Pertamina

πŸ›’οΈ ELSA: Tumbuh Gesit, Valuasi Irit? by Hendriko Gani

Elnusa ($ELSA) mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba yang drastis pada FY22, dengan kenaikan masing-masing sebesar +51,2% YoY dan +247,3% YoY. Tren positif ini berlanjut pada 1Q23, di mana pendapatan tumbuh +28,5% YoY dan laba bersih naik +53,4% YoY. 

Ada 2 penyebab khusus dari pertumbuhan yang cepat ini, antara lain: 

  1. Pemulihan segmen bisnis di bidang hulu migas dan jasa pendukung migas seiring kenaikan investasi di sektor hulu migas Indonesia sebesar +11% YoY pada 2022. Pertumbuhan investasi ini mendorong kenaikan jumlah kegiatan hulu migas mulai dari eksplorasi hingga eksploitasi. Per 1Q23, laba bersih ELSA dari segmen hulu migas mencapai 24 miliar rupiah, lebih tinggi dari realisasi laba bersih segmen tersebut pada FY22 yang mencapai 16,8 miliar rupiah. Pada periode yang sama, segmen jasa penunjang migas mengalami kenaikan laba bersih sebesar +16,7% YoY.

  2. Bisnis distribusi migas yang cenderung stabil juga terus mengalami pertumbuhan. Pada 2012–2022, laba bersih bisnis jasa distribusi dan logistik energi ELSA tumbuh dengan CAGR sebesar +24,4%.

Dengan target pertumbuhan investasi hulu migas yang mencapai +26% YoY menjadi 15,5 miliar dolar AS pada 2023, serta valuasi saham ELSA yang secara P/E Ratio berada di level 5,76x dan mendekati level terendah dalam 5 tahun terakhir, apakah saham ELSA layak dibeli?


Sekilas Tentang ELSA


ELSA merupakan perusahaan minyak dan energi sekaligus anak usaha dari Pertamina Hulu Energi. Saat ini, kegiatan usaha yang dijalankan ELSA meliputi 3 segmen, yaitu:


Jasa Hulu Migas

Menyediakan jasa layanan terpadu dalam aktivitas eksplorasi, eksploitasi, hingga perawatan sumur minyak dan gas (migas). Segmen ini memiliki 2 divisi, yakni divisi upstream services yang melayani jasa pemeliharaan dan pengelolaan lapangan migas dan jasa penyelidikan dan pengolahan jasa seismik, serta divisi engineering, production and construction - operation & maintenance yang melayani perawatan sumur migas yang telah berproduksi.

Performa dari segmen jasa hulu migas sangat bergantung dengan aktivitas hulu migas di Indonesia, mulai dari kegiatan eksplorasi hingga pengeboran sumur baru. Ketika aktivitas hulu migas – seperti eksplorasi pengeboran minyak – sedang aktif atau gencar dilaksanakan, maka kinerja sektor ini berpotensi meningkat dan begitu pula sebaliknya.

Pic: Divisi dan kegiatan usaha jasa hulu migas ELSA.
Sumber: Stockbit analysis

Jasa Penunjang Migas

Segmen jasa penunjang migas menyediakan segala layanan dalam mendukung kegiatan eksplorasi hingga eksploitasi sumur migas, seperti jasa manajemen dan pengelolaan data, kapal penunjang kegiatan lepas pantai (offshore service vessels/OSV), serta fabrikasi dan konstruksi. Dalam menjalankan bisnisnya di segmen ini, ELSA dibantu oleh anak-anak usahanya.

Sama seperti jasa hulu migas, segmen jasa penunjang migas juga sangat dipengaruhi oleh aktivitas pada hulu migas di Indonesia, tetapi dengan volatilitas pendapatan yang lebih rendah secara historis.

Pic: Kegiatan usaha segmen jasa penunjang migas ELSA.
Sumber: Stockbit analysis

Jasa Distribusi dan Logistik Energi

Berbeda dengan 2 segmen lainnya yang sensitif terhadap hulu migas, segmen jasa distribusi dan logistik energi menjalankan kegiatan usaha jasa hilir migas berupa jasa penyimpanan, perdagangan, pendistribusian, dan pemasaran produk migas di Indonesia.

Karena segmen jasa distribusi dan logistik energi bergerak di industri hilir, segmen ini memiliki karakteristik yang cenderung stabil meningkat dibandingkan dengan kedua segmen lainnya.

