Daily Market Performance 🚀
IHSG
6.844
-0,46%
Coal
178,0
-1,33%
Crude Oil
69,4
+1,12%
Gold
2.036
-0,13%
CPO
3.425
+0,12%
Nickel
24.689
-1,04%
đź‘‹ Stockbitor!
Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga acuan sebesar +25 bps (+0,25%) menjadi 5–5,25% pada Rabu (3/5). Keputusan tersebut sejalan dengan ekspektasi konsensus, sekaligus menandai suku bunga acuan The Fed yang tertinggi sejak September 2007.
Ini merupakan kenaikan suku bunga The Fed yang ke-10 secara beruntun sejak Maret 2022. Kepala The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil guna menekan inflasi kembali ke target 2%. Per Maret 2023, AS mencatatkan inflasi sebesar 5% YoY dengan inflasi inti mencapai 5,6% YoY.
Reuters melaporkan bahwa Powell menyebut kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan telah mencapai puncaknya di 5–5,25%.
Tren kenaikan suku bunga The Fed dalam setahun terakhir mulai berdampak bagi ekonomi AS. PDB negara tersebut hanya tumbuh +1,1% YoY pada 1Q23, menurut perkiraan awal yang dirilis oleh Biro Analisis Ekonomi AS pada April 2023. Realisasi tersebut dipengaruhi oleh melemahnya aktivitas di sektor perumahan akibat hipotek yang tinggi, serta investasi tetap yang menurun akibat pertumbuhan output yang melambat.
Meski demikian, AS tetap mencatatkan pertumbuhan belanja konsumen, yang didorong oleh pasar tenaga kerja yang masih kuat. Selama 1Q23, rata-rata pertumbuhan pekerjaan di AS mencapai 345 ribu per bulan, lebih cepat 3x lipat dari jumlah yang dibutuhkan untuk mengimbangi pertumbuhan populasi usia kerja. Sementara itu, tingkat pengangguran masih rendah di level 3,5% per akhir Maret 2023.
Dalam pidatonya, Powell mengatakan bahwa ekonomi AS kemungkinan akan menghadapi hambatan lebih lanjut dari kondisi kredit yang lebih ketat akibat kenaikan suku bunga dan krisis sejumlah bank regional AS pada Maret 2023. Namun, efek dari kondisi kredit yang ketat ini masih belum dapat dipastikan.
Menyusul pengumuman kenaikan suku bunga The Fed, indeks pasar saham AS mengalami koreksi pada Rabu (3/5), di mana Dow Jones Index melemah -0,8%, S&P 500 turun -0,7%, dan Nasdaq terkoreksi -0,6%.
Sementara itu, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun 259 bps ke level 3,34% dan yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun turun 398 bps ke level 3,81%. Pergerakan yield obligasi sendiri berbanding terbalik dengan harga obligasi. Pergerakan yield obligasi tersebut mengindikasikan bahwa pasar mulai memperhitungkan probabilitas bahwa The Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga ke depannya.
📉 Laba Bersih NCKL Turun -14,28% YoY pada 1Q23
$NCKL: Trimegah Bangun Persada mencatatkan penurunan laba bersih sebesar -14,28% YoY menjadi ~1,37 triliun rupiah pada 1Q23. Pendapatan naik +74,6% YoY menjadi 4,78 triliun rupiah, yang ditopang oleh pertumbuhan segmen penambangan nikel (+71,28% YoY) dan pengolahan nikel (+75,4% YoY). Namun, kedua segmen mengalami penurunan laba bruto dan GPM, dengan peningkatan beban pokok penjualan (+136,34% YoY) yang lebih besar dari pertumbuhan pendapatan.
$TBIG: Tower Bersama Infrastructure mengumumkan pembelian kembali (buyback) saham sebanyak-banyaknya 1,13 miliar lembar (5%) saham dengan dana maksimum 2,5 triliun rupiah pada 4 Mei–3 Agustus 2023.
