Halo Stockbitor,
2020 has been a lot to take in. Banyak banget hal terjadi dalam satu tahun terakhir, dari panic buying yang terjadi di bulan Maret sampai penjualan masa Lebaran yang turun drastis karena larangan mudik.Kejadian-kejadian langka juga terjadi seperti penurunan IHSG yang bahkan sempat menyentuh level di bawah 4.000, PMI ke level 27, deflasi terjadi selama tiga bulan dari Juli sampai September, sampai ekonomi Indonesia dinyatakan resesi setelah kontraksi dua kuartal. Tentunya ini terjadi sampai pasar yang kembali optimis dengan harapan kembangkitan ekonomi dengan adanya vaksin, dan Omnibus Law. Tapi sebenernya, gimana sih performa perusahaan-perusahaan di BEI selama tahun 2020 ini? Di kesempatan kali ini, kita bakal bahas performa perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor. So, stay tune!
πΎπ Sektor Agrikultur dan Poultry
Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur dibagi menjadi dua yaitu fokus di hulu dan di hilir. Perusahaan CPO (minyak sawit mentah) yang fokus di hulu biasanya terlibat dalam perkebunan nya, jadi dari beli lahan nya, panen, sampai diproses biar jadi CPO. Sedangkan perusahaan yang fokus di hilir fokus pada penjualan dan pemasaran produk jadi nya, contohnya minyak goreng atau biodiesel misalnya.
Key takeaways dari performa minyak kelapa sawit (CPO) selama tahun 2020:
Pada awal menyebarnya pandemi Covid-19 permintaan CPO dari dua negara importir terbesar di dunia yaitu, India dan Tiongkok menurun drastis. Kejadian ini mengakibatkan penurunan pada harga minyak sawit mentah dunia dan berdampak negatif terhadap pendapatan perusahaan minyak sawit. Namun, pada akhir tahun 2020 harga minyak sawit mentah dunia mulai pulih dan bahkan melampaui level 4.100 ringgit Malaysia per ton (lebih tinggi dari harga sebelum pandemi Covid-19), level paling tinggi sejak delapan tahun terakhir. Hal ini menyebabkan pendapatan dan laba perusahaan minyak sawit meningkat drastis.
Astra Agro Lestari ($AALI)
Astra Agro Lestari ($AALI) menghasilkan laba bersih tahun 2020 sebesar 893 miliar rupiah, atau meningkat 267% secara YoY.
Volume penjualan minyak sawit dan produk turunannya menurun 14% menjadi dua juta ton, namun diimbangi dengan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 28%, menjadi 8.545 rupiah.
Pendapatan $AALI tahun 2020 pada segmen minyak sawit meningkat 9% secara YoY, sedangkan segmen inti sawit menurun 3% secara YoY. Walaupun begitu, pendapatan perusahaan meningkat 7% karena segmen minyak sawit berkontribusi 92% bagi pendapatan perusahaan.
Laba bersih $AALI meningkat triple-digit karena kenaikan operating margin perusahaan tahun 2020 menjadi 7% dibandingkan 3% pada tahun 2019.
Hal ini karena perusahaan memperoleh bagian keuntungan dari ventura bersama sebesar 88 miliar rupiah, dibandingkan tahun sebelumnya yang rugi lima miliar rupiah.
Grup Salim Ivomas Pratama ($SIMP)
Grup Salim Ivomas Pratama ($SIMP) adalah perusahaan agribisnis yang terintegrasi dari hulu hingga hilir di Indonesia.
Segmen utama nya berasal dari dua segmen, yaitu
1) Segmen EOF: Menjual produk konsumen seperti minyak goreng dan margarin melalui merek Bimoli, Delima, Happy, Palmia, Amanda, Simas, Malinda, and Mahakam.
2) Segmen perkebunan : Didominasi oleh perkebunan minyak sawit mentah (CPO) yang dioperasikan oleh anak usahanya, London Sumatra Indonesia ($LSIP) serta anak usahanya yang lain.
Oh, terus gimana performanya di tahun 2020?
Selama tahun 2020, SIMP mencatat penjualan sebesar 14,48 triliun rupiah, naik 6% YoY. Hal ini disebabkan kenaikan harga jual rata-rata (ASP) dari produk sawit sebesar 24% YoY dan produk Minyak & Lemak Nabati (EOF) sebesar 21% YoY sehingga mengimbangi penurunan total volume penjualan produk sawit sebesar 15% dan produk EOF sebesar 17%.
Salim Ivomas Pratama mencatat laba bersih sebesar 340 miliar rupiah di tahun 2020 meningkat dari yang sebelumnya mengalami kerugian sebesar 642 miliar rupiah di tahun 2019.
Sedangkan, anak perusahaanya London Sumatra Indonesia ($LSIP) mencetak laba bersih pada tahun 2020 sebesar 695 miliar rupiah mengalami kenaikan 50%, jika dibandingkan dengan dengan tahun 2019.
Secara keseluruhan, LSIP memiliki total planted area sebesar 116,053 hektar dengan oil palm sebagai kontribusi terbesar 96,074 hektar.
Tunas Baru Lampung ($TBLA)
Tunas Baru Lampung ($TBLA) merupakan perusahaan yang menjual produk dengan nama brand yaitu Rose Brand. Adapun perusahaan saat ini beroperasi di empat wilayah, yaitu Palembang, Pontianak, Lampung, dan Jawa Timur.
Perusahaan ini memiliki dua segmen bisnis utama. Pertama, perusahaan bergerak di segmen produksi minyak sawit yang terdiri dari perkebunan kelapa sawit dan pengolahan menjadi minyak goreng serta biodiesel. Kedua, untuk segmen produksi gula, terdiri dari perkebunan tebu dan pengolahan produk gula.
Per tahun 2020, Tunas Baru Lampung mencatatkan laba bersih sebesar 680,7 miliar rupiah atau naik 2,9% dari tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 27% YoY menjadi 10,8 triliun rupiah.
Informasi keuangan Tunas Baru Lampung lainnya:
Perusahaan mengalami penurunan net profit margin dari angka 7,7% di tahun 2019 menjadi 6,3% di tahun 2020.
Hal tersebut disebabkan oleh biaya operasional perusahaan mengalami peningkatan sebesar 45% YoY menjadi 1,72 triliun rupiah.
Peningkatan biaya operasional disebabkan oleh dua hal yang dominan, yaitu penurunan laba perubahan nilai wajar aset biologis sebesar 83% YoY dan peningkatan beban lain-lain bersih dari 18 miliar rupiah pada tahun 2019 menjadi 81 miliar rupiah pada tahun 2020.
Poultry (Unggas)
Kegiatan utama perusahaan yang bergerak dalam bidang poultry (unggas) adalah industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya, serta industri pengolahan makanan. Biasanya performa perusahaan dipengaruhi oleh harga DOC (days old chick), broiler, serta harga pangan ternak seperti harga kedelai (soybean).
Key takeaways dari performa perusahaan unggas selama tahun 2020:
Pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan unggas domestik menurun dan mengakibatkan harga jual ayam di pasaran menurun. Selain itu, over supply dipercaya sebagai faktor lain penyebab turunnya harga ayam potong di pasaran selama tahun 2020.
Japfa Comfeed Indonesia ($JPFA)
Japfa Comfeed Indonesia ($JPFA) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang agri-food terbesar di Indonesia. Segmen bisnis Japfa Comfeed Indonesia terdiri dari pakan ternak, ternak, commercial farm & consumer products, pembiakan unggas/Day-Old Chick (DOC), agrikultur, dan bisnis lainnya.
Bagaimana performa Japfa selama tahun 2020?
Pendapatan turun 5% menjadi 36,9 triliun rupiah. Penurunan pendapatan disebabkan oleh penurunan permintaan produk unggas karena COVID-19 yang menurunkan daya beli masyarakat. Hal ini mengakibatkan penurunan volume penjualan segmen feed dan juga harga unggas yang lebih rendah.
Laba bersih turun 31,2% YoY menjadi 1,22 triliun rupiah.
Hal ini dikarenakan turunnya rasio marjin laba bersih atau net profit margin (NPM) dari 4,62% pada tahun 2019 menjadi 3,61%.
Pada tahun 2020, Japfa Comfeed melakukan akuisisi terhadap 100% saham So Good dari Annona Pte Ltd dan Jupiter Foods Pte Ltd dengan nilai transaksi sebesar 1,21 triliun rupiah.
π¦ Sektor Bank dan Finance
Bank menghimpun dana dari orang yang memiliki kelebihan dana dan menyalurkan dana itu dalam bentuk kredit ke orang yang membutuhkan.
Dan pendapatan utama dari bank juga didapat dari selisih itu, walau bank juga mendapat fee dari layanan yang diberikannya.
Key takeaways dari performa bank selama tahun 2020:
Mayoritas laba bank mengalami penurunan selama tahun 2020, karena kenaikan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) akibat semakin banyak utang yang direstrukturisasi karena pandemi COVID-19.
Performa bank:
Bank Mandiri ($BMRI)
Bank Mandiri ($BMRI) mencatatkan laba bersih 17,6 triliun rupiah, turun 37,71% secara YoY dibanding periode sebelumnya sebesar 28,4 triliun rupiah.
Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) akibat meningkatnya jumlah kredit yang direstrukturisasi, yaitu dari 11,7 triliun rupiah pada 2019 menjadi 21,3 triliun rupiah (+82%).
Dari sisi net interest margin, Bank Mandiri tidak mengalami penurunan dan tetap berada di level 6,9%. Net nterest margin adalah pendapatan bank dari selisih bunga yang dibayarkan oleh peminjam kepada bank dan bunga yang dibayarkan oleh bank ke depositor.
Bank BNI ($BBNI)
Bank BNI ($BBNI) mencatatkan laba bersih 3,3 triliun rupiah, turun 78,7% secara YoY dibanding periode sebelumnya sebesar 15,5 triliun rupiah.
Penurunan ini terjadi karena kenaikan beban CKPN akibat meningkatnya jumlah kredit yang direstrukturisasi, yaitu dari 8 triliun rupiah pada 2019 menjadi 22,5 triliun rupiah (+181%).
Dari sisi net interest margin, Bank BNI hanya mengalami sedikit penurunan dari 6,9% pada 2019 menjadi 6,7%.
Bank BCA ($BBCA)
Bank BCA ($BBCA) telah memublikasikan laporan keuangan tahun 2020 dengan laba bersih 26,2 triliun rupiah, turun 5% YoY.
Penurunan kinerja keuangan $BBCA ini masih lebih baik dibandingkan dengan perbankan lainnya yang mengalami kontraksi hingga double-digit, seperti $BBRI -45%, $BMRI -37%, dan BBNI -78% secara YoY.
Berikut ini ringkasan mengenai Bank BCA:
Beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) meningkat 167%, dari 4,1 triliun rupiah menjadi 10,9 triliun rupiah.
Net Interest Margin (NIM) perusahaan turun menjadi 5,7% dibandingkan periode sebelumnya 6,2%.
BCA akan meluncurkan Neo-bank pada Semester I-2021 yang merupakan bank digital milik BCA dengan konsep branchless, dimana hanya terdapat satu kantor sebagai kantor pusat.
Bank CIMB Niaga ($BNGA)
Bank CIMB ($BNGA) Niaga mengalami penurunan pendapatan bunga sebesar 6,2% YoY.
Perusahaan mengalami peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 65% dibandingkan tahun 2019.
Dari sisi net interest margin, BNGA mengalami sedikit penurunan dari 5,31% pada 2019 menjadi 4,88% untuk tahun 2020.
Bank Maybank ($BNII)
Bank Maybank ($BNII) Indonesia mengalami penurunan pendapatan bunga sebesar 17% YoY.
Perusahaan juga mengalami peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 15% dibandingkan tahun 2019.
Net interest margin BNII meningkat dari 6,5% menjadi 6,7% pada tahun 2020.
Perseroan menghasilkan laba bersih tahun 2020 sebesar 1,28 triliun rupiah.
Bank Danamon ($BDMN)
Pada tahun 2020, pendapatan bunga neto atau net interest income Bank Danamon ($BDMN) mengalami penurunan sebesar 6% dibandingkan tahun 2019 menjadi 13,65 triliun rupiah. Sedangkan, laba bersih tahun 2020 turun 75% dibandingkan tahun 2019.
Salah satu penyebab penurunan laba yang drastis adalah karena pada tahun 2019 terdapat pendapatan dari penjualan 70% saham Adira Insurance yang dimiliki Bank Danamon kepada Zurich.Apabila efek one-off gain dari penjualan saham tersebut dikeluarkan, laba bersih Bank Danamon turun sekitar 44% .
Informasi keuangan Bank Danamon lainnya:
Bank Danamon mencatatkan penurunan Net Interest Margin (NIM) sebesar 0.9% YoY dibandingkan tahun 2019.
Rasio kredit bermasalah, Non Performing Loan (NPL) mengalami penurunan dari 3% pada tahun 2019 menjadi 2.8% untuk tahun 2020.