Pic:Kegiatan usaha segmen jasa distribusi dan logistik energi ELSA.
Sumber: Stockbit analysis

Selama 11 tahun terakhir, kontribusi segmen jasa hulu migas ELSA terus mengalami penurunan kinerja seiring penurunan aktivitas hulu migas di Indonesia. Penurunan volume pekerjaan dan rate penyewaan peralatan juga mengakibatkan turunnya margin laba bersih di segmen ini, sehingga mengalami kerugian pada 2017–2018 dan 2020–2021. Segmen jasa hulu migas ELSA memang memiliki karakteristik margin yang berfluktuasi seiring dengan kenaikan dan penurunan rate penyewaan peralatan dan pekerjaan hulu migas.

Di sisi lain, segmen distribusi dan logistik energi terus mengalami peningkatan pendapatan. Pada 2012–2022, segmen ini mengalami pertumbuhan pendapatan hingga hampir 5x lipat, sekitar +392,7%. Dalam 11 tahun terakhir, segmen ini memiliki margin laba bersih yang berkisar antara 2–7%.

Pic: Breakdown laba bersih ELSA pada 2012-2022.
Sumber: Stockbit analysis

Kinerja Hulu Migas Indonesia: Apa Dampaknya bagi ELSA?


Rendahnya investasi di sektor hulu migas dalam 1 dekade terakhir, diperparah dengan konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina, telah menyebabkan krisis energi di beberapa negara. Kondisi tersebut menyadarkan banyak negara untuk independen dalam menyediakan kebutuhan energi mereka. Akibatnya, aktivitas hulu migas global mengalami peningkatan signifikan sejak 2021 hingga saat ini.

Di Indonesia sendiri, pemerintah Indonesia secara historis selalu berusaha untuk meningkatkan kemandirian energi. Di sisi lain, kebutuhan energi yang tinggi di dalam negeri menyebabkan Indonesia masih perlu mengimpor migas dari negara lain. Pada 2022, Indonesia tercatat mengimpor minyak mentah sebesar 15,26 juta ton, naik +10% YoY dari realisasi 2021.

Segmen jasa hulu migas dan jasa penunjang migas ELSA berpotensi masih terus mengalami pertumbuhan ke depannya. Sebab, SKK Migas memiliki target untuk meningkatkan produksi dalam negeri dengan target lifting migas mencapai 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (bscfd) pada 2030. Sebagai perbandingan, lifting minyak mentah Indonesia pada 2022 hanya sebesar 612.300 bopd, dengan lifting gas sebesar 5.347 juta standar kaki kubik gas per hari (mmscfd).

Pada 2023, SKK Migas menargetkan lifting minyak sebesar 660.000 bopd dan lifting gas sebesar 6.160 mmscfd. Pemerintah juga menargetkan investasi di sektor hulu migas pada 2023 mencapai 15,5 miliar dolar AS (+26% YoY), dengan investasi untuk kegiatan eksplorasi sebesar 3 miliar dolar AS (vs. FY22: 0,7 miliar dolar AS) dan pengeboran sumur pengembangan hingga 919 sumur (vs. FY22: 760 sumur). Target-target ini berpotensi memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan kegiatan hulu migas di Indonesia pada tahun ini.

Per 1Q23, realisasi investasi hulu migas di Indonesia tercatat tumbuh +25,2% YoY menjadi 2,6 miliar dolar AS (vs. 1Q22: 2,1 miliar dolar AS).

Pic:  Realisasi investasi hulu migas per 1Q23
Sumber: SKK Migas
Pic: Capaian dan target pengeboran sumur pengembangan per 1Q23
Sumber: SKK Migas

Optimalisasi Pengadaan dan TKDN: Tailwinds untuk ELSA

Peningkatan aktivitas hulu migas berpotensi meningkatkan volume pekerjaan serta kenaikan rate peralatan yang dimiliki ELSA, sehingga dapat meningkatkan kinerja segmen hulu migas dan jasa penunjang migas milik perseroan. Kedua segmen tersebut memiliki korelasi positif dengan aktivitas hulu migas.

