Stockbit telah mengulas tentang market crash yang pernah terjadi dalam 25 tahun terakhir hingga pergerakan beberapa saham-saham big caps yang jatuh saat market crash, tapi berhasil rebound (bangkit).
Dalam episode 3 kali ini, Stockbit akan mengulas tentang kinerja keuangan emiten yang memiliki Price Earning Ratio (PER) yang rendah (alias biasa dibilang murah) saat ini di tengah isu resesi. Saham yang akan diulas merupakan saham yang masuk ke indeks LQ45 atau 45 saham dengan likuditas dan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
5 Saham LQ45 dengan PER terendah saat Ini
Dengan rasio di atas, apakah saham-saham ini termasuk murah jika dilihat secara historis? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa menggunakan P/E Standard Deviation Band untuk melihat satu per satu riwayat historis PER emiten. Sehingga, kita dapat melihat dari sisi valuasi saat ini, apakah saham tersebut relatif murah atau mahal jika dibandingkan dengan historisnya.
Jika PER suatu saham di bawah garis rata-rata (mean) pada P/E Standard Deviation Band-nya, maka saham tersebut dapat diartikan sedang murah secara historis. Jika PER suatu saham di atas garis rata-rata pada P/E Standard Deviation Band, maka saham tersebut dapat diartikan sedang mahal.
$ITMG - PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
Salah satu pemasok batu bara di global. Perusahaan beroperasi di Kalimantan.
Saham ITMG saat ini sedang diperdagangkan di P/E Ratio 2,84x yang berada di bawah dari rata-rata P/E Standard Deviation Band 5 tahunnya (garis hijau) yakni sebesar 8,45x. Sehingga, saham ITMG saat ini bisa diartikan sedang murah secara historis.
$PTBA - PT Bukit Asam Tbk
Perusahaan bergerak dalam bidang pertambangan batu bara.
Saham PTBA saat ini sedang diperdagangkan di P/E Ratio 3,30x yang berada di bawah dari rata-rata P/E Standard Deviation Band 5 tahunnya (garis hijau) yakni sebesar 7,86x. Sehingga, saham PTBA saat ini bisa diartikan sedang murah secara historis.
$ADRO - PT Adaro Energy Indonesia Tbk
Perusahaan energi yang terintegrasi secara vertikal di Indonesia dengan bisnis di sektor batu bara, energi, utilitas dan infrastruktur pendukung. Produk utama ADRO adalah batu bara termal dengan kadar polutan yang rendah.
Saham ADRO saat ini sedang diperdagangkan di P/E Ratio 3,38x yang berada di bawah dari rata-rata P/E Standard Deviation Band 5 tahunnya (garis hijau) yakni sebesar 11,27x. Sehingga, saham ADRO saat ini bisa diartikan sedang murah secara historis.
$INKP - Indah Kiat Pulp & Paper Tbk.
Perusahaan ini bergerak di bidang pulp dan kertas, serta memproduksi kertas sekitar 120 ribu ton per tahun.
Saham INKP saat ini sedang diperdagangkan di P/E Ratio 4,58x yang berada di bawah dari rata-rata P/E Standard Deviation Band 5 tahunnya (garis hijau) yakni sebesar 8,84x. Sehingga, saham INKP saat ini bisa diartikan sedang murah secara historis.
$BBTN - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
BTN adalah salah satu bank BUMN yang fokus menyalurkan Kredit Perumahan Rakyat (KPR), kredit konsumer, serta kredit perumahan dan perbankan komersial.
Saham BBTN saat ini sedang diperdagangkan di P/E Ratio 5,15x yang berada di bawah dari rata-rata P/E Standard Deviation Band 5 tahunnya (garis hijau) yakni sebesar 13,75x. Sehingga, saham BBTN saat ini bisa diartikan sedang murah secara historis. Namun, pada kasus BBTN, dapat kita lihat bahwa P/E Ratio BBTN pernah / sempat berada di angka negatif pada tahun 2020 karena BBTN membukukan rugi bersih pada saat tersebut.
Kesimpulan, di tengah maraknya isu resesi, masih ada saham-saham di LQ45 yang masih bisa dikatakan murah jika dilihat PER secara historis. Artinya, investor masih ada peluang untuk investasi di saham-saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar dengan harga relatif murah di tengah isu resesi.
Namun, perlu diingat bahwa investor perlu untuk melihat tidak hanya angka historis, tapi juga potensi di masa depan. Selain itu, investor juga perlu melihat performa lain dari perusahaan tersebut, tidak hanya dari rasio valuasi PER.
Selain itu, beberapa perusahaan di atas adalah perusahaan yang masuk di sektor energi - pertambangan batu bara, yang tergolong sektor yang siklikal. Perusahaan di sektor tersebut menuai kenaikan laba bersih belakangan ini akibat kenaikan harga batu bara secara global. Hal ini mengakibatkan PER terlihat rendah atau ‘murah’ karena lonjakan laba bersih. Investor tetap harus cermat dalam menganalisis sektor siklikal, karena dapat berubah sewaktu-waktu.
Kamu pun bisa melihat saham-saham lain di luar LQ45 yang dikatakan murah dari sisi rata-rata PER 5 tahun terakhir menggunakan fitur Screener di Stockbit. Preset PE Below Mean akan menunjukkan saham-saham murah secara PER historis, dengan PER saat ini berada di bawah rata-rata historisnya.
Disclaimer: Data berdasarkan penutupan 02/12/22. Perhitungan pendapatan dan laba bersih telah dikonversi dari dolar AS menjadi rupiah. Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.