Rasio pinjaman terhadap simpanan atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Danamon turun sebesar 14.9% dibandingkan tahun 2019 menjadi 84%.
Rasio dana murah Bank Danamon, CASA mengalami kenaikan sebesar 2,6% di tahun 2020 menjadi 52,3%.
Sedangkan, anak usaha Bank Danamon, Adira Dinamika Multifinance ($ADMF) memperoleh laba bersih pada tahun 2020 sebesar 1,03 triliun rupiah, turun 51% dibandingkan tahun 2019.
Pertumbuhan pinjaman Adira turun sebanyak 20% menjadi 44 triliun rupiah, dipicu oleh penurunan pertumbuhan pinjaman kendaraan roda 2 dan roda 4 turun sebesar 25% dan 11%.
Berbeda dengan Danamon, rasio NPL Adira tidak berubah dari level di tahun 2019, yaitu 25%.
Bank BRI Syariah ($BRIS)
Bank BRI Syariah ($BRIS) menghasilkan laba bersih tahun 2020 sebesar 248 miliar rupiah, naik 235% dibandingkan tahun 2019.
Bank BRI Syariah mencatatkan kenaikan pendapatan pengelolaan dana sebesar 28% terhadap pendapatan tahun 2019.
Perusahaan mengalami peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 38% dibandingkan tahun 2019.
Walaupun CKPN meningkat, BRIS tetap dapat menghasilkan pertumbuhan laba bersih hingga dua kali lipat karena pertumbuhan net margin income sebesar 40% dibandingkan tahun 2019
Dari sisi net interest margin, BRIS mengalami sedikit penurunan dari 7,9% pada 2019 menjadi 7,4% untuk tahun 2020.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah ($BTPS)
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah ($BTPS) menghasilkan laba bersih tahun 2020 sebesar 855 miliar rupiah, turun 39% dibandingkan tahun 2019.
Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah mengalami penurunan pendapatan pengelolaan dana sebesar 9,4% terhadap pendapatan tahun 2019.
Perusahaan juga mengalami peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar 174% dibandingkan tahun 2019.
Selain itu, net margin income BTPS menurun 10% dibandingkan tahun 2019. Dari sisi net interest margin, BTPS mengalami penurunan dari 43% menjadi 37% untuk tahun 2020.
π Sektor Consumer Goods dan Farmasi
Perusahaan consumer goods dan farmasi biasanya menjual barang dengan mengandalkan kekuatan merek dagang yang dimilikinya. Biasanya, barang yang dijual adalah barang yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat Indonesia.
Key takeaways dari performa perusahaan consumer goods dan farmasi selama tahun 2020:
Produk yang berhubungan dengan hygiene, kebersihan, dan kebutuhan rumah mengalami kenaikan permintaan sepanjang tahun 2020 karena pandemi Covid-19. Oleh karena itu, perusahaan consumer goods dan farmasi yang menjual produk dengan kategori tersebut mengalami peningkatan pada pendapatannya.
Performa perusahaan consumer goods dan farmasi:
Unilever Indonesia ($UNVR)
Unilever Indonesia ($UNVR) telah memublikasikan laporan keuangan tahun 2020 dengan laba bersih 7,16 triliun rupiah, turun 3,09% YoY.
Pendapatan Unilever meningkat 0,11% YoY, ditopang oleh kenaikan penjualan segmen Home and Personal Care sebesar 0,4% YoY, dibandingkan dengan segmen Food and Refreshment yang turun 0,6% YoY.
Informasi keuangan Unilever Indonesia lainnya:
Segmen Home and Personal Care mencatatkan Gross Profit Margin 56,06%, meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 54,66%.
Segmen Food and Refreshment mencatatkan Gross Profit Margin 43,47%, menurun dibandingkan tahun 2019 sebesar 43,68%.
Secara keseluruhan, Net Profit Margin turun karena peningkatan operating expense yang awalnya berkontribusi 27,7% pada tahun 2019 dari penjualan menjadi 30,3% pada tahun 2020.
Biaya pemasaran dan penjualan meningkat 7% dan biaya umum dan administrasi meningkat 12%.
Biaya promosi meningkat 14% dan biaya distribusi meningkat 4%. Kedua komponen biaya tersebut berkontribusi 25% dari total biaya pemasaran dan penjualan perusahaan.
Sido Muncul ($SIDO)
Sido Muncul ($SIDO) telah memublikasikan laporan keuangan tahun 2020 dengan laba bersih 934 miliar rupiah, naik 15,6% YoY.
Pendapatan Sido Muncul meningkat 8,7% YoY, ditopang oleh kenaikan penjualan segmen jamu herbal dan suplemen sebesar 7,6% YoY dan makanan minuman sebesar 13% YoY. Selain itu, hal ini juga didorong oleh daerah Indonesia bagian timur yang memiliki pertumbuhan paling cepat dan berkontribusi 23% dari total penjualan di tahun 2020.
Informasi keuangan Sido Muncul lainnya:
Segmen jamu herbal dan suplemen mencatatkan Gross Profit Margin 65%, stabil apabila dibandingkan dengan tahun 2019.
Segmen makanan dan minuman mencatatkan Gross Profit Margin 34%, stabil apabila dibandingkan dengan tahun 2019.
Secara keseluruhan, net profit margin naik dari 26% pada tahun 2019 menjadi 28% di tahun 2020. Hal ini ditopang oleh kenaikan persentase penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentasi kenaikan HPP.
Selama tahun 2020, Sido Muncul meluncurkan 16 produk baru.
Itama Ranoraya ($IRRA)
Itama Ranoraya ($IRRA) merupakan emiten yang bergerak di bidang produksi dan distribusi alat-alat kedokteran, laboratorium, dan farmasi. Itama Ranoraya juga menjalin kemitraan dengan perusahaan kesehatan lokal maupun internasional, seperti Abbott dan Oneject.
Abbott merupakan sebuah produsen alat kesehatan dan produk perawatan asal AS. Selama pandemi Covid-19 Itama menjual produk swab antigen test yang diproduksi oleh Abbott dengan merek Panbio.
Sedangkan, Oneject adalah produsen alat kesehatan asal Indonesia. Itama menjual produk alat suntik sekali pakai yang diproduksi oleh Oneject.
Pada tahun 2020, Itama Ranoraya mencatatkan pendapatan bersih senilai 564 miliar rupiah atau naik sebesar 100% dari tahun sebelumnya. Net income naik sebesar 82,3% YoY menjadi 60 miliar rupiah.
Informasi keuangan Itama Ranoraya lainnya:
Penjualan alat kesehatan in-vitro berkontribusi 73% dari total pendapatan perusahaan. Segmen in-vitro mengalami kenaikan pendapatan bersih di tahun 2020 dengan kenaikan 183,4% menjadi 410,8 miliar rupiah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Swab antigen test, mesin plasma darah, dan mesin USG merupakan tiga kontributor utama terhadap kenaikan segmen invitro.
Sedangkan, penjualan alat kesehatan Non Elektromedik Steril berupa alat suntik sekali pakai tumbuh 24,8% menjadi 147,7 miliar rupiah di tahun 2020.
Selain itu, jumlah kas dan setara kas Itama Ranaroya tahun 2020 naik 443,7% menjadi 233,04 miliar rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya kas operasi menjadi surplus 147 miliar rupiah yang sebelumnya defisit 7,9 miliar rupiah di tahun 2019.
Akan tetapi, net profit margin (NPM) Ranaroya pada tahun 2020 turun sebanyak 1% menjadi 10,7% dibandingkan tahun 2019.
Uni-Charm Indonesia ($UCID).
Uni-Charm Indonesia ($UCID) merupakan anak usaha Uni-Charm Corporation, Jepang. Uni-Charm Indonesia bergerak di bidang produksi popok bayi, popok dewasa, pembalut wanita, kapas, dan masker. Beberapa merek perusahaan yang telah dikembangkan diantaranya adalah MamyPoko, Lifree, Charm, dan Silcot.
Pada tahun 2020, segmen diaper berkontribusi 95% terhadap total pendapatan perusahaan. Sedangkan, segmen non diaper hanya berkontribusi sebesar 5%.
Pada tahun 2020, UniCharm Indonesia mencatatkan pendapatan bersih senilai 8,43 triliun rupiah atau turun sebesar 1% dari tahun sebelumnya. Net income turun sebesar 21,8% YoY menjadi 312 miliar rupiah.
Informasi keuangan Uni-Charm Indonesia lainnya:
Salah satu penyebab penurunan net income secara drastis adalah kerugian terhadap selisih kurs sebesar 105,42 miliar rupiah atau turun 358% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kerugian ini disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan yen Jepang pada tahun 2020.
Selain itu, jumlah kas dan setara kas Uni-Charm tahun 2020 turun 28,13% menjadi 1,42 triliun rupiah. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan pembayaran terhadap pinjaman pihak berlisensi sebesar 1,26 triliun rupiah atau naik 311,36% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Net profit margin (NPM) Uni-Charm pada tahun 2020 turun sebanyak 1% menjadi 3,7% dibandingkan dengan tahun 2019.
Multi Bintang Indonesia ($MLBI)
Multi Bintang Indonesia ($MLBI) adalah produsen minuman beralkohol (minol). Sejumlah merk yang terkenal adalah Bintang, Heineken, Green Sands, dan Strongbow. Hingga akhir 2020, MLBI mencatatkan penurunan pendapatan hingga 47% ke level 1,98 triliun rupiah. Sementara figur laba bersih turun ke 153 miliar rupiah, atau setara dengan penurunan 76% YoY.
Penurunan tersebut disinyalir salah satunya karena restriksi aktivitas sosial yang berpengaruh pada sektor turisme dan leisure.
Performa bisnis Multi Bintang Indonesia terangkum dalam poin-poin berikut:
Pada periode 2015-2019, pendapatan dan laba Multi Bintang Indonesia mengalami pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 8% dan 25%
Sementara, laba operasi 2015-2019 tumbuh dengan CAGR 23%, menandakan peningkatan efisiensi perusahaan
Proporsi pendapatan non-alkohol pada 3Q2020 naik ke 18,7% dari 13,5% di tahun sebelumnya. Kategori ini mencakup minuman seperti Bintang Zero, Bintang Radler 0,0%, dan Fayrouz.
Secara rata-rata, biaya promosi konsisten berkontribusi sebesar ~60% terhadap biaya penjualan.
Indofood ($INDF)
Indofood ($INDF) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan makanan. Perusahaan ini menggolongkan bisnisnya menjadi empat segmen berbeda, yaitu Bogasari (tepung terigu), agribisnis, produk konsumen bermerek (CBP), dan distribusi.
Indofood juga mempunyai tiga anak perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu London Sumatera Indonesia ($LSIP) dan Salim Ivomas Pratama ($SIMP) yang bergerak di segmen agribisnis serta Indofood CBP ($ICBP) yang berfokus kepada segmen produk konsumen bermerek.
Total pendapatan Indofood sepanjang tahun 2020 naik sebesar 6,7% YoY menjadi 81,73 triliiun rupiah. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya pendapatan pada segmen CBP (57,1% dari total pendapatan) senilai 9,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kenaikan pendapatan pada anak usaha Indofood CBP didorong oleh meningkatnya penjualan pada divisi mi instan sebesar 15,35% YoY menjadi 31,9 triliun rupiah.
Selain pendapatan, laba bersih Indofood dan Indofood CBP juga naik sebesar 48,26% dan 38,41% menjadi 8,72 dan 7,4 triliun rupiah dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didukung oleh meningkatnya penghasilan keuangan Indofood CBP sebesar 464% YoY menjadi 1,6 triliun rupiah.
Setelah mengakuisisi Pinehill Company Limited pada 27 Agustus tahun lalu, jumlah aset Indofood meningkat 69,58% YoY menjadi 163,13 triliun rupiah.
Hanjaya Mandala Sampoerna ($HMSP)
Hanjaya Mandala Sampoerna ($HMSP) telah menjadi bagian penting dari industri tembakau Indonesia selama lebih dari seratus tahun, dengan produk seperti Dji Sam Soe, Sampoerna A, Sampoerna Kretek, dan Sampoerna U.
Selama tahun 2020, HMSP mencatatkan penurunan pendapatan hingga 12,9% ke level 92,4 triliun rupiah. Sementara, figur laba bersih turun ke 8,58 triliun rupiah, atau setara dengan penurunan 37% YoY.
Penurunan ini disebabkan oleh kontraksi marjin sebagai akibat kenaikan tarif cukai dan adanya sejumlah pengeluaran tetap di tengah merosotnya pendapatan.