Selain itu, kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 57% bagi pengeboran sektor hulu migas juga memberikan jaminan bagi pertumbuhan kinerja ELSA ke depannya. Dengan adanya TKDN ini, para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) swasta akan melirik ELSA sebagai salah satu penyedia jasa hulu migas yang dapat memenuhi kebutuhan pengadaan keperluan kerja mereka dalam melakukan eksplorasi maupun pengeboran minyak di Indonesia, selagi memenuhi kewajiban minimum TKDN.

Pic: Target dan nilai TKDN SKK Migas per 1Q23
Sumber: SKK Migas

Performa Keuangan ELSA pada 1Q23

ELSA mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar +53,4% YoY menjadi 115 miliar rupiah pada 1Q23. Pencapaian tersebut didukung oleh pertumbuhan pendapatan sebesar +28,5% YoY menjadi 3,1 triliun rupiah, ditambah dengan ekspansi margin laba sehingga laba bersih dapat bertumbuh lebih signifikan.

Berikut kinerja masing-masing segmen dari ELSA pada 1Q23:

Segmen Jasa Hulu Migas

Jasa hulu migas memberikan kontributor terbesar bagi pertumbuhan laba bersih ELSA. Bahkan, pencapaian laba bersih dari segmen jasa hulu migas ELSA telah berhasil melampaui pencapaian segmen ini selama FY22 yang mencapai 16,7 miliar rupiah.

Segmen jasa hulu migas mencatatkan laba bersih sebesar 24,7 miliar rupiah pada 1Q23, berbalik dari rugi sebesar 6,4 miliar rupiah pada 1Q22. Realisasi ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan sebesar +11% YoY menjadi 986 miliar rupiah serta ekspansi margin laba bruto menjadi 11,4% (vs. 1Q22: 5,7%).

Secara kuartalan, walaupun pendapatan mengalami penurunan -21,7% QoQ, penurunan yang lebih signifikan di beban pokok penjualan (-25,3% QoQ) menyebabkan laba bruto masih dapat bertumbuh +25,6% QoQ.

Pendapatan segmen jasa hulu migas berkontribusi sebesar 31% dari total pendapatan ELSA, dengan laba bersih berkontribusi 21,5% dari total laba bersih.

Berdasarkan informasi laporan tahunan ELSA yang menyatakan bahwa utilisasi peralatan sudah hampir mencapai level maksimum, serta capex untuk eksplorasi pada 1Q23 yang belum signifikan, mengindikasikan bahwa kenaikan pendapatan ELSA pada 1Q23 diakibatkan oleh rate penyewaan yang lebih baik, mengakibatkan kenaikan bagi seluruh margin segmen jasa hulu migas.

Pic: Performa keuangan segmen jasa distribusi dan logistik energi ELSA pada 1Q23.
Sumber: Stockbit analysis
Pic: Tingkat utilitas peralatan ELSA per FY22.
Sumber: Laporan tahunan ELSA 2022

Segmen Jasa Penunjang Migas

Pada segmen jasa penunjang migas, ELSA berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebesar +16,7% YoY, didukung oleh pertumbuhan pendapatan sebesar +46,7% YoY. Namun, beban biaya pokok pendapatan (+49,9% YoY), beban pajak final (+77,4% YoY), dan beban pajak penghasilan (+44,6% YoY) yang tumbuh lebih signifikan menyebabkan penurunan margin laba bersih di segmen ini.

Secara kuartalan, segmen jasa penunjang migas telah berbalik menjadi untung dari sebelumnya mengalami kerugian sebesar 3,2 miliar rupiah pada 4Q22. Pertumbuhan pendapatan sebesar +15,5% QoQ, pertumbuhan beban pokok pendapatan (+10,7% QoQ) yang lebih moderat, dan penurunan beban umum dan administrasi (-16,8% QoQ) ikut menyumbang pertumbuhan laba bersih.

Segmen jasa penunjang migas berkontribusi 15% dari total pendapatan ELSA, dengan andil laba bersih sebesar 17,5% dari total laba bersih.

Pertumbuhan pada segmen jasa penunjang migas sejalan dengan pertumbuhan segmen jasa hulu migas yang sama-sama mendapatkan eksposur dari pertumbuhan sektor hulu migas.