$BRIS: Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan bahwa rencana akuisisi unit usaha syariah Bank Tabungan Negara ($BBTN) dengan Bank Syariah Indonesia bakal terealisasi pada akhir tahun ini. Erick menyebut merger antara BRIS dan unit usaha syariah BBTN bertujuan untuk menyediakan pendanaan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) bagi milenial.
$MITI: Emiten investasi di bidang pelayaran, Mitra Investindo, mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar +18,72% QoQ dan +176,8% YoY menjadi ~11,16 miliar rupiah pada 1Q23. Pendapatan naik +17,29% QoQ dan +296% YoY menjadi ~84,25 miliar rupiah, ditopang oleh segmen jasa bongkar muat yang berkontribusi sebesar 54,42 miliar rupiah. Namun, beban langsung (+323,14% YoY) naik lebih tinggi dibandingkan pendapatan, sehingga GPM turun menjadi 33,7% (vs. 1Q22: 38%).
$BINA: Pemegang saham Bank Ina Perdana, PT Philadel Terra Lestari, menjual saham BINA sebanyak ~50,02 juta lembar saham dalam 3 transaksi berbeda pada 27 Februari 2023, 21 Maret 2023, dan 29 Maret 2023. Penjualan dilakukan di rentang harga 3.938–3.990 rupiah per lembar saham, dengan total nilai transaksi sebesar 197,05 miliar rupiah. Setelah transaksi ini, kepemilikan PT Philadel Terra Lestari di BINA turun dari 5,36% menjadi 4,72%.
đź•· MYOR & UNVR 1Q23
Berikut adalah kinerja emiten sektor konsumer (FMCG) pada kuartal I/2023:
$MYOR: Laba bersih Mayora Indah tumbuh +137,6% YoY menjadi 727 miliar rupiah pada 1Q23. Penjualan tumbuh +11,4% YoY menjadi 8,5 triliun rupiah, didorong pertumbuhan double digits kedua segmen usaha: makanan +11,8% dan minuman +10,9%. Beban pokok penjualan (COGS) naik lebih moderat (+3,4%), dengan beban bahan baku relatif stabil. Ini mendorong kenaikan GPM menjadi 27,4% (1Q22: 21,8%). Selain itu, beban penjualan turun -5,7%.
Dibandingkan dengan kinerja pada 4Q22 (QoQ), laba bersih MYOR turun -15,2%. Penjualan tumbuh moderat +0,2%, COGS turun -3,3% sehingga mendorong kenaikan GPM. Penurunan laba bersih dipengaruhi rugi selisih kurs sebesar 184 miliar rupiah (4Q22: keuntungan selisih kurs 196 miliar rupiah). (IDX)
Penjualan 1Q23 MYOR telah mencapai 25% dari estimasi penjualan FY23 menurut konsensus analis sebesar 34,4 triliun rupiah. Sementara itu, laba bersih 1Q23 mencapai 31% dari estimasi laba bersih FY23 sebesar 2,3 triliun rupiah.
$UNVR: Laba bersih Unilever Indonesia turun -30,5% YoY menjadi 1,4 triliun rupiah pada 1Q23. Penjualan turun -2,2% YoY menjadi 10,6 triliun rupiah, didorong penurunan segmen home and personal care/HPC (-4,3%), sedangkan segmen foods and refreshment/FR tumbuh +2%.
Beban pokok pendapatan (COGS) turun lebih dalam sebesar -3,4% YoY, dengan beban bahan baku turun -8,3%. Hal ini mendorong kenaikan margin laba kotor (GPM) menjadi 49,3% (1Q22: 48,7%). Penurunan laba bersih didorong kenaikan beban usaha (+28,1%), di antaranya akibat kenaikan beban iklan (+15,4%), promosi (+20,1%), dan central service fee (+79,7%).