Ringkasan kinerja keuangan HMSP lainnya:
Beban pokok pendapatan perusahaan turun 7,8% menjadi 73,6 triliun rupiah
Penjualan terbesar berasal dari segmen sigaret kretek mesin dengan porsi 66,25%
Jika dibandingkan dengan tahun 2019, volume penjualan HMSP turun 21% YoY menjadi 77,6 miliar batang
Net profit margin tahun 2020 menjadi 9,2% dibandingkan tahun 2019 senilai 12,9%
Nippon Indosari Corpindo ($ROTI)
Nippon Indosari Corpindo ($ROTI) telah memproduksi berbagai macam jenis roti dengan merek Sari Roti. Terdapat beberapa produk yang dijual seperti roti tawar, roti manis, kue, dan lainnya. Saat ini Sari Roti memiliki 13 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sepanjang 2020, perusahaan meraih penjualan sebesar 3,21 triliun rupiah. Nilai tersebut turun 3,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Figur laba bersih ROTI juga mengalami penurunan sebesar 29,3% menjadi 168,61 miliar rupiah.
Penurunan pendapatan terjadi karena kondisi pandemi COVID-19 yang mempengaruhi daya beli masyarakat dan pengurangan dari pendapatan impor karena penjualan aset (divestasi) pabrik di Filipina pada September lalu.
Ringkasan kinerja keuangan Sari Roti lainnya:
Beban pokok pendapatan perusahaan turun 5,24% menjadi 1,41 triliun rupiah.
Penjualan terbesar berasal dari segmen roti tawar dengan porsi 77,07%.
Net profit margin tahun 2020 menjadi 5,24% dibandingkan tahun 2019 senilai 7,1%.
Salah satu strategi perusahaan menyikapi pandemi COVID-19 adalah berfokus pada wilayah perumahan, dengan memperkenalkan moda pemesanan melalui Whatsapp dan Chatbot.
Gudang Garam ($GGRM)
Gudang Garam ($GGRM) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi rokok. Rokok yang diproduksi oleh Gudang Garam memiliki beberapa variasi, yaitu sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), dan sigaret kretek linting-mesin. Gudang Garam memiliki beberapa merk rokok, yaitu Gudang Garam Mild, Gudang Garam Merah, Gudang Garam International, Gudang Garam Djaja, dan Gudang Garam Patra.
Sepanjang tahun 2020, Gudang Garam mencatatkan kenaikan total pendapatan menjadi 114,47 triliun rupiah atau naik 3,57% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, laba bersih Gudang Garam tahun 2020 turun sebesar 29,71% YoY menjadi 7,65 triliun rupiah. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan biaya pokok penjualan terutama pada pita cukai, PPN, dan pajak rokok sebesar 15,29% YoY menjadi 78,62 triliun rupiah.
Sepanjang tahun 2020, Gudang Garam berhasil untuk memangkas total liabilitas jangka pendek perusahaan menjadi 17,01 triliun rupiah atau turun 32,65% YoY. Penurunan ini didukung oleh kemampuan perusahaan melunasi utang bank sebesar 11,21 triliun rupiah. Akan tetapi, utang cukai, PPN, dan pajak pokok naik menjadi 9,06 triliun rupiah atau naik 78,34% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bagaimana pihak manajemen menanggapi ancaman terhadap produk mereka seperti vape?
Pihak manajemen terus menerus mengikuti perkembangan tentang e-cigarette termasuk peraturan pemerintah yang mengaturnya. Sampai saat ini pihak manajemen beranggapan bahwa volume e-cigarette belum begitu besar di pasar Indonesia. Walaupun tidak menutup kemungkinan akan meluaskan bisnis ke segmen itu, Gudang Garam belum memutuskan untuk memasuki segmen e-cigarette atau tidak.
Bagaimana respon manajemen terkait kenaikan cukai rokok dan pelemahan daya beli masyarakat yang disebabkan oleh pandemi Covid-19?
Kenaikan cukai rokok dapat dikompensasi dengan kenaikan harga jual. Akan tetapi, kenaikan yang berlebihan dapat menurunkan daya beli masyarakat terlebih di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pihak manajemen terus mengamati keadaan pasar dan menyesuaikan harga jual dengan cermat.
Kalbe Farma ($KLBF)
Kalbe Farma ($KLBF) adalah perusahaan farmasi yang berdiri sejak tahun 1966. Beberapa produk yang dimiliki Kalbe Farma adalah Komix, Woods, Entrostop, Fatigon, Promag, Mixagrip dan Extra Joss.
Kalbe mengategorikan bisnisnya menjadi empat divisi, yaitu distribusi dan logistik (33,5% total pendapatan), divisi nutrisi (29,2%), divisi obat resep (21,5% total pendapatan), dan divisi produk kesehatan (15,7% total pendapatan).
Sepanjang tahun 2020, Kalbe berhasil mencatatkan kenaikan total pendapatan sebesar 2,12% YoY menjadi 23,11 triliun rupiah.
Peningkatan juga terjadi pada laba bersih Kalbe yang naik sebesar 10,32% YoY menjadi 2,8 triliun rupiah.
Peningkatan tersebut terjadi karena beberapa faktor, antara lain terjadinya peningkatan permintaan terhadap produk perusahaan seperti suplemen dan vitamin serta efisiensi perusahaan dalam mengendalikan biaya operasional dan tarif pajak yang rendah.
Pada akhir tahun 2020, total kas dan setara kas Kalbe naik 71,3% menjadi 5,2 triliun rupiah. Kenaikan ini juga diikuti oleh total liabilitas dan ekuitas yang naik 11,4% menjadi 22,5 triliun rupiah.
Bagaimana proyeksi perusahaan terhadap laba bersih tahun 2021 mempertimbangkan pandemi Covid-19 yang belum selesai?
Pihak manajemen Kalbe memproyeksikan angka pertumbuhan terhadap laba bersih dan penjualan bersih sepanjang tahun 2021 sebesar 5-6%.
Dengan naiknya laba bersih perusahaan, bagaimana kebijakan pembagian dividen untuk para pemegang saham?
Perusahaan tetap mempertahankan rasio pembagian dividen di level 45% sampai 55% dari total laba bersih. Hal ini diambil dengan mempertimbangkan dana untuk kebutuhan pendanaan internal.
Tempo Scan Pacific ($TSPC)
Tempo Scan Pacific ($TSPC) adalah perusahaan yang bergerak di bidang barang konsumen dan memiliki beberapa segmen bisnis, yaitu farmasi (28,7% total pendapatan), produk konsumer dan kosmetik (31,4% total pendapatan), dan distribusi (42,8% total pendapatan).
Tempo Scan Pacific mempunya beberapa merk produk diantara lain adalah, Bodrex, Oskadon, Hemaviton, MyBaby, S.O.S, Total Care, dan Marina. Selain itu, perusahaan ini juga mempunyai lisensi untuk memasarkan dan mendistribusikan beberapa merk kosmetik luar negeri seperti, Jo Malone, La Mer, Estee Lauder, dan lain lain.
Pada tahun 2020, Tempo mencatatkan total pendapatan sebesar 10,96 triliun rupiah atau turun 0,23% YoY. Namun, laba bersih perusahaan pada tahun 2020 naik sebesar 40,17% YoY menjadi 834 miliar rupiah. Kenaikan ini disebabkan oleh penurunan pada beban penjualan sebesar 19,24% YoY menjadi 2,29 triliun rupiah.
Pihak manajemen menjelaskan bahwa penurunan pendapatan terjadi karena melemahnya permintaan terhadap produk kosmetik di masa pandemi Covid-19. Karena daya beli masyarakat yang masih lemah, perusahaan akan menunda kenaikan harga jual produk mereka.
Tanobel Food atau ($CLEO)
Tanobel Food atau ($CLEO) adalah perusahaan produsen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang memiliki 27 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia. Contoh merk AMDK perusahaan ini adalah Cleo dan Super O2.
Karena melemahnya daya beli masyarakat saat pandemi Covid-19 sepanjang tahun 2020, total pendapatan Tanobel Food turun 10,65% YoY menjadi 973 miliar rupiah. Total pendapatan ini dikategorikan menjadi dua, yaitu botol dan non-botol. Penjualan botol tahun 2020 sebesar 574,58 miliar rupiah sedangkan, penjualan non-botol sebesar 394,11 miliar rupiah.
Akan tetapi, margin laba kotor naik 6,02% YoY menjadi 42,18%. Oleh karena itu, laba bersih perusahaan naik 1,52% YoY menjadi 133 miliar rupiah.
Pihak manajemen menyatakan bahwa salah satu hal yang dilakukan untuk menjadi salah satu market leader AMDK di Indonesia adalah berfokus pada penjualan AMDK galon. Langkah ini diambil karena margin keuntungan yang lebih tinggi dan konsumen cenderung lebih loyal kepada produk AMDK galon dibandingkan dengan AMDK dengan bungkusan yang lebih kecil.
Sepanjang tahun 2020, perusahaan juga membuka dua pabrik baru di Lampung dan Balikpapan. Masing masing mempunyai kapasitas produksi sebesar 100 juta liter.
Tiga Pilar Sejahtera Food ($AISA)
Tiga Pilar Sejahtera Food ($AISA) adalah perusahaan yang berfokus pada bisnis makanan. Perusahaan ini mempunyai merk produk antara lain, Chiki Taro, permen Gulas, Bihunku, Mie Ayam 2 Telor, dan lain lain.
Sepanjang tahun 2020, Tiga Pilar mencatatkan total pendapatan sebesar 1,28 triliun rupiah atau turun 15,03% YoY. Penurunan ini dipercaya karena lemahnya daya beli masyarakat selama pandemi Covid-19.
Perusahaan melaporkan laba bersih tahun 2020 senilai 1,08 triliun rupiah atau turun 23,23% YoY. Pencapaian ini didukung oleh adanya penghasilan lain lain seperti penerimaan hasil likuidasi, selisih utang obligasi, dan sukuk hijrah yang totalnya mencapai 2,38 triliun rupiah. Jika penghasilan ini dihilangkan, maka perusahaan akan mencatatkan kerugian pada tahun 2020.
Total liabilitas perusahaan tahun 2020 turun 66,45% YoY menjadi 1,18 triliun rupiah. Penurunan ini didukung oleh kemampuan perusahaan melunasi utang-utangnya, seperti utang bank dan utang sukuk. Selain itu, dana yang terkumpul dari aksi Private Placement yang dilakukan perusahaan pada bulan November tahun 2020 juga ikut berkontribusi pelunasan utang perusahaan.
Setelah selesainya Private Placement, FKS group menjadi pemegang saham pengendali $AISA dengan persentase kepemilikan sebesar 56,5%.
π·ποΈ Sektor Konstruksi dan Infrastruktur
Perusahaan Konstruksi dan Infrastruktur biasanya memperoleh pendapatan melalui perencanaan dan pelaksanaan proyek yang didapat dari kliennya. Pendapatan yang didapat oleh perusahaan konstruksi dan infrastruktur biasanya dibayarkan secara bertahap dan dengan nominal yang berbeda sesuai dengan progres pembangunan
Key takeaways dari performa sektor konstruksi dan infrastruktur selama tahun 2020:
Tertundanya berbagai proyek karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memberikan dampak negatif terhadap pendapatan perusahaan konstruksi dan infrastruktur.
Pembangunan Perumahan ($PTPP)
Pembangunan Perumahan ($PTPP) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perencanaan dan konstruksi yang mempunyai lini bisnis di bidang properti, EPC (Engineering, Procurement, dan Construction), urban, presisi, dan investasi.
Total pendapatan Pembangunan Perumahan tahun 2020 turun sebesar 32,84% menjadi 15,8 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya pendapatan dari segmen jasa konstruksi (77,3% dari total pendapatan) sebesar 33,95% YoY.
Penurunan ini dikarenakan tertundanya berbagai proyek yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Sebagai contoh, pendapatan dari Angkasa pura, PLN, dan Jasa Marga turun 65,36%, 87,46%, dan 88,14%.
Penurunan juga terjadi pada laba bersih PTPP tahun 2020 yang turun 78,28% menjadi 235 miliar rupiah dibandingkan dengan tahun 2019.
Penurunan laba bersih juga disebabkan oleh menurunnya keuntungan divestasi entitas anak dan investasi lainnya sebesar 91,7% YoY menjadi 7,67 miliar rupiah.
Berikut adalah ringkasan kinerja Pembangunan Perumahan di 2020:
Beban keuangan PTPP tahun 2020 naik 14,37% YoY menjadi 894,58 miliar rupiah.
Jasa konstruksi adalah kontributor terbesar terhadap total pendapatan PTPP di 2020 dengan nilai 12,24 triliun rupiah atau setara dengan 77,3%. Sedangkan, segmen properti dan realti menyumbang 14% atau setara dengan 2,26 triliun rupiah untuk total pendapatan.
Jumlah kas dan kas setara PTPP pada tahun 2020 turun 17,35% menjadi 7,51 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun 2019.
Wijaya Karya ($WIKA) merupakan salah satu perusahaan konstruksi terbesar di Indonesia yang memiliki beberapa segmen bisnis konstruksi, yaitu di sektor infrastruktur dan gedung; industri beton; energi dan industrial plant; serta realty dan properti.
Selain itu, Wijaya Karya juga memiliki anak perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu ada Wijaya Karya Beton ($WTON) dan Wijaya Karya Bangunan Gedung ($WEGE).