Pic: Performa keuangan segmen jasa penunjang migas ELSA pada 1Q23.
Sumber: Stockbit analysis

Segmen Distribusi dan Logistik Energi

Segmen distribusi dan logistik energi mengalami pertumbuhan laba bersih sebesar +9,3% YoY menjadi 70 miliar rupiah pada 1Q23. Pertumbuhan tersebut disumbang oleh kenaikan total pendapatan sebesar +28,5% YoY menjadi 1,8 triliun rupiah. Namun, pertumbuhan pada beban pokok pendapatan yang lebih agresif (+30,1% YoY) menyebabkan margin laba kotor turun menjadi 6,6% (vs. 1Q22: 7,8%).

Secara kuartalan, walaupun segmen ini mengalami penurunan pendapatan sebesar -20% QoQ, margin laba bersih yang lebih tinggi (3,9% vs. 4Q22: 3%) menyebabkan laba bersih masih dapat bertumbuh sebesar +6% QoQ.

Segmen distribusi dan logistik energi merupakan kontributor terbesar bagi kinerja keuangan ELSA. Segmen ini mencerminkan 56,9% dari total pendapatan ELSA, dengan kontribusi laba bersih sebesar 60,9% dari total laba bersih.

Dalam wawancara dengan tim Stockbit pada April 2023, manajemen ELSA mengatakan bahwa pertumbuhan pendapatan di segmen distribusi dan logistik disumbang oleh subsegmen penjualan BBM non-subsidi kepada pelanggan industri dan marine (InMar) yang memiliki margin lebih kecil. Oleh karena itu, margin di segmen distribusi dan logistik energi terus mengalami penurunan sepanjang 2022.

Pic: Performa keuangan segmen jasa distribusi dan logistik energi ELSA pada 1Q23
Sumber: Stockbit analysis

Valuasi

Realisasi positif kinerja ELSA pada 1Q23 muncul di tengah penghentian pengeboran sumur minyak akibat pemeriksaan dan penyuluhan keselamatan kerja (safety stand-down) yang diadakan Pertamina pada Februari–Maret 2023. Oleh karena itu, dengan target lifting migas dari SKK Migas serta upaya mengejar ketertinggalan akibat safety stand-down pada 1Q23, aktivitas hulu migas berpotensi meningkat pada kuartal-kuartal selanjutnya.

Meski demikian, efek libur lebaran yang menyebabkan lebih sedikitnya hari kerja, mungkin saja kembali berpotensi menghambat pertumbuhan ELSA pada 2Q23.

Per 31 Mei 2023, ELSA diperdagangkan pada valuasi 5,76x PE TTM dan berada sedikit di bawah -1x Std. Deviation Band 10 tahunannya.

Pic: Elsa 10Yr P/E Standard Deviation Band 
Sumber: Stockbit Keystats

Jika kita hanya memperhitungkan laba bersih dari segmen jasa distribusi dan logistik energi, valuasi ELSA saat ini merepresentasikan 8x PE Ratio TTM, masih di bawah valuasi dari AKRA yang saat ini diperdagangkan pada 11x PE Ratio secara laba konsolidasi. Jika ditambah dengan potensi laba bersih dari segmen jasa hulu migas dan jasa penunjang migas, ELSA dapat diperdagangkan pada valuasi yang lebih rendah.

Dibandingkan dengan global peers-nya secara global, Haliburton (NYSE: HAL) dan Schlumberger (NYSE: SLB), Halliburton saat ini diperdagangkan pada 13,19x PE TTM sedangkan Schlumberger diperdagangkan pada 17,91x PE TTM.

Apakah dengan potensi dan risiko ke depan, valuasi saham ELSA yang lebih murah dibandingkan peers membuatnya menarik untuk dibeli? We provide, you decide.


________________
Penulis: 

Hendriko Gani, Investment Analyst

Editor: 

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Calvin Kurniawan, Investment Analyst Lead

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

🌱 Pertamina Geothermal Energy ($PGEO): an Attractive Proxy to Green Energy? by Theodorus Melvin

πŸ‘‹ Stockbitor!

Pertamina Geothermal Energy ($PGEO) akhirnya melantai di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (24/2) dengan harga IPO sebesar Rp875/saham. Dengan raihan dana sebesar 9,06 triliun rupiah, IPO saham PGEO merupakan yang terbesar ke-5 dalam sejarah bursa saham Indonesia.

Berdasarkan data Bank Dunia, potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencakup ~40% dari cadangan sumber daya panas bumi dunia. Dengan hanya 2,8 GW yang beroperasi pada 2022, terdapat potensi yang signifikan untuk eksplorasi lebih lanjut dan pertumbuhan organik. Total kapasitas panas bumi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pesat menjadi sekitar 6,2 GW pada 2030, dengan CAGR sekitar 10,4% pada 2022–2030.