Dibandingkan dengan 4Q22 (QoQ), laba bersih UNVR tumbuh +86,6%. Penjualan tumbuh +9,6%, COGS turun -3,3%, dan central service fee turun -4,7% sehingga mendorong kenaikan seluruh margin laba perseroan. (IDX)
Penjualan 1Q23 UNVR telah mencapai 24,5% dari estimasi penjualan FY23 menurut konsensus analis sebesar 43,3 triliun rupiah. Sementara itu, laba bersih 1Q23 mencapai 23,5% dari estimasi laba bersih FY23 sebesar 6 triliun rupiah.
Saham Top Gainer Hari Ini 🔥
Saham Top Loser Hari Ini 🤕
Performa Sektor Hari Ini đź“Š
🔥 Hal lain yang lagi hot yang perlu kamu ketahui...
Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan bahwa pihaknya berencana memangkas jumlah BUMN Karya dari 9 menjadi 4 melalui konsolidasi. Erick menyebut bahwa Kementerian BUMN berencana mengkonsolidasikan PT Hutama Karya dengan Waskita Karya ($WSKT) dan Pembangunan Perumahan ($PTPP) dengan Wijaya Karya ($WIKA).
Produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 1Q23 diprediksi -1% QoQ dan +4,95% YoY, menurut konsensus ekonom dari polling yang dibuat Reuters. Jika realisasinya sejalan dengan konsensus, ini akan menjadi kontraksi ekonomi secara kuartalan pertama bagi Indonesia dalam setahun terakhir, yang didorong oleh pelemahan harga komoditas. Data resmi PDB Indonesia selama 1Q23 akan rilis pada 5 Mei 2023.
Pemegang saham Era Digital Media ($AWAN), SGMC VCC, membeli ~157,43 juta lembar saham AWAN dengan harga 110 rupiah per lembar pada 18 April 2023, atau hari ketika emiten tersebut IPO di BEI. Total nilai transaksi mencapai ~17,32 miliar rupiah. Setelah transaksi ini, kepemilikan SGMC VCC di AWAN naik dari 9,35% menjadi ~13,94%.
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah Indonesia tidak akan lagi memberikan tax holiday bagi investasi nickel pig iron (NPI). Bahlil menyebut bahwa hilirisasi nikel di Indonesia setidaknya harus menghasilkan produk dengan kandungan nikel sebesar 60–70% dan tidak hanya untuk produk antara (intermediate product).
Kutipan menarik dari komunitas Stockbit minggu ini
🤔 Tentang "Sell In May and Go Away" dan Cara Menyikapinya
“Investasi itu tentang ketenangan, jika kita tidak menemukan ketenangan sedikitpun dalam berinvestasi maka jangan pernah melakukannya lagi.” — FelsyFildinasia
Sell In May And Go Away merupakan istilah yang menggambarkan kecenderungan investor menjual saham mereka pada bulan Mei dan menunggu sampai beberapa bulan setelahnya untuk kembali membeli. Tak sedikit yang percaya akan hal ini, mengingat dalam 5 tahun terakhir saja, 4 diantaranya, IHSG selalu mengalami koreksi di bulan Mei. Lantas apakah fenomena ini nyata di pasar modal kita atau cuma mitos belaka? Sebagai investor, seperti apa sih cara terbaik untuk menyikapinya? Yuk baca ulasan selengkapnya pada tulisan FelsyFildinasia berikut ini!
Subscribe Stockbit Snips di sini untuk dapat berita pasar saham terhangat setiap hari di email kamu.
Penulis: Syanne Gracetine
Editor: Vivi Handoyo Lie, Calvin Kurniawan, Rahmanto Tyas Raharja, Astrid Rahadiani Putri, Theodorus Melvin, Aulia Rahman Nugraha, Bayu Santoso, Anggaraksa Arismunandar, Michael Owen Kohana, Hendriko Gani
Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.
Disclaimer:
Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (“Stockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Semua konten dalam website ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research.
Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah. Nasabah setuju untuk membebaskan Stockbit dari segala gugatan hukum jika terjadi kerugian Nasabah yang disebabkan karena risiko investasi tersebut.
Domain resmi Stockbit adalah “https://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri “@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.