Selama tahun 2020, ketiga perusahaan tersebut mencatatkan penurunan laba bersih, dimana $WIKA, $WTON, dan $WEGE masing - masing memperoleh laba bersih sebesar 322 miliar rupiah, 123 miliar rupiah, dan 156 miliar rupiah. Dengan begitu, laba bersih masing-masing perusahaan menurun 87%, 75%, dan 65% secara YoY.
Secara umum, sektor konstruksi terkena dampak negatif akibat Pandemi Covid-19 berupa penundaan proyek-proyek pembangunan yang sebelumnya telah direncanakan, sehingga hal ini turut berdampak pada emiten di dalamnya.
Ringkasan kinerja keuangan Wijaya Karya:
Pendapatan tahun 2020 sebesar 16,5 triliun rupiah, menurun 39% secara YoY.
Gross profit margin tahun 2020 sebesar 9%, menurun dibanding tahun 2019 sebesar 12%.
Beban keuangan perusahaan meningkat sebesar 38% secara YoY.
Net profit margin tahun 2020 menjadi 1% dibandingkan tahun 2019 sebesar 9%.
Selama tahun 2020, perusahaan memiliki kontrak senilai 98 triliun rupiah, menurun 16% dibanding tahun 2019 sebesar 117 triliun rupiah.
Ringkasan kinerja keuangan Wijaya Karya Bangunan Gedung:
Pendapatan tahun 2020 sebesar 2,8 triliun rupiah, menurun 38% secara YoY.
Gross profit margin tahun 2020 sebesar 7,55%, menurun dibanding tahun 2019 sebesar 10,18%.
Beban keuangan perusahaan meningkat sebesar 58% secara YoY.
Net profit margin tahun 2020 menjadi 5,5% dibandingkan tahun 2019 sebesar 9,9%.
Selama tahun 2020, perusahaan memiliki kontrak senilai 14,5 triliun rupiah, menurun 16% dibanding tahun 2019 sebesar 17,4 triliun rupiah.
Ringkasan kinerja keuangan Wijaya Karya Beton:
Pendapatan tahun 2020 sebesar 4,8 triliun rupiah, menurun 32% secara YoY.
Gross profit margin tahun 2020 sebesar 6,4%, menurun dibanding tahun 2019 sebesar 13,4%.
Net profit margin tahun 2020 menjadi 2,5% dibandingkan tahun 2019 sebesar 7,2%.
Waskita Karya ($WSKT)
Waskita Karya ($WSKT) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di industri konstruksi dan mempunyai beberapa segmen, yaitu konstruksi, jalan tol, properti dan hotel, produsen beton, dan sewa gedung.
Selain itu, Waskita Karya juga memiliki anak perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu Waskita Beton Precast ($WSBP).
Sepanjang tahun 2020, Waskita Karya mencatatkan total pendapatan sebesar 16,19 triliun rupiah atau turun 48,42% YoY. Penurunan ini dipicu oleh menurunnya pendapatan dari segmen konstruksi (72% total pendapatan) senilai 59,26%. Sedangkan, Waskita Beton melaporkan total pendapatan sebesar 1,87 triliun rupiah atau turun sebesar 75% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Laba bersih Waskita Karya mengalami penurunan menjadi rugi bersih senilai 9,46 triliun rupiah atau turun 1.022% YoY. Waskita Beton menjadi segmen terbesar yang menyumbang kerugian dengan rugi bersih senilai 5,36 triliun rupiah atau turun 765%.
Tertundanya berbagai proyek dikarenakan pandemi Covid-19 membawa dampak negatif terhadap pendapatan perusahaan yang bergerak di sektor konstruksi.
Sepanjang tahun 2020, Waskita Karya telah melakukan divestasi terhadap dua aset yang dimiliknya, yaitu tol Semarang-Batang dan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Dari hasil divestasi, ini Waskita berhasil mendapatkan total dana senilai 2,32 triliun rupiah.
Selain itu, kas dan setara kas Waskita Karya sepanjang tahun 2020 turun 87% menjadi 1,21 triliun rupiah. Penurunan ini terjadi karena Waskita Karya melakukan pembayaran pinjaman bank, pembayaran beban keuangan, dan pembayaran surat utang jangka menengah.
Total utang Waskita Karya pada tahun 2020 turun sebesar 9,59% YoY menjadi 64,1 triliun rupiah.
Jasa Marga ($JSMR)
Jasa Marga ($JSMR) adalah perusahaan operator jalan tol dengan penguasaan 67% pangsa pasar, terbesar di Indonesia. Saat ini Jasa Marga memegang hak konsesi atas 34 ruas jalan tol dengan total panjang 1.191 km.
Pada tahun 2020, Jasa Marga membukukan pendapatan tol sebesar 8,76 triliun rupiah, turun 13,5% dari tahun 2019. Di samping itu, terdapat pendapatan konstruksi yang turun dari 15,36 triliun rupiah menjadi 4,12 triliun rupiah. Satu lagi pos pendapatan adalah pendapatan lainnya yang turun tipis dari 853 miliar ke 824 miliar. Sementara itu, perusahaan mengalami rugi bersih senilai 41,63 miliar rupiah, turun dari laba bersih senilai 2,07 triliun rupiah pada tahun sebelumnya.
Jasa Marga berhasil melakukan efisiensi pada pos beban umum dan administrasi serta beban lain-lain. Namun, turunnnya laba bersih disebabkan oleh hilangnya pendapatan divestasi, di mana pada tahun 2019 berkontribusi sebesar 1,03 triliun rupiah. Selain itu, terdapat faktor peningkatan pembayaran utang bunga bank hingga 100%.
Berikut adalah informasi lainnya mengenai kinerja Jasa Marga selama tahun 2020:
Memperoleh konsesi operasi jalan tol sepanjang 1.603 km, 1.191 di antaranya telah dioperasikan oleh Jasa Marga. Terdapat 29,46 km yang mulai beroperasi pada tahun 2020.
Terdapat empat proyek tol di area Jabodetabek yang akan dioperasikan Jasa Marga dengan panjang total 99,33 km.
Pendapatan tol terbesar di 2020 dikontribusikan dari ruas tol Jakarta-Cikampek sebesar 1,32 triliun rupiah atau setara dengan 15% pendapatan tol Jasa Marga.
Volume kendaraan yang melintas di tol Jasa Marga turun 20,4%, dari 1,23 miliar kendaraan di 2019 menjadi 978 juta di 2020.
Adhi Karya ($ADHI)
Adhi Karya ($ADHI) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Bisnis Adhi Karya juga mencakup beberapa segmen lain, seperti konstruksi, energi, properti, industri, dan investasi.
Adapun beberapa proyek yang telah dikerjakan oleh perusahaan ini, yaitu Bandara Kertajati, Tol Kualanamu, Pelabuhan Tarakan, LRT Jabodetabek, Stadium Manahan, dan lain lain.
Sepanjang tahun 2020, total pendapatan Adhi turun sebesar 29,26% YoY menjadi 10,83 triliun rupiah. Penurunan ini dipicu oleh menurunnya pendapatan dari segmen konstruksi (82,76% total pendapatan) sebesar 22,76% YoY. Selain itu, lini bisnis Penyelenggara Prasarana dan Sarana Perkeretaapian juga mengalami penurunan pendapatan yang signifikan sebesar 75,45% YoY menjadi 813 miliar rupiah.
Laba bersih Adhi sepanjang tahun 2020 turun sebesar 96,40% YoY menjadi 24 miliar rupiah. Selain karena penurunan total pendapatan, penurunan laba bersih juga dipengaruhi oleh meningkatnya beban keuangan sebesar 40,92% YoY menjadi 794,52 miliar rupiah.
Tertundanya berbagai proyek yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 membawa dampak negatif terhadap pendapatan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi.
Dengan total kontrak yang ditangani (order book) Adhi sejumlah 49,2 triliun rupiah di mana, 19,7 triliun rupiahnya di dapatkan sepanjang tahun 2020. Pihak manajemen Adhi menargetkan untuk meningkatkan pendapatan sebesar 20%-25% di tahun 2021. Selain itu, pihak manajemen juga percaya bahwa program vaksinasi Covid-19 yang telah berjalan juga berdampak positif terhadap produktivitas operasional di lapangan.
Total Bangun Persada ($TOTL)
Total Bangun Persada ($TOTL) adalah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa konstruksi. Beberapa proyek berhasil dibangun oleh Total Bangun Persada adalah, Menara Tendean, Chitaland Tower, Astra Tower, Midtown Hotel Samarinda, Grha Kedoya Hospital, UMN Campus Building, dan lain lain.
Sepanjang tahun 2020, perusahaan ini berhasil mencatatkan total pendapatan sebesar 2,29 triliun rupiah atau turun 7,35% YoY. Pihak manajemen berpendapat bahwa penundaan berbagai proyek dan menurunnya tingkat penjualan (sales) terhadap properti akibat pandemi Covid-19 yang berdampak kepada sedikitnya jumlah proyek untuk perusahaan sebagai faktor utama menurunnya total pendapatan.
Laba bersih perusahaan sepanjang tahun 2020 turun sebesar 38,07% YoY menjadi 109 miliar rupiah. Selain karena turunnya total pendapatan, penurunan pada laba bersih juga disebabkan oleh kenaikan pada beban non-operasional sebesar 63,25% YoY menjadi 42,64 miliar rupiah.
Terlepas dari dampak negatif pandemi Covid-19, sepanjang tahun 2020 perusahaan berhasil mendapatkan kontrak baru dengan total 837 miliar rupiah atau mencapai 168% dari target minimal Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Untuk tahun 2021, pihak manajemen menargetkan total kontrak baru sebesar 1,5 triliun rupiah. Bangunan tinggi (high-rise building) akan menjadi target pasar perusahaan di tahun ini guna mencapai target kontrak baru.
π Sektor Manufaktur
Perusahaan yang bergerak pada sektor manufaktur biasanya mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan menggunakan mesin-mesin dan tenaga kerja.
Key takeaways dari performa manufaktur selama tahun 2020:
COVID-19 menurunkan permintaan barang, yang juga mempengaruhi sektor manufaktur, terutama dalam hal penurunan tingkat utilisasi pabrik dan mesin.
Namun, penurunan tarif gas industri menjadi enam dolar AS per mmbtu memberi dampak positif pada perusahaan manufaktur yang menggunakan gas dalam proses produksi. Salah satu contohnya, adalah perusahaan keramik. Perusahaan dapat menekan biaya produksi dan memperbesar margin keuntungan dari aturan ini.
Arwana Citramulia ($ARNA)
Arwana Citramulia ($ARNA) berhasil mempertahankan kinerja keuangannya dengan laba bersih 326,2 miliar rupiah, naik 50% secara YoY.
ARNA merupakan produsen keramik dengan nama brand "Arwana" bagi segmentasi pasar kelas menengah-bawah dan brand "Uno" bagi segmentasi pasar kelas atas.
Perusahaan memiliki beberapa wilayah produksi:
Ogan Ilir untuk target pasar wilayah Pulau Sumatra.
Tangerang dan Serang untuk target pasar di Pulau Jawa.
Gresik dan Mojokerto untuk target pasar wilayah Indonesia timur.
Berikut ini ringkasan keuangan Arwana Citramulia:
Penjualan perusahaan naik 2,7% menjadi 2,2 triliun rupiah.
Gross profit margin sebesar 31,7%, meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 26,4%.
Operating profit margin sebesar 14,7%, meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 13,5%.
Perusahaan Semen
Perusahaan semen menjual dua jenis produk umum, yaitu bulk (atau dalam Bahasa Indonesia nya curah) yaitu penjualan semen buat proyek infrastruktur, serta penjualan semen bag (kantong) itu yaitu penjualan untuk proyek retail dan properti.
Selama tahun 2020, pendapatan dari bulk lebih terdampak karena banyaknya proyek infrastruktur yang ditunda akibat COVID-19. Namun, segmen bag juga mengalami penurunan.
Semen Indonesia ($SMGR)
Semen Indonesia ($SMGR) mencatatkan laba bersih sebesar 2,7 triliun rupiah atau naik 16,7% dari tahun sebelumnya. Akan tetapi, pendapatan perusahaan mengalami penurunan sebesar 12,9% YoY menjadi 35,1 triliun rupiah.
Hal ini disebabkan oleh menurunnya volume penjualan sebesar 7,9% YoY menjadi 39,8 juta ton. Memang, permintaan semen nasional berada di angka 10,4% pada tahun 2020. Salah satu penyebabnya adalah segmen semen bulk (curah), yaitu semen yang digunakan untuk proyek infrastruktur turun 22,1%.
Informasi keuangan Semen Indonesia lainnya:
Perusahaan mengalami laba bersih karena didorong oleh turunnya proporsi beban pokok penjualan terhadap pendapatan dari 68,5% pada tahun 2019 menjadi 67% pada tahun 2020.
Dari sisi biaya operasional perusahaan, Semen Indonesia mengalami penurunan sebesar 8,6% YoY menjadi 5,9 triliun rupiah.