PGEO sendiri merupakan pemegang hak panas bumi terbesar di Indonesia. Lantas, bagaimana prospek anak usaha Pertamina ini ke depannya?


Nature Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)


Untuk menghasilkan listrik, generator dan turbin di PLTP memerlukan uap air tanah yang dipanaskan oleh magma. Lalu, apa konsekuensi skema tersebut bagi PGEO?

Pic: Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 
  • Stabil dan tidak perlu biaya bahan bakar, tapi berisiko natural decline

    Salah satu keunggulan PLTP dibandingkan renewable energy lainnya adalah kontinuitas dan stabilitasnya yang dapat diandalkan seperti PLTU. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh energi terbarukan lainnya – seperti angin (PLTB) dan matahari (PLTS) – memiliki sifat intermittent yang membuatnya hanya dapat memproduksi listrik di waktu tertentu.

    PLTP juga tidak memerlukan biaya bahan bakar karena panas yang berasal dari bumi bisa didapatkan secara gratis, berbeda dari pembangkit listrik batu bara. Konsekuensinya, panas bumi tersebut harus diolah langsung di tempatnya untuk menjaga panas dan tekanannya. Karakteristik tersebut membuat PLTP memerlukan investasi awal yang besar untuk pembuatan uap dari panas bumi dan infrastruktur transmisi listrik guna menghantarkan listrik yang sudah diproduksi ke daerah padat penduduk. 


    Lokasi potensi panas bumi yang jauh dari daerah padat penduduk dapat memberikan risiko minimnya demand dari listrik yang dihasilkan PLTP. Untuk mengatasi masalah itu, PGEO mengusahakan setiap area operasi berdekatan dengan area padat penduduk, sehingga kapasitas pembangkit listrik dapat dimaksimalkan dan listrik yang dihasilkan dapat diserap oleh masyarakat. Sebagai contoh, PLTP Kamojang dan Karaha memiliki kota Bandung sebagai daerah padat penduduk, PLTP Lahendong memiliki kota Manado, PLTP Ulubelu memiliki kota Bandar Lampung, dan PLTP Lumut Balai memiliki kota Palembang.

    Selain itu, PLTP dapat mengalami risiko natural decline yang dapat mempengaruhi operasionalnya. Jika natural decline tersebut tidak dapat diperbaiki, maka satu-satunya cara adalah dengan mengebor sumur baru (make-up wells).

  • Capex besar, melibatkan berbagai pihak

    Operasional PLTP terdiri dari proses pembuatan gas dan proses pembuatan listrik. Untuk membangun infrastruktur bagi kedua kegiatan itu, diperlukan investasi awal hingga triliunan rupiah untuk masing-masing bagian. Hal ini menyebabkan perusahaan PLTP, termasuk PGEO, bekerja sama dengan beberapa pihak untuk membangun infrastruktur ini.

Pic: Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dimiliki oleh PGEO beserta rincian operator pembangkit listriknya.

Saat ini, PGEO memiliki 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan rincian 8 dioperasikan sendiri, 4 dikontrakkan, dan 1 dimiliki anak usaha. Dari jumlah tersebut, sebagian operasi WKP dikerjakan seluruhnya oleh PGEO, mulai dari pembuatan gas hingga pembuatan listrik. Namun, di beberapa lokasi, PGEO bekerja sama dengan PLN, di mana PGEO berperan sebagai pembuat gas dan PLN sebagai pembuat listrik.

Pada kasus tertentu, seluruh proses PLTP bahkan dapat dikerjakan oleh kontraktor (pihak ketiga) melalui skema kontrak operasi bersama (KOB). Melalui skema ini, kontraktor meminta izin untuk mengerjakan area operasi tersebut dengan imbalan memberikan sebagian laba bersihnya kepada PGEO.

Salah satu kontraktor PGEO adalah Star Energy, anak usaha Barito Pacific ($BRPT), yang mengerjakan area operasi di Darajat, Salak, dan Wayang Windu. Mengutip laporan keuangan PGEO pada 9M22, kontraktor akan membayar 2,66–4% dari laba bersihnya kepada PGEO.

