INCO

πŸ”„ Nikel 101: Perbedaan Produk Akhir NCKL, MBMA, INCO, dan ANTM by Theodorus Melvin

Revolusi kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir telah membuat nikel menjadi salah satu komoditas penting dalam transisi energi bersih. Namun, tahukah kamu kalau sebenarnya tidak semua produk akhir nikel dapat digunakan untuk baterai kendaraan listrik

Secara global, nikel lebih banyak digunakan sebagai bahan baku stainless steel, dan tidak serta-merta untuk baterai kendaraan listrik. Per 2021, sekitar 70% dari nikel global digunakan sebagai bahan baku stainless steel, sementara pemanfaatan untuk baterai kendaraan listrik hanya 11%.

Di Indonesia sendiri, sejumlah perusahaan tambang dan pengolahan nikel telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti Aneka Tambang ($ANTM), Vale Indonesia ($INCO), dan pendatang baru yang listing pada April 2023 seperti Trimegah Bangun Persada ($NCKL) dan Merdeka Battery Materials ($MBMA).

Lantas, siapa emiten di BEI yang produk akhirnya ditujukan untuk stainless steel, dan siapa emiten yang produk akhirnya digunakan untuk baterai kendaraan listrik?


Istilah-istilah penting dalam pertambangan nikel

Untuk menganalisis emiten pertambangan nikel, kamu perlu mengetahui terlebih dulu tingkat keyakinan sumber daya yang dimiliki emiten tersebut dan klasifikasi cadangan mineralnya

Tingkat keyakinan sumber daya menunjukkan seberapa yakin emiten terhadap jumlah sumber daya mineral yang mereka miliki di wilayah pertambangannya. Adapun klasifikasi cadangan mineral menunjukkan berapa jumlah sumber daya mineral yang menguntungkan untuk ditambang. 

Pic: Klasifikasi sumber daya dan cadangan mineral. 
Sumber: Stockbit analysis

Tingkat keyakinan sumber daya mineral tambang terdiri dari 3 kategori:

  • Sumber daya terukur (measured)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya telah diteliti oleh ahli dengan tingkat keyakinan yang tinggi

  • Sumber daya terindikasi (indicated)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya diperkirakan dengan tingkat keyakinan yang wajar melalui pengambilan sampel

  • Sumber daya tereka (inferred)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya diperkirakan dengan tingkat keyakinan yang rendah melalui asumsi dari bukti geologis

Di dunia nyata, perhitungan tingkat keyakinan sumber daya dilakukan oleh ahli geologi dengan menggunakan pengujian serta model atau simulasi tertentu. Suatu klasifikasi sumber daya dapat naik kelas – misalnya, dari terindikasi menjadi terukur – jika diteliti lebih lanjut oleh para ahli. Namun, penelitian tersebut biasanya dilakukan setelah mineral di daerah terukur mulai habis dan perlu diteliti ulang keberadaan mineralnya.

Selain tingkat keyakinan sumber daya, emiten pertambangan nikel biasanya juga mencantumkan jumlah cadangan terbukti (proven) dan cadangan terkira (probable) yang dimilikinya. Kedua istilah tersebut merujuk kepada skala keekonomian suatu mineral, yaitu perhitungan apabila mineral dapat ditambang dan menghasilkan keuntungan. Jika aktivitas penambangan di cadangan tersebut pasti untung, cadangan itu disebut terbukti (proven). Di sisi lain, ada beberapa titik cadangan yang belum tentu untung ketika ditambang. Cadangan yang belum tentu untung inilah yang disebut dengan cadangan terkira (probable).

Jumlah cadangan mineral biasanya ditentukan oleh faktor keekonomian seperti harga jual di pasaran. Jika harga komoditas sedang tinggi, semakin banyak titik yang bisa ditambang oleh emiten karena biaya untuk penambangan dapat tertutupi oleh harga jual yang tinggi. Sebaliknya, kalau harga komoditas turun, semakin sedikit titik yang bisa ditambang. Oleh karena itu, klasifikasi cadangan bisa sangat berfluktuasi – misalnya, dari proven menjadi probable atau sebaliknya.

Dua jenis mineral nikel: saprolit dan limonit

Di Indonesia, mineral nikel ditemukan dalam batuan dengan bentuk seperti tanah. Kadar nikel dalam batuan ini hanya berkisar 0,8–3% dan terbagi menjadi dua jenis, yakni saprolit dan limonit. Ibarat daging sapi, saprolit dapat dianalogikan sebagai prime cut seperti sirloin atau tenderloin, sementara limonit adalah jeroannya.

Pic:  Perbedaan antara batuan saprolit dan limonit. 
Sumber: Stockbit analysis

Batuan saprolit memiliki kandungan nikel (Ni) serta magnesium oksida (MgO) yang tinggi dan kadar kobalt (Co) yang rendah. Dengan kandungan Ni yang tinggi, nikel di batuan saprolit umumnya mudah diambil, sehingga proses ekstraksinya dapat dilakukan secara sederhana melalui panas atau yang biasa disebut sebagai proses pirometalurgi.