Pada tahun 2020, Semen Indonesia memiliki market share sebesar 50% dan capacity share sebesar 43%.
Indocement Tunggal Prakarsa ($INTP)
Indocement Tunggal Prakarsa ($INTP) mencatatkan laba bersih sebesar 1,8 triliun rupiah atau turun 1,5% dari tahun sebelumnya. Pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan menjadi 14,18 triliun rupiah atau turun 10,9% dari tahun sebelumnya.
Penurunan pendapatan perusahaan yang cukup signifikan terjadi karena penurunan volume penjualan domestik sebesar 9,7% YoY menjadi 16,9 ribu ton. Salah satu penyebabnya adalah turunnya penjualan semen curah (bulk) sebesar 25,4% YoY di area Pulau Jawa dan 14,3% YoY di area luar Pulau Jawa.
Informasi keuangan Indocement Tunggal Prakarsa lainnya:
Beban pokok pendapatan perusahaan turun sebesar 13,1%. Hal ini didukung oleh turunnya volume penjualan dan penghematan berkelanjutan dalam segi listrik dan bahan bakar.
Dari sisi biaya operasional, perusahaan mengalami penurunan sebesar 12,9% YoY menjadi 3,1 triliun rupiah.
Pada tahun 2020, Indocement Tunggal Prakarsa memiliki market share sebesar 26,1% dan capacity share sebesar 21%.
Perusahaan Petrochemical
Menurunnya permintaan produk petrochemical secara global yang disebabkan pandemi Covid-19 membuat harga petrochemical dunia secara umum jatuh pada tahun 2020. Kejadian ini memberikan dampak negatif terhadap pendapatan perusahaan produsen petrochemical.
Chandra Asri Petrochemical ($TPIA)
Chandra Asri Petrochemical ($TPIA) adalah anak perusahaan dari Barito Pacific ($BRPT). Chandra Asri bergerak di bidang petrokimia dengan memproduksi olefins, polyolefins, styrene monomer, dan butadiene.
Bagaimana performa Chandra Asri selama tahun 2020?
Chandra Asri mencatatkan pendapatan bersih sebesar 25,1 triliun rupiah atau turun 3,9% dari tahun sebelumnya. Akan tetapi, net income naik sebesar 117% YoY menjadi 717 miliar rupiah.
Informasi keuangan Chandra Asri lainnya:
Penurunan pendapatan bersih disebabkan oleh harga jual rata-rata (ASP) yang lebih rendah menjadi 813 dolar AS per ton dibandingkan dengan 968 dolar AS per ton pada tahun 2019. Penurunan harga jual rata-rata Chandra Asri dipicu oleh menurunnya harga jual rata rata (ASP) Ethylene dan Polyethylene sebesar 20% dan 18% dibandingkan dengan tahun 2019.
Akan tetapi, volume penjualan Chandra Asri mengalami kenaikan sebesar 14% menjadi 2.222 kilo ton dibandingkan dengan 1.943 kilo ton pada tahun 2019.
Kenaikan pada net income didukung oleh keuntungan pajak senilai 316 miliar rupiah dibandingkan dengan beban pajak sebesar 210 miliar rupiah pada tahun 2019. Pencapaian ini didukung oleh penyesuaian pembayaran pajak yang lebih rendah dan keberhasilan program pengurangan biaya struktural perusahaan.
Aneka Kimia Raya Corporindo ($AKRA)
Aneka Kimia Raya Corporindo ($AKRA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan logistik. Perusahaan ini memiliki empat segmen, yaitu distribusi produk minyak bumi kepada pelanggan industri, distribusi dan perdagangan produk kimia (soda api, resin PVC, natrium sulfat, dan lainnya), penyewaan gudang, dan transportasi.
Pada tahun 2020, Aneka Kimia Raya Corporindo mengalami penurunan pendapatan menjadi 17,71 triliun rupiah atau turun 18,38% dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian, perusahaan mencatatkan laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk sebesar 924,91 miliar rupiah atau melesat naik 29,6% dari tahun sebelumnya.
Kenaikan laba perusahaan yang signifikan ini didorong oleh turunnya beban pokok penjualan menjadi 15,66 triliun rupiah atau turun 20,91% dari tahun sebelumnya. Penurunan beban pokok penjualan ini lebih besar dari penurunan pendapatan, sehingga tetap membawa perusahaan meraih kenaikan laba yang drastis.
Adapun perusahaan juga tidak terpengaruh dengan rata-rata harga minyak yang mengalami penurunan selama tahun 2020. Hal ini dikarenakan pendapatan distribusi perusahaan bersifat tetap (fixed) dengan satuan rupiah/liter.
Informasi keuangan Aneka Kimia Raya Corporindo lainnya:
Performa penjualan perusahaan di sektor petroleum berhasil mencapai angka 2,32 juta kiloliter atau naik 10% YoY.
Penjualan lahan milik perusahaan dalam proyek Java Integrated Industrial & Port Estate (JIIPE) juga menunjukan performa yang baik dengan menginjak angka 25 hektare pada tahun 2020.
Perusahaan Kertas
Pandemi Covid-19 yang sangat infeksius menyebabkan pemerintah memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Oleh karena itu, mobilitas orang menjadi terbatas termasuk para pelajar dan pekerja dan menyebabkan pemakaian kertas menurun. Kejadian ini memberikan dampak negatif terhadap pendapatan perusahaan produsen kertas.
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk ($TKIM) & Indah Kiat Pulp and Paper Tbk ($INKP)
PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk ($TKIM) dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk ($INKP) adalah produsen kertas milik Grup Sinarmas. Kedua perusahaan ini berada pada satu induk yang sama yaitu Asia Pulp & Paper. Selain memproduksi kertas, perusahaan juga mengembangkan bisnisnya di sektor kemasan dan tisu. Beberapa brand-nya seperti SiDU photocopy paper, SiDU buku tulis, tisu Paseo, tisu Nice, tisu Jolly.
Sepanjang tahun 2020, Pabrik Kertas Tjiwi Kimia ($TKIM) mencatatkan penurunan penjualan pada segmen kertas budaya sebesar 28,8% menjadi 9 triliun rupiah. Sementara segmen penjualan kertas industri dan lainnya mengalami peningkatan 56,7% menjadi 3 triliun rupiah. Jika dibandingkan tahun 2019, pendapatan mengalami penurunan sebesar 17,2% menjadi 12,05 triliun rupiah.
Walaupun sejumlah pos beban mengalami penurunan, namun TKIM tidak mampu meningkatkan laba bersih perusahaan. Figur laba bersih tetap mengalami penurunan sebesar 10.9% menjadi 2,06 triliun rupiah.
Berbeda dengan perusahaan afiliasinya, Indah Kiat Pulp and Paper ($INKP) berhasil meningkatkan laba meskipun pendapatan terkoreksi pada 2020. Jika dibandingkan tahun 2019, pendapatan mengalami penurunan sebesar 7,3% menjadi 41,5 triliun rupiah. Segmen penjualan INKP mayoritas didapatkan dari ekspor. Terlihat penjualan dalam negeri mengalami penurunan penjualan sebesar 17,1% menjadi 17 triliun rupiah, sementara segmen penjualan ke luar negeri, walaupun dalam kondisi pandemi, tetap mengalami peningkatan 1,6% menjadi 23,8 triliun rupiah.
Sementara di sisi lain, pos laba bersih mengalami peningkatan 7,2% menjadi 4,1 triliun rupiah. Hal ini karena perusahaan berhasil menekan beban lain-lain dan beban pajak penghasilan.
Berikut adalah informasi lainnya mengenai kinerja TKIM dan INKP sepanjang tahun 2020:
Net profit margin TKIM tahun 2020 menjadi 17,11% dibandingkan tahun 2019 senilai 15.9%. Sementara net profit margin INKP tahun 2020 menjadi 9,8% dibandingkan tahun 2019 senilai 8,5%.
Pada tahun 2020, INKP menerbitkan obligasi senilai 3,55 triliun rupiah. Obligasi ini dipergunakan untuk pembayaran angsuran utang perusahaan dan modal kerja.
TKIM dan INKP melalui Cakrawala Megah Indah (CMI) sebagai distributor telah masuk ke dalam bisnis e-commerce dengan membuat official store di marketplace.
π’οΈ Sektor Mining dan Migas
Perusahaan yang berada di sektor tambang dan migas biasanya merupakan price-taker, karena harga produk yang dijualnya mengikuti pergerakan harga komoditas yang dijual. Harga komoditas dipengaruhi oleh permintaan, penawaran dari komoditas itu sendiri.
Key takeaways dari performa perusahaan pertambangan dan migas selama tahun 2020:
Adanya pandemi COVID-19 membuat harga dari banyak komoditas menyentuh poin rendah. Namun, pemulihan ekonomi di Tiongkok sebagai importir terbesar banyak komoditas membuat harga komoditas kembali meningkat, bahkan melebihi level sebelum COVID-19.
Adaro Energy ($ADRO)
Perusahaan batu bara Adaro Energy ($ADRO) mencatatkan penurunan laba bersih tahun 2020 sebesar 63% terhadap laba bersih tahun 2019, menjadi 158 juta dolar AS.
Ringkasan kinerja keuangan Adaro Energy:
Pendapatan tahun 2020 sebesar 2,5 miliar dolar AS, menurun 27% secara YoY.
Penjualan batu bara tahun 2020 sebesar 54,1 juta ton, menurun 9% secara YoY.
Harga jual rata-rata (ASP) tahun 2020 menurun 18% secara YoY.
EBITDA tahun 2020 sebesar 883 juta dolar AS, menurun 27% secara YoY.
Rata-rata nisbah kupas (stripping ratio) perusahaan tahun 2020 sebesar 3,8x. Nisbah kupas adalah rasio jumlah tanah yang harus dibuang untuk menghasilkan satu ton batu bara.
Indo Tambangraya Megah ($ITMG)
Perusahaan batu bara Indo Tambangraya Megah ($ITMG) mencatatkan penurunan laba bersih tahun 2020 sebesar 70% dibandingkan dengan tahun 2019 menjadi 38 juta dolar AS
Ringkasan kinerja keuangan Indo Tambangraya Megah:
Pendapatan tahun 2020 sebesar 1,1 miliar dolar AS, menurun 31% secara YoY.
Penjualan batu bara tahun 2020 sebesar 21,2 juta ton, menurun 16% secara YoY.
Harga jual rata-rata (ASP) tahun 2020 sebesar 53,5 dolar AS per ton, menurun 17% secara YoY.
EBITDA tahun 2020 sebesar 187 juta dolar AS, menurun 23% secara YoY.
Rata-rata stripping ratio perusahaan tahun 2020 sebesar 10,1x.
Bukit Asam ($PTBA)
Bukit Asam memperoleh laba bersih sebesar 2,4 triliun rupiah pada tahun 2020, menurun 41,5% secara YoY. Hal ini disebabkan oleh menurunnya realisasi harga jual rata-rata (ASP) dan volume produksi batu bara tahun 2020 sebesar 15,1% dan 14,8% secara YoY.
Ringkasan kinerja keuangan Bukit Asam:
Pendapatan tahun 2020 sebesar 17,3 triliun rupiah, menurun 20,6% secara YoY.
Volume penjualan batu bara tahun 2020 sebanyak 24,8 juta ton, menurun 14,8% secara YoY.
Harga jual rata-rata (ASP) tahun 2020 sebesar 653 ribu rupiah, menurun 15,1% secara YoY.
EBITDA tahun 2020 sebesar 4,3 triliun rupiah, menurun 31,7% secara YoY.
Net profit margin tahun 2020 menjadi 13,8% dibandingkan tahun 2019 sebesar 18,6%.
Rata-rata nisbah kupas (stripping ratio) perusahaan tahun 2020 sebesar 4,4x.
Timah ($TINS)
Timah ($TINS) mencatatkan rugi bersih tahun 2020 sebesar 340,6 miliar rupiah, membaik dibandingkan rugi bersih tahun 2019 sebesar 611,2 miliar rupiah.
Ringkasan kinerja keuangan Timah:
Pendapatan perusahaan tahun 2020 sebesar 15,2 triliun rupiah dan pendapatan dari penjualan timah sebesar 13,9 triliun rupiah, sama-sama menurun 21% secara YoY.
Biaya umum dan administrasi menurun 22%, biaya keuangan menurun 22%, dan memperoleh keuntungan selisih kurs sebesar 121 miliar rupiah dibandingkan tahun lalu yang mengalami kerugian selisih kurs sebesar 45 miliar rupiah.
Vale Indonesia ($INCO)
Vale Indonesia ($INCO) melaporkan pendapatan tahun 2020 sebesar 765 juta dolar AS, turun dari tahun 2019 yang mencatatkan pendapatan sebesar 782 juta dolar AS.
Adapun perusahaan memperoleh laba bersih tahun 2020 sebesar 83 juta dolar AS, atau naik 46% YoY. Hal ini disebabkan oleh kenaikan net profit margin dari 7,3% pada tahun 2019 menjadi 10,8% pada tahun 2020.