  • Beban depresiasi mendominasi sehingga margin EBITDA tinggi

    Kombinasi capex yang besar untuk aset tetap tanpa adanya biaya bahan bakar membuat komposisi beban pokok pendapatan PGEO didominasi oleh beban penyusutan (9M22: 66% dari total beban pokok). Karakteristik bisnis model ini membuat margin EBITDA yang tinggi, berkisar 79–85%. Hal ini juga ditambah dengan karakteristik bisnis model perusahaan pembangkit listrik yang terhitung stabil karena listrik yang dihasilkan perusahaan wajib diambil oleh PLN dengan skema take-or-pay

    PLN sendiri menyumbang ~96% pendapatan PGEO dan sisanya berasal dari pembayaran kontraktor KOB atas hak operasi di area operasi perseroan. Namun, PLN memiliki pengaruh signifikan atas renegosiasi tarif PJBL dan PJBU, mengingat PLN memiliki dan mengoperasikan satu-satunya jaringan listrik yang didistribusikan di Indonesia. Hal ini berpotensi membuat PGEO tidak dapat meningkatkan margin labanya.


Sekilas IPO PGEO: Ekspansi Kapasitas untuk Tumbuh


Dana hasil IPO yang didapatkan PGEO akan digunakan sebanyak 83,4% untuk belanja modal (capex) guna menambah kapasitas di WKP. Tujuannya untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing dan pelanggan baru.

 Pic: Alokasi dana hasil IPO yang akan digunakan oleh PGEO.

Dari total raihan dana IPO, maka PGEO akan menggunakan 7,56 triliun rupiah untuk membangun dan menambah kapasitas pembangkit listrik. Adapun 2 area operasi yang sudah pasti akan dikembangkan meliputi:

  1. Lumut Balai : 55 MW (+55 MW) = 110 MW

  2. Hululais : belum diutilisasi (+110 MW) = 110 MW


Pengembangan kapasitas lainnya masih menunggu proses studi kelayakan (feasibility study) dan kesepakatan awal, yang kemungkinan dapat dilakukan langsung oleh PGEO atau anak usahanya. PGEO belum merinci berapa dana yang akan digunakan untuk membangun masing-masing area operasi karena masih bergantung kepada total dana yang didapat dan proses pengerjaan.

Pertumbuhan PGEO sangat bergantung pada penambahan kapasitas pembangkit listriknya, baik dari area operasi yang sudah ada maupun area operasi baru. Sebab, saat ini kontrak take-or-pay PJBU dan PJBL dengan PLN sudah mencapai level `~90%, yang berarti PLN sudah menyerap hampir semua tenaga listrik yang diproduksi PGEO. Selain itu, availability factor sudah berada di level 92–100% dengan capacity factor mencapai 80–96%, yang mengindikasikan bahwa pembangkit listrik PGEO sudah berada di utilitas maksimum.

PGEO menargetkan akan menambah kapasitas terpasang sebesar 600 MW hingga 2027, sehingga total kapasitas menjadi 1.272 MW.

Selain capex, 100 juta dolar AS (1,5 triliun rupiah) atau 16,6% dana IPO akan digunakan sebagai pembayaran sebagian facilities agreement antara PGEO dengan mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal, dan Bank Mandiri ($BMRI) sebagai facility agent.


Kinerja PGEO

Berdasarkan laporan keuangan 9M22, mayoritas aset PGEO diisi oleh aset tetap dengan liabilitas yang berasal dari pinjaman bank. Pendapatan relatif stabil dengan margin yang cukup besar karena mayoritas transaksi dilakukan melalui skema PJBU atau PJBL dengan PLN. Akan tetapi, terdapat beberapa hal menarik yang bisa dikulik dari laporan keuangan ini:

Pic: Laporan keuangan PGEO per 9M22.
  1. Peningkatan pendapatan lain-lain 9M22 diakibatkan oleh tidak adanya nilai penurunan atas nilai aset tetap. Hal ini juga berakibat pada kenaikan laba bersih di 9M22.

  2. Pendapatan usaha turun jauh pada 2020 karena perubahan PSAK 72 yang mengubah hal penilaian kembali atas transaksi pass-through dengan kontraktor KOB.

  3. Pada 2020–2022, margin laba bruto (GPM) relatif stabil di kisaran 50–57% dengan margin laba bersih (NPM) di rentang 18–38%.