Sementara itu, batuan limonit memiliki kandungan nikel serta magnesium oksida yang rendah, tetapi kadar kobalt-nya tinggi. Karena batuan limonit memiliki kandungan nikel yang rendah, batuan ini dulunya tidak diproses lebih lanjut.

Meski demikian, limonit memiliki keistimewaannya sendiri: ia memiliki kadar kobalt yang tinggi. Jika kobalt tersebut dapat diekstraksi, produsen berpotensi mendapatkan keuntungan yang besar karena secara umum harga kobalt lebih tinggi 2,5x lipat dibandingkan harga nikel. Namun, ekstraksi batuan limonit perlu metode khusus dan tidak bisa menggunakan metode pirometalurgi. Metode yang cocok untuk memproses batuan limonit adalah hidrometalurgi, yakni pemrosesan menggunakan asam sulfat.


Perbedaan smelter RKEF dan HPAL: apa yang dihasilkan keduanya?

Dengan cara pemrosesan yang berbeda, batuan saprolit dan limonit memiliki smelter atau fasilitas pengolahan yang berbeda.

Pic: Perbedaan smelter RKEF dan HPAL. 
Sumber: Stockbit analysis

Saprolit – yang lebih cocok diproses dengan metode pirometalurgi – umumnya diproses dengan smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Sementara itu, batuan limonit – yang lebih cocok diproses dengan metode hidrometalurgi – menggunakan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).

Kedua smelter tersebut menggunakan prinsip pemrosesan dan hasil produk yang berbeda. Kalau kamu membaca berita, kamu mungkin akan menemukan bahwa sebuah emiten pengolahan nikel memiliki smelter RKEF saja dan bukan HPAL, atau sebaliknya, atau bahkan keduanya. 

Lalu, apa perbedaan antara smelter RKEF dan HPAL? Produk apa yang dihasilkan keduanya?

  • Smelter RKEF

  • Smelter RKEF menggunakan listrik dan batu bara kokas sebagai sumber energi dalam pemrosesannya. Secara teknis, pemrosesan nikel dengan smelter berteknologi RKEF terbagi dalam 4 bagian, yakni penyimpanan, pengeringan, pencampuran bahan, dan peleburan. Untuk detail selengkapnya, kamu bisa melihat tabel berikut ini.

Proses produksi nikel di smelter RKEF. 
Sumber: Stockbit analysis

Produk nikel dari smelter RKEF adalah feronikel (FeNi) yang memiliki komposisi utama berupa besi dan nikel. Feronikel sendiri memiliki kadar nikel sebesar 15–40%, di mana kadar nikel menentukan kualitas produk akhir. Selain feronikel, smelter RKEF juga menghasilkan nickel pig iron (NPI) yang merupakan produk feronikel dengan kualitas paling rendah (2–15% Ni). Baik NPI dan feronikel digunakan sebagai bahan baku stainless steel. Jika tidak langsung dijual, NPI dan feronikel bisa di-upgrade kualitasnya menjadi nikel matte (30–80% Ni) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Biaya investasi awal smelter RKEF relatif lebih murah dibandingkan smelter HPAL karena prosesnya relatif sederhana. Sederhananya, pemrosesan nikel di smelter RKEF mirip seperti proses memasak makanan di kompor: hanya butuh wadah pemanas dan bahan bakar. 

Meski investasi awalnya lebih murah, biaya produksi smelter RKEF lebih mahal dibandingkan smelter HPAL karena membutuhkan banyak energi, baik dari batu bara maupun listrik.

  • Smelter HPAL

    Berbeda dari smelter RKEF yang memproses nikel melalui tekanan panas, smelter HPAL memproses nikel menggunakan asam sulfat. Selain itu, berbeda dari smelter RKEF yang hanya menghasilkan produk nikel, smelter HPAL juga menghasilkan produk kobalt dan beberapa unsur logam tanah yang langka (rare earth) seperti skandium. Kobalt dan logam tanah yang langka tersebut memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan nikel, sehingga bisa memberikan keuntungan tinggi jika produsen dapat menjualnya.

    Secara teknis, pemrosesan nikel di smelter HPAL lebih rumit dibandingkan smelter RKEF. Setidaknya, ada 7 bagian besar dalam pemrosesan smelter HPAL, yakni pengentalan, pencampuran asam, penetralan, pemisahan padatan, pemurnian Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), pemisahan kotoran, pemurnian Mixed Sulphate Precipitate (MSP). Untuk detail selengkapnya, kamu bisa melihat tabel berikut ini.

Proses produksi nikel di smelter HPAL. 
Sumber: Stockbit analysis

Produk nikel yang dihasilkan oleh smelter HPAL terdiri dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Mixed Sulphate Precipitate (MSP), dan nikel sulfat. Ketiganya memiliki bentuk seperti butiran garam, yang secara teknis disebut presipitat.

