiliki kinerja yang paling baik dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir dengan kenaikan sebesar 43,89%. Setelah itu, disusul oleh saham BBRI dengan kenaikan 24,52%, BBCA 21,14%, dan terakhir saham BMRI dengan kenaikan sebesar 18,83%.

Kendati kinerja saham BBRI masih kalah dari BBNI, bukan berarti saham BBRI tidak layak untuk dikoleksi. Begitu pun dengan saham BBCA dan BMRI. Untuk mengetahui apakah suatu saham layak dibeli atau tidak dan kapan waktu yang tepat untuk membelinya, maka investor butuh melakukan analisa yang lebih mendalam.

Contohnya, menganalisa laporan keuangan emiten, melihat rasio P/E (Price to Earnings), PBV (Price to Book Value), ROE (Return on Equity), EPS (Earning per Share), hingga tren laba bersih yang berhasil dibukukan oleh emiten dalam beberapa tahun terakhir.

Jika ingin lebih dalam lagi, investor juga dapat menggabungkan hasil analisis fundamentalnya dengan analisis teknikal untuk hasilkan keputusan beli atau jual saham yang lebih akurat (berdasarkan analisis pribadi).

Agar analisis saham lebih gampang, investor dapat menggunakan fitur stock screener di Stockbit. Lewat fitur ini, kamu bisa dengan mudah mendapatkan daftar saham terbaik berdasarkan rules yang sudah kamu tentukan sejak awal. Investasi saham lebih mudah dengan Stockbit. Download aplikasi Stockbit sekarang!