  4. Debt-to-Equity Ratio berada di kisaran 0,9–1,5x dengan tren yang terus menurun pada 2020–2022.

Pic: Kinerja PGEO per 6M22.

Dari sisi operasional, juga terdapat beberapa hal menarik yang perlu dicermati di antaranya:

  1. Produksi listrik masing-masing area operasi tidak selalu sejalan dengan laba bersih yang dihasilkan. Sebagai contoh pada 6M22, produksi listrik PLTP Kamojang (800.055 MWh) relatif mirip dengan produksi listrik Ulubelu (778.926 MWh), tetapi laba bersih yang dihasilkan PLTP Kamojang (37,8 juta dolar AS) lebih tinggi dibandingkan PLTP Ulubelu (19,8 juta dolar AS). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan harga jual beli listrik dan efisiensi pembangkit listrik di masing-masing area operasi.

  2. Komposisi margin laba saat ini masih didominasi oleh 3 PLTP, yakni PLTP Kamojang, PLTP Ulubelu, dan PLTP Lahendong.


Valuasi PGEO: Murah atau Mahal?

Jika dilihat dari kacamata valuasi PBV 1,32x, valuasi PGEO terasa cukup murah. Namun, valuasinya akan lebih mahal jika kita menggunakan metrik PE dan PS serta membandingkannya dengan Star Energy Group Holdings Pte. Ltd., anak usaha Barito Pacific ($BRPT) di bidang PLTP.

Pada 8 Maret 2022 lalu, Green Era Pte. Ltd. – entitas yang dikendalikan Prajogo Pangestu – membeli 33,33% saham Star Energy Group Holdings Pte. Ltd. dari BCPG Public Company Limited dengan nilai 440 juta dolar AS. Dengan total ekuitas Star Energy Group Holdings yang mencapai 982,7 juta juta dolar AS per 2021, maka transaksi tersebut mengindikasikan PBV 1,34x.

Dengan perbandingan metrik yang sama, IPO saham PGEO ditransaksikan dengan nilai yang cukup wajar.Namun, dari sisi PE dan PS, valuasi PGEO ditransaksikan pada nilai yang relatif lebih mahal.

Pic: Perbandingan valuasi PGEO dengan Star Energy.

Mahalnya nilai transaksi PGEO atau murahnya nilai transaksi Star Energy dapat dipengaruhi oleh 2 hal. Pertama, PGEO merupakan pemegang hak panas bumi terbesar di Indonesia, termasuk hak atas area operasi panas bumi Star Energy. Dalam kontraknya, Star Energy bertindak sebagai kontraktor kepada PGEO, yang artinya hak operasi tetap dipegang oleh PGEO. Hal ini menjustifikasi nilai premium yang dimiliki oleh PGEO karena mereka mendapat bagi hasil keuntungan dari KOB dengan Star Energy.

Kedua, lebih murahnya transaksi Green Era dengan Star Energy Group Holdings dapat dipengaruhi Grup Pangestu. Sebelum transaksi ini dilakukan, 66,67% saham Star Energy Group Holdings sudah dimiliki oleh BRPT, perusahaan yang juga dimiliki Prajogo Pangestu. Afiliasi keduanya memungkinkan transaksi dilakukan pada harga yang lebih rendah dibandingkan harga pasar.

Retrospektif hari pertama IPO

Sebelum IPO berlangsung, beredar rumor bahwa Masdar – perusahaan energi yang merupakan anak usaha BUMN Uni Emirat Arab, Mubadala Investment Company – dan Indonesia Investment Authority sudah masuk menjadi investor PGEO. Masdar dikabarkan masuk melalui INA dan keduanya akan mengambil 20% dari total saham yang ditawarkan PGEO, dengan rincian porsi Masdar sebanyak 15% dan INA sebesar 5%. Saat IPO pada Jumat (24/2), harga saham PGEO sempat turun -6,86% menjadi 815 rupiah per lembar, sebelum ditutup di harga 875 rupiah per lembar atau sesuai harga IPO.

Lantas, apakah saham PGEO layak dibeli? We provide, you decide.


Penulis: Theodorus Melvin, Investment Analyst Stockbit

Editor: Aulia Rahman Nugraha, Investment Journalist Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.


Disclaimer: 

Versi asli dari tulisan ini sudah tayang di akun Stockbit @TheodorusMelvin pada 2 Februari 2023. Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research. 

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.