Produk MHP bisa langsung dijual ke pabrik pengolahan baterai untuk diolah lebih lanjut atau diolah sendiri. Apabila ingin diolah sendiri, MHP yang terbentuk dimurnikan kembali dengan proses leaching and purification menggunakan berbagai pelarut. Setelah dimurnikan, padatan kembali diambil kembali (lihat tabel) dengan produk akhir MSP yang terdiri dari nikel sulfat dan kobalt sulfat. Campuran MSP ini kemudian bisa dijual langsung ke pabrik pengolahan baterai atau dipisahkan dulu menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat untuk dijual dengan harga yang lebih mahal.

Dibandingkan dengan smelter RKEF, pemrosesan kimia di smelter HPAL relatif lebih sulit, sehingga lebih banyak membutuhkan alat dan tahapan yang menyebabkan biaya investasi awalnya lebih mahal. Oleh karena itu, masih sedikit pelaku industri yang baru yang membuat fasilitas ini, dengan sebagian besar masih dalam tahap rencana. Saat tulisan ini dibuat, baru ada 1 emiten di BEI yang sudah mengoperasikan smelter HPAL, yakni $NCKL melalui PT Halmahera Persada Lygend. 

Meski biaya investasi awalnya lebih mahal, biaya produksi smelter HPAL lebih murah dibandingkan smelter RKEF karena tidak membutuhkan energi dan tempat yang terlalu besar. Dengan kualitas hasil produk nikel yang lebih tinggi dan margin keuntungan yang lebih besar, biaya investasi awal smelter HPAL dapat sepadan jika dikalkulasi dengan tepat.


Produk akhir nikel dan penentuan harga jual

Untuk meringkas, produk nikel di Indonesia terdiri dari 8 jenis, yakni 2 bijih (limonit dan saprolit), 3 feronikel (NPI, FeNi, dan nikel matte), dan 3 presipitat (MHP, MSP, dan nikel sulfat). Di luar negeri, smelter RKEF juga dapat menghasilkan produk nikel murni. Namun, karena produk tersebut belum diproduksi di Indonesia, artikel ini tidak membahas produk tersebut lebih lanjut.

Secara umum, produk dengan kandungan nikel yang tinggi membutuhkan lebih banyak tahapan pemrosesan, mulai dari bijih hingga menjadi nikel murni. Seluruh produk nikel dapat diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan produk akhir, yaitu nikel kelas 1 (battery grade nickel) dan nikel kelas 2 (stainless steel grade nickel). Untuk rinciannya, lihat tabel berikut ini.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana penentuan harga jual produk nikel yang beragam ini? 

Secara umum, harga jual produk nikel dihitung dengan harga per ton nikel ekivalen (ton Ni). Sederhananya, seluruh produk akan dihargai berdasarkan kadar nikelnya (sisa unsur lainnya dihargai dengan rendah atau bahkan nol). Jika kadar nikelnya semakin rendah, harga per ton produk tersebut biasanya semakin rendah dan sebaliknya.

Di sinilah peran pentingnya hilirisasi. Sebab, jika produsen hanya terus menjual bijih nikel dalam bentuk mentah, maka unsur-unsur lainnya – seperti besi, kobalt, dan logam tanah yang langka – akan dihargai sangat rendah atau bahkan tidak dihargai. Padahal, unsur logam non-nikel tersebut dapat dijual dengan harga jual yang cukup mahal, bahkan beberapa di antaranya bisa lebih mahal dari nikel.

Benchmark harga jual nikel mengacu indeks global seperti London Metal Exchange (LME), Shanghai Metals Market (SMM), dan indeks Harga Mineral Acuan (HMA). Ketiga indeks ini memiliki pergerakan harga yang relatif mirip, tapi tetap memiliki selisih harga.

Formula harga jual masing-masing produk kemudian dihitung menggunakan harga patokan mineral (HPM) yang dipengaruhi besar kadar nikel, Harga Mineral Acuan (HMA), dan correction factor. Correction factor ini yang memperhitungkan nilai diskon atau premium dari kualitas produk yang dihasilkan.

Selain faktor-faktor di atas, faktor penting yang juga menentukan harga jual adalah hukum supply-demand dari setiap produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam beberapa kesempatan, harga produk nikel premium dapat dihargai sama atau lebih murah dibandingkan produk dengan kemurnian rendah, contohnya nikel matte yang harga nikel per ton-nya lebih rendah dibandingkan NPI.

Perbandingan valuasi 4 emiten pengolah nikel terbesar di Indonesia. 
Sumber: Stockbit analysis

Saat ini, beberapa produsen ternama di Indonesia yang memproduksi masing-masing produk nikel adalah:

  • NPI: $MBMA, $HRUM

  • FeNi: $ANTM, $NCKL

  • Nikel matte: $INCO, $MBMA (tahap rencana melalui PT Zhao Hui Nickel, ekspektasi beroperasi pada 2H23) 

  • Produk presipitat: $NCKL, $INCO (proses pembangunan yang bekerja sama dengan Zhejiang Huayou dan Ford Moto, diekspektasikan sselesai pada 2022-2026), dan $MBMA (tahap rencana bersama Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., diekspektasikan beroperasi pada 2025)

Dengan perbedaan produk serta valuasi masing-masing emiten, emiten nikel apa yang menjadi favoritmu? We provide, you decide!

_______________

Penulis: 

Theodorus Melvin, Investment Analyst

Editor: 

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.