⚖️ Omnibus Law: Friend or Foe? / by Stockbit Snips

Source: Media Indonesia

Source: Media Indonesia

adadsadas-removebg-preview.png

Halo Stockbitor, 

Semoga semuanya tetap jaga kesehatan ya! 

Kontroversi Omnibus Law atau RUU Cipta Kerja berlanjut. 5 juta buruh dari 25 provinsi berencana akan mogok kerja dan demo selama tiga hari berturut-turut dari 6 sampai 8 Oktober. 

Wah kenapa tuh?

Menurut nya, RUU Cipta Kerja lebih menguntungkan pengusaha dan bukan buruh... 

Mulai dari pembebasan penggunaan buruh kontrak dan outsourcing di semua jenis pekerjaan dan tanpa batasan waktu, dihilangkannya upah minimum, hingga pengurangan nilai pesangon.

Memang, dari kacamata ekonomi, adanya Omnibus Law bisa menarik FDI (Foreign Direct Investment), yang beberapa tahun belakangan ini menurun.

Caranya? 

Dengan debirokratisasi, pemangkasan perizinan dan juga ketentuan ketenagakerjaan. Ini dilakuin biar Indonesia makin kompetitif dibanding negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand, misalnya.  

Harapannya, dengan banyak negara lain yang investasi di Indonesia dengan buka pabrik misalnya, pengangguran bisa ditekan dan ekonomi daerah itu juga bisa meningkat. Jadi bukan nggak mungkin kedepannya Indonesia bisa diuntungkan dengan adanya relokasi pabrik akibat Trade War antara US-China seperti yang terjadi kepada Vietnam. 

Tapi, ada kritik juga bahwa semua harapan itu nggak terpenuhi di Omnibus Law dan kelihatannya Omnibus Law ini dijalankan dengan "setengah-setengah". Contohnya, aturan di RUU Cipta Kerja dibilang banyak yang mirip dengan UU No.13/2003. 

Jadi gimana menurutmu, apakah Omnibus Law ini our friend or our foe?


Berita Terkini: 

🗼 Bisnis Menara: Tidak Merana Saat Corona? 

Tower Bersama ($TBIG) punya target 3000 tenant baru di tahun 2021. Penambahan ini, apabila sesuai target, bakal buat $TBIG tetap jadi perusahaan tower swasta dengan tenant dan tower terbanyak kedua, setelah $TOWR.

Memang, di saat banyak sektor menunda ekspansi mereka akibat Corona, bisnis menara belom menunjukan akan menginjakan pedal rem.

Beberapa tahun terakhir ini, perusahaan telekomunikasi sibuk melakukan akuisisi besar-besaran tower yang dimiliki pelanggan mereka, yaitu operator telekomunikasi seperti XL Axiata ($EXCL), Indosat ($ISAT), ataupun Smartfren ($FREN). 

Bagi operator telekomunikasi, penjualan tower dan penyewaan kembali (sale and lease back) ini bisa merampingkan neraca dan membuat bisnis nya lebih asset light dan fokus. 

Selain akuisisi tower, perusahaan tower juga tetap berekspansi secara organik dengan membangun tower sendiri (build-to-suit), serta menambah tenant baru pada tower yang sudah ada (kolokasi). 

Keagresifan perusahaan tower ini juga dilandasi dengan pertumbuhan konsumsi data yang cepat di Indonesia serta sifat bisnis-nya yang memiliki kontrak jangka panjang, sehingga lebih defensive terhadap gejolak ekonomi.  

Dapat terlihat, mayoritas laba emiten tower tetap tumbuh pada paruh pertama tahun 2020 ini. 

Namun, keagresifan itu juga terefleksikan pada tingkat hutang yang tinggi. Sifat capital intensive bisnis ini juga dapat terlihat dari beberapa pemain dominan yang punya backing-an grup yang kuat, dari Saratoga ($TBIG) sampai Grup Djarum ($TOWR). 

Selain pemain swasta, yang mendominasi di bidang tower telekomunikasi adalah Telkom ($TLKM) dan anak usahanya yang diisukan akan di spin-off atau dilepas ke publik melalui IPO, Mitratel. 

Melihat valuasi perusahaan tower yang lebih premium dibanding $TLKM saat ini, gimana menurutmu, apakah spin-off ini bisa meningkatkan value buat $TLKM


Potensi Cukai Plastik ♵

Kalau mendengar kata cukai, mungkin kata pertama yang terpikirkan itu rokok, dan juga fenomena kenaikan cukai yang diumumkan tahun lalu yang membuat harga saham rokok seperti $HMSP dan $GGRM rontok.

Tapi, selain pada rokok cukai juga diterapkan pada alkohol, dan sekarang sedang direncanakan buat diadakan di plastik. 

Cukai ini juga rencananya berlaku di semua jenis plastik, jadi bukan cuma kantong plastik aja.

Tapi implementasi nya bakal dilakuin duluan di kantong plastik. Wacana nya sih, cukai nya itu 200 rupiah per plastik. 

Dampak nya apa ya?   

Pastinya, hal ini akan berdampak buat perusahaan plastik dan kemasan. Tapi nggak cuma mereka loh yang bisa terkena imbas. Perusahaan petrokimia dan minyak juga bisa terdampak. 

Kok bisa?   
Soalnya plastik sendiri itu dibuat nya dari bahan-bahan natural, mulai dari minyak, gas, batubara, sampai garam dan setelah diproses secara kimia kemudian bisa menjadi polietilena sama polipropilena. 

Jadi semuanya rugi?  
Dengan menurunnya permintaan plastik, nggak menutup kemungkinan perusahaan yang ada di value chain plastik bakal terdampak negatif, apalagi kalau kontribusi plastik besar.

Tapi ingat, ada juga kok yang diuntungkan, seperti barang substitusi dari plastik, dan tentu pastinya, lingkungan kita! 


Top Gainer hari ini: 
$SMSM (+3,91%)
$INDY (+3,83%)
$KINO (+3,45%)
$BNLI (+3,38%)

Top Loser hari ini:
$BEST (-4,92%)
$RALS (-4,42%)
$MEDC (-4,40%)
$DMAS (-3,85%)


Hal lain yang lagi hot yang perlu kamu ketahui..

6fa86834-3a87-4044-8f7f-f2aff9188c6e.gif
  • Label grup K-pop BTS, Big Hit Entertaiment diperkirakan akan dapat 12 Triliun rupiah dari penawaran saham (IPO) di bursa saham Korea. Big Hit Entertainment menyusul YG Entertainment dan JYP Entertainment yang sebelumnya telah listed di Bursa Korea.  

  • Korban jiwa COVID-19 di seluruh dunia melampaui 1 juta. 

  • Donald Trump dituduh New York Times hindari pajak.

  • Pemerintah Indonesia siapkan Peraturan Presiden Pengadaan dan Distribusi Vaksin. 

  • Surya Semesta Internusa ($SSIA) tunda ground breaking Kota Industri Subang jadi November 2020.