Kenaikan net profit margin ini disebabkan oleh penurunan beban pokok pendapatan dari 664 juta dolar AS pada tahun 2019 menjadi 640 juta dolar AS pada tahun 2020.
Penurunan beban pokok pendapatan terjadi karena harga HSFO, diesel, dan batu bara yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 36%, 31%, dan 17%.
Informasi keuangan Vale Indonesia lainnya:
Selama tahun 2020, perusahaan berhasil meningkatkan jumlah produksi nikel menjadi 72 ribu ton atau mengalami kenaikan sebesar 1,4% YoY.
Harga realisasi rata-rata perusahaan pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 3,2% YoY.
Aneka Tambang ($ANTM)
Aneka Tambang ($ANTM) merupakan perusahaan pertambangan yang melakukan eksplorasi, penambangan, pengolahan, dan pemasaran komoditas bijih nikel, feronikel, emas, perak, bauksit, dan batubara.
Aneka Tambang memperoleh total pendapatan tahun 2020 sebesar 27,37 triliun rupiah, atau turun 16,33% terhadap pendapatan tahun 2019. Namun, laba bersih Antam tahun 2020 naik 492,20% menjadi 1,14 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan laba bersih disebabkan oleh penurunan pada beban penjualan dan pemasaran sebesar 270% menjadi 533 miliar rupiah di mana, di tahun 2019 beban ini sebesar 1,4 triliun rupiah.
Berikut adalah ringkasan kinerja Aneka Tambang di 2020:
Gross profit margin Antam pada tahun 2020 naik sebesar 2,75% menjadi 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya.
Segmen logam mulia dan pemurnian berkontribusi senilai 19,62 triliun rupiah atau setara dengan 71,7% dari total pendapatan Antam. Sedangkan, segmen nikel menyumbang 24% atau setara dengan 6,53 triliun rupiah untuk total pendapatan.
Total penjualan ekspor logam mulia dan pemurnian turun sebesar 658% menjadi 1,83 triliun rupiah dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, penjualan lokal naik senilai 66,9% menjadi 17,80 triliun rupiah.
Jumlah aset lancar Antam pada tahun 2020 naik senilai 19,37% dibandingkan dengan tahun 2019. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan pada persediaan bersih sebesar 46,21% menjadi 2,63 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Elnusa ($ELSA)
Elnusa ($ELSA) merupakan salah satu anak perusahaan dari Pertamina, yang bergerak di bidang jasa hulu migas, jasa distribusi dan logistik energi, dan aktivitas jasa penunjang lainnya di bidang energi
Elnusa memperoleh laba bersih sebesar 249 miliar rupiah pada tahun 2020, menurun 30% secara YoY.
Segmen jasa hulu migas berkontribusi sebesar 53%, segmen jasa distribusi dan logistik energi sebesar 43%, dan segmen jasa penunjang lainnya di bidang energi sebesar 4% terhadap pendapatan perusahaan.
Ringkasan kinerja keuangan Elnusa:
Pendapatan tahun 2020 sebesar 7,7 triliun rupiah, menurun 7,2% secara YoY.
Gross profit margin tahun 2020 sebesar 9,6%, menurun dibanding tahun 2019 sebesar 10,3%.
Beban keuangan tahun 2020 meningkat 330% secara YoY, menjadi 132 miliar rupiah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 40 miliar rupiah.
Net profit margin tahun 2020 menjadi 3,2% dibandingkan tahun 2019 sebesar 4,2%.
Perusahaan Gas Negara ($PGAS)
Perusahaan Gas Negara ($PGAS), atau dikenal sebagai PGN merupakan BUMN yang bergerak di bidang distribusi dan penyaluran gas alam.
Sepanjang 2020, PGN mencatatkan pendapatan sebesar 2,8 milyar dolar AS, turun 25% dari tahun sebelumnya. Kontributor pendapatan terbesar masih berasal dari segmen distribusi dan transmisi gas, yakni sebesar 88,0%. Seiring turunnya pendapatan, perseroan merugi 215 juta dolar AS, atau tergerus 291,1% YoY.
Kerugian PGN disebabkan oleh penurunan margin penjualan setelah diterapkannya peraturan baru mengenai harga jual gas bumi kepada PLN dan pelanggan industri tertentu. Selain itu, terdapat biaya provisi yang harus disisihkan atas sengketa pajak serta kerugian akibat penurunan nilai (impairment loss) sebesar 78,9 juta dolar AS.
Berikut adalah ringkasan lainnya atas kinerja perusahaan di 2020:
Penjualan gas ke pembangkit listrik merupakan yang terbesar di segmen industri dengan kontribusi 39,1%.
Harga jual gas rata-rata tahun 2020 adalah 7,59 dolar AS/MMBTU, turun dari 8,57 dolar AS/MMBTU di tahun sebelumnya.
PGN memperpanjang pipa distribusinya sepanjang 197 km, sehingga jaringan pipa distribusi total mencapai 5.615 km.
Sementara itu pipa transmisi juga bertambah menjadi 5.073 km dari sebelumnya 4.751 km.
PGN berhasil mendapat 85 pelanggan industri baru dari target 50 pelanggan. Untuk segmen rumah tangga, terdapat 135.045 sambungan rumah tangga (SRT) baru dari target 127.864 SRT.
π Sektor Otomotif dan Alat Berat
Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif dan alat berat menjalankan bisnis operasinya dengan menjual produk yang berhubungan dengan otomotif seperti mobil, motor, alat berat, suku cadang, ban, dan komponen-komponen lain.
Key takeaways dari performa otomotif dan alat berat selama tahun 2020:
Pandemi Covid-19 menyebabkan turunnya minat dan daya beli masyarakat terhadap barang-barang otomotif. Oleh karena itu, mayoritas perusahaan otomotif mengalami penurunan pada volume penjualan sepanjang tahun 2020 yang berdampak negatif kepada pendapatan perusahaan.
Astra Internasional ($ASII)
Segmen otomotif dan komponen otomotif Astra Internasional ($ASII) mengalami penurunan laba bersih tahun 2020 sebesar 68% secara YoY menjadi 2,7 triliun rupiah. Volume penjualan mobil turun 50% menjadi 270 ribu unit dan penjualan sepeda motor turun 41% menjadi 2,8 juta unit.
Astra Otoparts ($AUTO)
Astra Otoparts ($AUTO) yang merupakan anak perusahaan Astra Internasional ($ASII) mengalami rugi bersih tahun 2020 sebesar 37 miliar rupiah dibandingkan tahun 2019 yang memperoleh laba bersih 853 miliar rupiah.
Pendapatan Astra Otoparts tahun 2020 pada segmen perdagangan otomotif dan segmen manufaktur komponen otomotif masing-masing turun 8% dan 36% secara YoY.
United Tractors ($UNTR)
United Tractors ($UNTR) merupakan anak perusahaan Astra Internasional ($ASII) yang beroperasi dalam segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi. Pada tahun 2020 United Tractors mengalami penurunan laba bersih tahun 2020 sebesar 49% secara YoY menjadi 3,4 triliun rupiah.
United Tractors ($UNTR) menghasilkan laba bersih tahun 2020 sebesar 5,6 triliun rupiah, atau mengalami penurunan 49% secara YoY. Penjualan alat berat Komatsu menurun 47% menjadi 1.564 unit.
Pendapatan ($UNTR) tahun 2020 pada segmen penjualan barang dan segmen jasa sama-sama mengalami penurunan sebesar 28% secara YoY.Gajah Tunggal Indonesia ($GJTL)
Gajah Tunggal Indonesia ($GJTL) adalah perusahaan ban yang terintegrasi dan merupakan salah satu produsen ban terbesar di Indonesia. Beberapa merek ban milik Gajah Tunggal adalah GT Radial, Giti, Gajah Tunggal Bias, IRC Tire, dan Zeneos Tires.
Segmen bisnis Gajah Tunggal Indonesia terdiri dari beberapa manufaktur seperti ban, kain ban, karet sintetik, benang nilon, dan lainnya. Hasil produksi ban ini nantinya digunakan pada mobil penumpang, SUV, mobil niaga, off-road, industri, dan sepeda motor.
Bagaimana performa Gajah Tunggal Indonesia selama tahun 2020?Perusahaan mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 15,7% YoY menjadi 13,434 triliun rupiah. Hal ini karena peta persaingan dalam penjualan ban kendaraan yang tergolong ketat. Ditambah lagi, pandemi Covid-19 yang turut memberikan sentimen negatif.
Namun, laba bersih perusahaan mengalami kenaikan sebesar 18,5% dari tahun sebelumnya menjadi 318,91 miliar rupiah. Salah satu faktor naiknya laba bersih adalah karena Gajah Tunggal Indonesia terus melakukan efisiensi.
Informasi keuangan Gajah Tunggal Indonesia lainnya:
Beban penjualan berhasil ditekan menjadi 725,34 miliar rupiah, turun 29,6% jika dibandingkan tahun 2019.
Perusahaan berhasil memangkas beban keuangan dari 872,87 miliar rupiah di tahun 2019, menjadi 745,95 miliar rupiah pada tahun lalu.
Pos keuntungan lain-lain juga memperoleh peningkatan sebesar 87,34 miliar rupiah.
Jika dibandingkan dengan 2019, total debt perusahaan juga mengalami penurunan 22,3% menjadi 5,252 triliun rupiah.
π Sektor Properti
Perusahaan yang bergerak di bidang properti mendapat keuntungan dengan beli lahan (land bank), lalu mengembangkan lahan itu dan menjual atau menyewakan lahan yang sudah dikembang itu. Perusahaan properti adalah perusahaan yang krusial di hidup kita, karena menyediakan tempat tinggal, mall, hotel, tempat hiburan sampai kawasan industri.
Key takeaways dari performa properti selama tahun 2020:
Melemahnya daya beli masyarakat selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan minat beli masyarakat khususnya terhadap perumahan. Selain itu, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat (PPKM) selama pandemi Covid-19 juga berdampak negatif terhadap tempat rekreasi seperti, mall, hotel, dan tempat hiburan. Secara umum, pendapatan perusahaan yang bergerak di sektor ini sepanjang tahun 2020 mengalami penurunan.
Summarecon Agung ($SMRA)
Summarecon Agung ($SMRA) adalah perusahaan properti yang berfokus kepada pembangunan dan pengembangan real estate. Kedua perusahaan ini juga dikenal telah sukses mengembangkan kota mandiri (township). Summarecon Agung telah membangun beberapa kota mandiri, seperti Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong, dan Summarecon Bekasi.
Sepanjang tahun 2020, Summarecon Agung ($SMRA) berhasil mencatatkan total pendapatan sebesar 5,02 triliun rupiah atau turun 15,34% YoY. Menurunnya pendapatan dari segmen properti investasi, khususnya mal dan retail, sebesar 45,8% YoY menjadi 798,16 miliar rupiah dipercaya menjadi salah satu kontributor terkoreksinya pendapatan perusahaan.
Penurunan juga terjadi pada laba bersih perusahaan. Summarecon melaporkan laba bersih tahun 2020 senilai 245,91 miliar rupiah atau turun 59,88% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain karena menurunnya total pendapatan, penurunan pada laba bersih juga disebabkan oleh meningkatnya biaya keuangan sebesar 1,03 triliun rupiah atau naik 29,81% YoY.
Selain itu, perusahaan dalam waktu dekat berencana untuk melakukan right issue melalui mekanisme penawaran umum terbatas sebesar 1,5 triliun rupiah. Dana ini akan digunakan untuk pembayaran utang dan modal kerja. Terhitung sampai akhir tahun 2020, perusahaan melaporkan tujuh proyek yang masih berjalan.
Total liabilitas perusahaan senilai 15,83 triliun rupiah atau naik sebesar 5,6% YoY.
Pihak manajemen juga optimis bahwa industri properti akan pulih didukung oleh program vaksinasi Covid-19. Oleh karena itu, perusahaan menargetkan marketing sales tahun 2021 sebesar 3,5 triliun rupiah atau naik 6,06% YoY. Terhitung sampai bulan Maret 2021, perusahaan telah mencapai 35% dari total target.
Bumi Serpong Damai ($BSDE)
Bumi Serpong Damai ($BSDE) adalah perusahaan properti yang berfokus kepada pembangunan dan pengembangan real estate. Kedua perusahaan ini juga dikenal telah sukses mengembangkan kota mandiri (township). BSD telah berhasil mengembangkan township, yaitu BSD City, Grand City Balikpapan, Kota Wisata, dan Taman Banjar Wijaya.
Sepanjang tahun 2020, Bumi Serpong Damai ($BSDE) mencatatkan total pendapatan sebesar 6,18 triliun rupiah atau turun 12,34% YoY. Sekitar 27% total pendapatan juga disumbang oleh anak perusahaannya, yaitu Duta Pertiwi ($DUTI) yang berfokus pada properti sebesar 1,7 triliun rupiah atau turun 29,89% YoY.
Laba bersih BSD dan Duta Pertiwi masing masing juga mengalami penurunan tahun 2020 sebesar 91,02% YoY dan 50,50% YoY menjadi 281,7 miliar rupiah dan 638,42 miliar rupiah. Penurunan ini dipicu oleh dampak negatif dari pandemi Covid-19 terhadap industri properti.
Walaupun laba bersih turun secara signifikan, beberapa fundamental perusahaan BSD mengalami peningkatan, seperti kas dan setara kas yang naik 59,05% YoY menjadi 10,92 triliun rupiah dan total aset yang naik 11,59% YoY menjadi 60,86 triliun rupiah.
Pihak manajemen BSD juga melaporkan perusahaan memiliki cadangan lahan (landbank) yang siap dikembangkan seluas lebih dari 3.800 hektar.
Sampai dengan akhir tahun 2020, pihak manajemen BSD melaporkan sedang mengerjakan proyek bangunan bangunan senilai 2,11 triliun rupiah. Ada pun proyek tanah yang sedang dikembangkan senilai 5,75 triliun rupiah.
Pakuwon Jati ($PWON)
Pakuwon Jati ($PWON) adalah perusahaan properti yang berfokus di bisnis penyewaan tenant mal, penyewaan dan penjualan kantor, hotel, kondominium, serta rumah tapak. Saat ini Pakuwon memiliki 10 mal, 6 perkantoran, dan 8 hotel yang tersebar di Surabaya, Jakarta, dan Jawa Tengah.
Selama 2020, Pakuwon mencatatkan pendapatan total senilai 3,97 triliun rupiah, turun 44,8% dari tahun 2019. Penjualan kondominium dan kantor yang menurun dari 3,04 triliun rupiah ke 1,19 triliun rupiah menjadi penyebab utama turunnya pendapatan Pakuwon. Pandemi Covid-19 diyakini menjadi faktor utama turunnya minat beli konsumen kondominium dan kantor. Selain itu, efisiensi beban pokok pendapatan juga tidak sedalam turunnya penjualan, sehingga marjin laba kotor ikut terkoreksi dari 56,8% ke 48,8%.
Pada akhirnya, di 2020 Pakuwon membukukan laba bersih sebesar 1,12 triliun rupiah, turun 65,4% dari 3,24 triliun rupiah di tahun sebelumnya.
Berikut adalah informasi lainnya mengenai kinerja Pakuwon selama tahun 2020:
Segmen retail leasing menjadi kontributor pendapatan terbesar Pakuwon dengan 44,1%.
Pada semester II 2020 Pakuwon meresmikan beberapa proyek, di antaranya membuka Westin Hotel Surabaya, mengakuisisi Hartono Mall Solo, Hartono Mall Jogja, dan Marriott Hotel Jogja, serta membuka Pakuwon City Mall.
Pakuwon menargetkan diversifikasi portofolio dengan proporsi 50:50 antara pendapatan recurring dan development.
Saat ini Pakuwon memiliki net leasable area (NLA) sebesar 774 km persegi untuk segmen mal dan 155 km persegi pada segmen penyewaan kantor. Net leasable area (NLA) adalah luas area yang disewakan oleh perusahaan
Puradelta Lestari ($DMAS)
Puradelta Lestari ($DMAS) adalah anak usaha patungan antara Sinarmas Land dan Sojitz Corporation yang bergerak di bidang pengembangan kawasan (township development). Di bawah brand Kota Deltamas, Puradelta Lestari mengembangkan kawasan industri seluas 3.185 hektar di daerah Cikarang, Jawa Barat.
Tahun 2020, Deltamas mencatatkan pendapatan sebesar 2,63 triliun rupiah, turun tipis dari 2,65 triliun rupiah di tahun sebelumnya. Terjadi perubahan yang cukup signifikan pada portofolio bisnis Deltamas. Segmen industri menyumbang 94,1% pendapatan tahun 2020, di mana pada tahun sebelumnya hanya sekitar 75,9%. Selain karena pendapatan industri yang tumbuh, hal ini juga disebabkan oleh jatuhnya pendapatan komersial dari 603 miliar rupiah ke 79 miliar rupiah.
Namun, turunnya pendapatan Deltamas tidak diikuti oleh performa laba bersih yang justru naik 0,97% ke 1,35 triliun rupiah dari sebelumnya 1,34 triliun rupiah. Marjin laba bersihnya pun berhasil meningkat dari 51,0% ke 51,8%.
Di bawah ini adalah informasi lainnya mengenai performa bisnis Deltamas selama tahun 2020:
Deltamas membukukan marketing sales sebesar 2,39 triliun rupiah, lebih tinggi 19,5% dari target-2 triliun rupiah.
Aset perusahaan pada 2020 tercatat sejumlah 6,75 triliun rupiah, lebih rendah 865 miliar dari 2019. Hal ini disebabkan oleh turunnya piutang usaha dan persediaan sebesar 1,72 triliun rupiah. Selain itu, jumlah kas dan setara kas meningkat 708 miliar rupiah.
Terjadi peningkatan profitabiltas pada segmen industri, komersial, dan hotel. Namun, segmen residensial dan rental mengalami penurunan.
ποΈ Sektor Retail
Perusahaan yang berada di sektor retail biasanya mendapatkan pendapatan dari penjualan produk dan layanan yang dimilikinya. Biasanya, retail berekspansi dengan membuka semakin banyak outlet yang dimiliki.
Key takeaways dari performa retail selama tahun 2020:
Penurunan daya beli masyarakat dan dilarangnya mudik yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 berdampak negatif terhadap pendapatan perusahaan yang bergerak di sektor retail. Selain itu, meningkatnya tren belanja online juga menyebabkan dampak negatif untuk perusahaan retail.
Matahari Department Store ($LPPF)
Pada tahun 2020, Matahari Department Store ($LPPF) mencatatkan pendapatan sebesar 4,83 triliun rupiah atau turun sebesar 52.91% dari tahun sebelumnya. Net income turun 163% YoY menjadi rugi 873 miliar rupiah.
Informasi keuangan Matahari lainnya:
Matahari Department Store ($LPPF) telah menutup 6 outlet dalam kurun waktu 3 bulan terakhir dan 25 outlet sepanjang tahun 2020 untuk menekan biaya operasional. Terhitung per Desember 2020, terdapat 147 outlet Matahari.
Biaya operasional tahun 2020 turun 27.4% atau 1,1 triliun rupiah dibanding tahun 2019. Namun, proporsi beban usaha dibandingkan dengan pendapatan naik dari 42,5% pada tahun 2019 menjadi 76,5% pada tahun 2020.
Tahun 2020 ini adalah pertama kali LPPF mencatatkan kerugian sejak tahun 2009. Selama pandemi, gerai Matahari Department Store mengalami penutupan gerai, pembatasan jam operasional, serta pembatasan jumlah pelanggan.
Alfamart ($AMRT) dan Alfamidi ($MIDI)
Alfamart ($AMRT) adalah perusahaan jaringan modern trade minimarket (MT minimarket) terbesar kedua di Indonesia. Gerai Alfamart menjual berbagai macam barang kebutuhan konsumer (FMCG) yang terbagi ke dalam dua kategori besar: makanan dan non-makanan.
Dalam keadaan pandemi, Alfamart mencatatkan pendapatan 75,83 triliun rupiah di tahun 2020, naik 4,0% dari tahun sebelumnya (YoY). Sebaliknya, performa laba bersih Alfamart turun ke 1,09 triliun rupiah dari 1,14 triliun di tahun sebelumnya, setara dengan -4,4%.
Penurunan laba bersih disebabkan oleh meningkatnya biaya distribusi, beban umum & administrasi, serta berkurangnya pendapatan lainnya.
Berikut adalah informasi lainnya mengenai kinerja Alfamart hingga September 2020:
Memperoleh 30% pangsa pasar MT minimarket melalui 15.102 gerai di seluruh Indonesia.
Dalam periode Januari-September, tedapat 792 gerai baru yang dibuka.
Sebanyak 77,2% gerai grup Alfamart dimiliki oleh perusahaan, sementara 22,8% sisanya dimiliki publik melalui skema franchise.
Alfamart memperbesar portofolio gerai di luar Pulau Jawa, tumbuh dari 27,7% di 2016 ke 30,6% di September 2020.
Produk makanan merupakan kontributor utama penjualan dengan 66,3% dari total pendapatan.
Alfamidi ($MIDI) juga merupakan perusahaan jaringan MT minimarket yang masih berada di bawah naungan grup Alfamart. Faktor pembeda antara keduanya adalah luas area penjualan dan jumlah stock keeping unit (SKU).
Pada tahun 2020, pendapatan Alfamidi mencapai 12,66 triliun rupiah, naik 8,9% YoY. Namun, performa laba Alfamidi turun ke 200,27 miliar rupiah, atau ekuivalen dengan -1,3%.
Disinyalir penurunan tersebut disebabkan membengkaknya beban penjualan dan distribusi hingga 13,6%.
Informasi performa keuangan dan operasional Alfamidi lainnya per September 2020:
Alfamidi memegang 5,3% pangsa pasar MT minimarket.
Dalam periode Januari-September, tedapat 188 gerai baru yang dibuka, sehingga total menjadi 1.725 gerai.
Produk makanan merupakan kontributor penjualan yang dominan dengan 70,4% dari total pendapatan.
MAP Boga Adiperkasa ($MAPB), Map Aktif Adiperkasa ($MAPA), & Mitra Adiperkasa ($MAPI)
PT MAP Boga Adiperkasa Tbk ($MAPB), PT Map Aktif Adiperkasa Tbk ($MAPA), dan induknya PT Mitra Adiperkasa Tbk ($MAPI) merupakan bagian dari Grup Mitra Adiperkasa (MAP).
Grup MAP sendiri memiliki fokus pada penjualan ritel, department store, toko buku, manufaktur, kafe dan restoran. MAPA berfokus pada segmen sports & leisure melalui outlet seperti Kidz Station, Sports Station, Adidas, dan Nike. MAPB memiliki fokus di bisnis kafe dan restoran melalui outlet seperti Starbucks, Pizza Marzano, dan Genki Sushi. Selain merk yang dipegang oleh MAPA dan MAPB, MAPI juga memegang merk lain seperti Marks & Spencer, Zara, Sephora, Sogo, dan Kinokuniya.
Walaupun secara keseluruhan segmen bisnis perusahaan mengalami pemulihan pada kuartal 4, namun peningkatan ini belum mampu mengimbangi penurunan di 3 kuartal sebelumnya. Berikut adalah performa lengkap masing-masing perusahaan:
Sepanjang tahun 2020, induk perusahaan PT Mitra Adiperkasa Tbk ($MAPI) mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 31,2% menjadi 14,8 triliun rupiah dibanding tahun 2019. Perusahaan juga mencatat rugi usaha sejumlah 56,9 miliar rupiah. Penurunan penjualan MAP pada tahun 2020 memperlihatkan dampak pandemi Covid-19. Namun penjualan digital mencapai 10,3% dari total penjualan, melesat hingga 236% dibanding tahun 2019.
PT Map Aktif Adiperkasa ($MAPA), mengalami penurunan pendapatan sebesar 36% menjadi 4,8 triliun rupiah. Perusahaan juga mencatat laba usaha sejumlah 80 miliar rupiah, menurun 91% jika dibandingkan 2019. Walaupun begitu, penjualan MAPA pada kuartal ke-4 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 43,9% dari kuartal ketiga. Hal ini dipicu strategi perusahaan yakni unified retail yang mengintegrasikan platform online, offline, dan program loyalty menjadi satu jalur komunikasi pelanggan.
Layaknya perusahaan retail lainnya di masa pandemi, PT Map Boga Adiperkasa ($MAPB) juga mengalami penurunan pendapatan sebesar 33,95% menjadi 2 triliun rupiah. Baik dari penjualan makanan maupun minuman keduanya mengalami penurunan sebesar 36% dan 33%. Perusahaan juga mencatat rugi usaha sebesar 153 miliar rupiah turun 168% dibanding 2019.
Berikut adalah informasi lainnya mengenai kinerja MAPI selama tahun 2020:
Tingkat inventory per akhir Desember 2020 tercatat mengalami penurunan 12,6% dibandingkan pada kuartal ke-3 seiring dengan meningkatnya permintaan pada musim liburan untuk produk baru MAP yang melampaui ekspektasi.
Net profit margin perusahaan tahun 2020 turun menjadi -0,38% dari 8,9% pada tahun 2019.
Perusahaan melalui program loyalti MAP Club memperkenalkan produk baru kepada 3,7 juta anggota MAP Club pada musim liburan tahun 2020.
Erajaya Swasembada ($ERAA)
Erajaya Swasembada ($ERAA) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi dan pengecer produk dalam layanan mobile, seperti telepon genggam, Subscriber Identity Module Card (SIM Card), voucher untuk telepon seluler, dan aksesori. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2000. Hingga saat ini, perusahaan memiliki tiga multibrand, yaitu Erafone, Urban Republic dan EraPlus.
Erajaya Swasembada telah mencatatkan perolehan pendapatan sebesar 34,1 triliun rupiah pada tahun 2020, naik 3,5% dari tahun sebelumnya. Seiring dengan kenaikan pendapatan, perusahaan juga mengalami kenaikan laba bersih menjadi 671 miliar rupiah, atau naik 105,28% YoY.
Rata-rata harga jual unit naik (ASP/average selling price) menjadi 2,54 juta tahun ini, tapi jumlah volume yang dijual turun 21% YoY dari 13,0 juta unit menjadi 10,2 juta unit. Kenaikan ASP juga didorong karena turunnya proporsi penjualan feature phone yang harga jualnya hanya di level 400-600 ribu rupiah. Feature phone adalah HP yang tampilannya jadul (keypad nya dari 1 sampe 9), namun mempunyai fitur-fitur smartphone seperti kemampuan akses internet, sehingga bisa untuk nonton Youtube, buka IG dan WA.
Informasi keuangan perusahaan lainnya:
Perusahaan telah melakukan ekspansi dengan mendirikan 135 toko baru pada tahun 2020, sehingga Erajaya total memiliki 1.053 gerai toko.
Semenjak pandemi, perusahaan juga fokus melakukan promosi melalui kanal daring dan berhasil meningkatkan penjualan sebesar 42% lebih banyak dibandingkan promosi-promosi sebelumnya yang dilakukan secara offline.
Pendapatan Erajaya masih didominasi penjualan ponsel dan tablet sebesar 76,3%.
Kenaikan pendapatan dipicu oleh harga jual rata-rata yang meningkat 29% YoY.
Terdapat perbaikan pada average inventory days yang turun dari 63 hari ke 41 hari.
π» Sektor Telco, Tech, dan Media
Pendapatan perusahaan operator telekomunikasi berasal dari pendapatan data dan non-data dari pelanggan nya. Perusahaan memancarkan sinyal melalui spektrum dari menara dan base transceiver station (BTS) yang dimiliki atau disewanya.
Key takeaways dari performa operator telekomunikasi selama tahun 2020:
Mayoritas operator telekomunikasi mengalami kenaikan pendapatan dari segi average revenue per user (ARPU) dikarenakan pemerintah memberlakukan remote working atau learning secara masif untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang memicu pemakaian data atau kuota internet yang lebih banyak.
Performa perusahaan telco:
XL Axiata ($EXCL)
XL Axiata ($EXCL) telah memublikasikan laporan keuangan tahunan 2020 dengan laba bersih 372 miliar rupiah, turun 47,83% YoY.
Pendapatan XL Axiata meningkat 3,49% YoY sedangkan laba menurun sebanyak 19,6%. Penurunan di Laba usaha disebabkan oleh meningkatnya beban usaha sebanyak 6.95%.
Informasi keuangan XL Axiata lainnya:
Secara keseluruhan, jumlah pelanggan baru XL Axiata meningkat 2,11% YoY atau sebanyak 1,2 juta pelanggan di tahun 2021.
Dari sisi average revenue per user (ARPU), XL Axiata mengalami kenaikan sebesar 2,87% YoY untuk prabayar dan 1% YoY untuk pasca-bayar. ARPU adalah rata rata pendapatan per user yang dapat dihitung dari total pendapatan dibagi oleh jumlah pelanggan.
Biaya operasi XL Axiata menurun sebanyak 15% YoY. Hal ini disebabkan oleh turunnya biaya pemasaran sebesar delapan persen YoY dan biaya infrastruktur sebanyak 30% YoY.
Jumlah cakupan sinyal 4G XL Axiata naik sejumlah 34,85% YoY, sedangkan cakupan sinyal 3G turun sebesar 1,46% YoY.
Indosat ($ISAT)
Indosat ($ISAT) melaporkan kerugian bersih tahun 2020 sebesar 716 miliar rupiah, berbanding terbalik dengan tahun 2019 yang mencatatkan keuntungan 1,5 triliun rupiah.
Perusahaan memperoleh pendapatan tahun 2020 sebesar 27,9 triliun rupiah, atau naik 6,9% terhadap pendapatan tahun 2019.
Average Revenue per User (ARPU) perusahaan tahun 2020 meningkat 14,3% terhadap tahun 2019, menjadi 31,9 ribu rupiah.
EBITDA perusahaan tahun 2020 juga meningkat 16% terhadap tahun 2019, yaitu menjadi 11,4 triliun rupiah.
Rugi bersih perusahaan disebabkan oleh kenaikan beban operasional tahun 2020 menjadi 25,5 triliun rupiah, meningkat 16,6% dibandingkan tahun 2019 yang hanya sebesar 21,8 triliun rupiah.
Informasi keuangan Indosat lainnya:
Pendapatan dari segmen cellular ISAT meningkat 11,6% dibandingkan tahun 2019, menjadi 23 triliun rupiah. Segmen ini memberikan kontribusi sebesar 82% bagi pendapatan perusahaan.
Namun, kedua segmen ISAT lainnya mengalami penurunan, yaitu segmen fixed data yang turun 10,4% menjadi 4,2 triliun rupiah dan segmen fixed voice yang turun 15,4% menjadi 561 miliar rupiah.
Beban personnel dan depresiasi perusahaan tahun 2020 mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 33% dan 4% terhadap tahun 2019.
Jumlah subscribers Indosat tahun 2020 meningkat 1,7% terhadap tahun 2019, menjadi 60,3 juta subscribers.
Base Transceiver Station (BTS) untuk sinyal 4G Indosat bertambah lima belas ribu tower selama tahun 2020, saat ini perusahaan memiliki sebanyak 62,8 ribu tower.
Surya Citra Media ($SCMA)
Surya Citra Media ($SCMA) adalah perusahaan yang bergerak dalam industri media berbasis konten, termasuk saluran televisi, pembuatan konten, penerbitan online, manajemen artis, jasa periklanan, manajemen fasilitas siaran, dan produksi film. Perusahaan ini memiliki dua saluran televisi terbesar di Indonesia, yaitu SCTV dan Indosiar, serta berbagai saluran berbasis web lainnya, seperti Vidio.com dan KapanLagi.com.
Pada tahun 2020, Surya Citra Media mengalami penurunan pendapatan sebesar 7,6% menjadi 5,1 triliun rupiah dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar 1,15 triliun rupiah, meningkat 9,4% dari tahun sebelumnya.
Kenaikan laba bersih ini disebabkan oleh berkurangnya biaya program dan broadcasting sebesar 13,2% dari pembatalan produksi sinetron, FTV, dan acara live karena berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di masa pandemi Covid-19.
Informasi perusahaan lainnya:
Adanya peningkatan pengguna platform streaming Vidio.com sebesar 414% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada awal pandemi, perusahaan sempat berhenti memproduksi konten televisi seperti sinetron, sehingga hanya bergantung pada pemutaran kembali konten lama.
Per Juli 2020, ketika terjadi kelonggaran PSBB, Surya Citra Media mulai memproduksi konten baru sebanyak 4 jam drama per hari serta mengadakan acara live tanpa adanya audiens dalam studio.
π» Sektor Trade and Services
Perusahaan yang berada di sektor trade and service biasanya mendapatkan pendapatan dari jasa yang ditawarkan. Pendapatan perusahaan dalam sektor ini bergantung kepada jumlah klien dan besarnya margin yang didapat dari jasa yang ditawarkan. Selain itu tingkat kapasitas dan keterisian menjadi salah satu faktor penting terhadap pendapatan perusahaan yang bergerak di bidang ini.
Key takeaways dari performa sektor trade and services selama tahun 2020:
Dikarenakan pandemi Covid-19, perusahaan trade dan services khususnya yang bergerak di bidang kesehatan mendapatkan dampak positif terhadap pendapatan dari meningkatnya jumlah klien yang menggunakan jasa perusahaan.
Mitra Keluarga ($MIKA)
Emiten rumah sakit Mitra Keluarga ($MIKA) telah merilis laporan kinerja 2020. Hingga akhir tahun, Mitra Keluarga memiliki 25 rumah sakit dan didukung oleh 1.634 dokter, di mana 1.342 di antaranya merupakan dokter spesialis. Tercatat pendapatan perusahaan tumbuh 6,6%, diikuti pertumbuhan laba bersih sebesar 17,6%, menjadi 930 milyar rupiah. Dengan begitu, Mitra Keluarga berhasil meningkatkan net profit margin (NPM) dari 24.7% di 2019 ke 27.2% di 2020.
Ringkasan kinerja operasional Mitra Keluarga:
Kapasitas ranjang naik 8,0% menjadi 3.105 unit di 2020
Jumlah pasien keseluruhan mengalami penurunan sebesar 20,3%. Untuk detilnya, pasien rawat inap turun 8,3%, sementara pasien rawat jalan turun 23,0%.
Namun pendapatan per pasien rawat inap meningkat 23,6%, begitu juga dengan rawat jalan yang tumbuh sebesar 24,3%.
Mitra Keluarga mengalokasikan 33,4% ranjang untuk pasien Covid-19, atau ekuivalen dengan 1.039 ranjang.
Tingkat keterisian ranjang (bed occupancy rate) Rumah Sakit Mitra Keluarga berada di level 53,8%.
Prodia ($PRDA)
Emiten laboratorium klinis independen Prodia ($PRDA) telah merilis laporan kinerja 2020. Tercatat pendapatan perusahaan tumbuh 7,40%, diikuti pertumbuhan laba bersih hingga 27,83%, menjadi 268 milyar rupiah. Dampaknya, Prodia mengalami peningkatan net profit margin (NPM) dari 12,04% di 2019 ke 14,31% di 2020. Hingga 3Q2020, Prodia telah memiliki 272 outlet laboratorium yang tersebar di 127 kota di 34 provinsi.
Berikut adalah ringkasan kinerja Prodia di 2020:
Market share Prodia di 2019 mencapai 39,2%, tumbuh dari tahun sebelumnya di 38,8%
Pendapatan lab mendominasi portofolio Prodia di 2020 sebesar 91,65%, tumbuh dari 89,37% di tahun sebelumnya
Portofolio berdasarkan jenis pelanggan terbesar disumbangkan oleh pelanggan individu (30,63%) dan pelanggan referensi dokter (30,60%).
Berdasarkan jenis pelanggan, referensi pihak ketiga mengalami pertumbuhan terbesar dengan 21,11%, diikuti referensi dokter (7,50%), korporasi (2,26%), dan individu (0,53%).
Namun jumlah outlet Prodia turun dibanding akhir tahun 2019. Penurunan ini disebabkan berkurangnya jumlah outlet point-of-care dari 122 ke 108 outlet pada 3Q20.
Blue Bird ($BIRD)
Blue Bird Group ($BIRD) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi. Perusahaan ini dikenal dengan pengelolaan 4 jenis transportasi darat, yaitu taksi Blue Bird, bus Big Bird, taksi eksekutif Silver Bird, dan penyewaan mobil Golden Bird.
Sepanjang 2020, perusahaan meraih penjualan sebesar 2,04 triliun rupiah. Nilai tersebut turun 49,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Figur laba bersih BIRD juga mengalami penurunan sebesar 150% sehingga menderita kerugian sebesar 163 miliar rupiah.
Perusahaan mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih akibat pandemi Covid-19. Walaupun pada kuartal tiga dan kuartal empat pendapatan perusahaan mengalami peningkatan akibat relaksasi peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), namun hal ini belum mampu menaikan laba ke angka positif.
Ringkasan kinerja keuangan:
Perusahaan memiliki lebih dari 25.000 kendaraan, 35.000 pegawai, dan tersedia di 20 kota di Indonesia (9M20).
Beban pokok pendapatan perusahaan turun 42% menjadi 1,7 triliun rupiah.
Net profit margin tahun 2020 menjadi -7,96% dibandingkan tahun 2019 senilai 7,8%.
Pada tahun 2021, perusahaan menganggarkan capex sebesar 550 miliar rupiah untuk melakukan investasi pada bidang IT khususnya.
Metrodata Electronics ($MTDL)
Metrodata Electronics ($MTDL) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Perusahaan memiliki unit bisnis yaitu bisnis solusi dan konsultasi layanan digital, serta bisnis distribusi hardware dan software. Beberapa produk ternama yang didistribusikan perusahaan adalah Asus, Lenovo, Dell, dan Razer Gaming Gear & Peripherals.
Pada tahun 2020, Metrodata Electronics mengalami penurunan pendapatan sebesar 7,0% menjadi 14 triliun rupiah dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar 364,9 miliar rupiah atau meningkat 2,2% dari tahun sebelumnya.
Kenaikan laba bersih ini dipicu oleh kelangkaan produk TI, khususnya notebook, yang mendukung kenaikan harga pasar sehingga perusahaan mengalami peningkatan margin laba di unit bisnis distribusi. Tidak hanya itu, kenaikan laba bersih ini juga dipicu oleh meningkatnya penjualan di segmen bisnis solusi dan konsultasi layanan digital. Pasalnya, segmen ini berkontribusi sebesar 25%, naik 3% dari tahun sebelumnya hingga melebihi kontribusi dari unit bisnis distribusi.