5 Kriteria Saham yang Baik untuk Trading / by Guest User

Kriteria Saham yang Baik untuk Trading

Trading saham adalah aktivitas membeli dan menjual saham untuk menghasilkan keuntungan dari selisih antara harga beli dan jual saham (capital gain). Trading saham berbeda dengan investasi saham, karena trading saham lebih berfokus pada jangka pendek, sedangkan investasi saham lebih cenderung jangka panjang. Trading saham juga membutuhkan strategi dan analisis yang tepat, agar dapat memaksimalkan profit dan meminimalkan risiko.

Salah satu faktor penting dalam trading saham adalah mengetahui apa saja kriteria saham yang bagus untuk trading agar trader tidak salah pilih saham. Lantas, apa saja kriteria saham yang baik untuk trading? Berikut adalah beberapa kriteria yang dapat jadi pertimbangan.

1. Likuiditas tinggi

Likuiditas adalah kemampuan suatu saham untuk diperdagangkan dengan mudah dan cepat di pasar modal. Likuiditas dapat diukur dari volume perdagangan dan bid-ask spread suatu saham. Volume perdagangan adalah jumlah lot saham yang diperjualbelikan dalam suatu periode tertentu, sedangkan bid-ask spread adalah selisih antara harga jual dan harga beli suatu saham di bursa efek. 

Semakin tinggi volume perdagangan dan semakin rendah bid-ask spread suatu saham, maka semakin likuid saham tersebut. Saham yang likuid memiliki keuntungan, yaitu mudah untuk masuk dan keluar posisi, serta memiliki pergerakan harga yang lebih dinamis. Makanya, saham dengan likuiditas besar menjadi salah satu kriteria yang patut kamu pertimbangkan saat hendak memilih saham untuk trading.

2. Saham dengan volatilitas bagus / cepat

Volatilitas adalah tingkat fluktuasi atau pergerakan naik turun harga suatu saham dalam periode tertentu. Fluktuasi adalah senjata utama trader untuk meraih profit di pasar saham. Karena time horizon trader adalah jangka pendek, maka saham yang fluktuatifnya cepat tentu akan jauh lebih menguntungkan daripada membeli saham-saham yang cenderung diam di tempat atau bergerak sideways.

Saham-saham yang fluktuatifnya bagus biasanya memiliki volume perdagangan yang tinggi dan likuid. Artinya, banyak pelaku pasar yang tertarik untuk membeli atau menjual saham tersebut. Saham-saham ini juga biasanya memiliki rentang support dan resisten yang lebar. Artinya, ada potensi keuntungan yang besar jika kamu bisa membeli di dekat titik support kemudian menjual ketika harga mendekati resisten.

3. Saham uptrend

Saham uptrend adalah saham yang pergerakannya mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Ini terjadi karena saham memiliki tekanan beli yang lebih besar, sehingga membuat harga naik. Cara mengetahui saham uptrend bisa lewat indikator teknikal seperti moving average atau dengan menarik level support dan resistance saham secara mandiri. 

Kalau pada indikator moving average, saham uptrend dapat diidentifikasi lewat garis moving average yang cenderung naik. Biasanya trader menggunakan MA-200 untuk melihat tren jangka panjang. Hal yang sama juga berlaku pada analisa lewat garis support dan resistance. Jika garisnya cenderung naik, berarti saham sedang dalam tren naik (uptrend).

Indikator Moving Average Saham ANTM di Fitur Chartbit Stockbit

Indikator Moving Average Saham ANTM di Fitur Chartbit - Stockbit

Saham yang berada pada fase tren naik (uptrend) yang kuat, terutama dalam 1 tahun terakhir atau lebih, cenderung akan terus mengalami kenaikan. Itulah alasan kenapa saham uptrend cocok dijadikan sebagai saham trading karena memiliki peluang kenaikan harga yang lebih besar. Tapi ingat, sebelum entry, sebaiknya lakukan analisa teknikal terlebih dulu terhadap saham tersebut untuk menghindari entry di posisi pucuk atau saat tren naik mulai melemah.

4. Saham yang berpeluang reversal

Selain saham uptrend, saham yang tengah mengalami fase turun (downtrend) namun berpeluang untuk segera berbalik arah (reversal) juga cocok dijadikan sebagai saham untuk trading. Saham-saham ini bisa diidentifikasi lewat analisa teknikal dengan membaca pola candlestick reversal atau menggunakan indikator teknikal tertentu. 

Sebagai contoh, berikut ini adalah beberapa pola candlestick yang memberikan sinyal reversal secara teknikal antara lain:

Dengan memilih saham berdasar kriteria ini, trader dapat memaksimalkan keuntungannya dengan membeli saham saat harga mulai berbalik arah dan menjualnya ketika harga mendekati titik resisten terdekat untuk take profit atau merealisasikan keuntungan. Dalam dunia trading saham, strategi ini biasa dikenal dengan istilah buy on weakness and sell on strength.

5. Saham dengan kinerja fundamental Baik

Meskipun trading saham lebih menekankan pada analisis teknikal, namun bukan berarti faktor fundamental dapat diabaikan begitu saja. Justru faktor fundamental ini juga penting dipertimbangkan ketika kamu hendak memilih saham untuk trading. Memilih saham dengan kinerja fundamental baik akan memberikan kamu keuntungan dalam jangka panjang.

Saham-saham ini biasanya memiliki pertumbuhan pendapatan dan laba yang konsisten, rasio keuangan yang sehat, dividen yang menarik, dan prospek bisnis yang cerah. Kamu dapat melakukan analisis fundamental saham dengan cara melihat laporan keuangan perusahaan, rasio-rasio keuangan seperti EPS, PER, ROE, DER, dan NPM  serta berita-berita tentang perusahaan dan industri terkait. Pada laporan keuangan kamu dapat mengecek rasio-rasio keuangan seperti:

  • EPS (Earning Per Share)

    EPS (Earning Per Share) adalah rasio yang mengukur laba bersih perusahaan per lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham biasa. EPS menunjukkan seberapa besar laba yang dihasilkan perusahaan untuk setiap saham yang beredar. Cara menghitung EPS adalah membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar.

  • PER (Price Earning Ratio)

    PER (Price Earning Ratio) adalah rasio keuangan yang membandingkan harga saham perusahaan dengan EPS. PER menunjukkan seberapa mahal atau murah saham perusahaan relatif terhadap labanya. PER dihitung dengan membagi harga saham dengan EPS-nya.

  • ROE (Return On Equity)

    ROE (Return On Equity) adalah rasio yang menunjukkan seberapa efektif perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Cara menghitung ROE adalah membagi laba bersih dengan ekuitas.

  • DER (Debt to Equity Ratio)

    DER (Debt to Equity Ratio) adalah rasio yang mengukur tingkat leverage atau penggunaan utang perusahaan terhadap modal sendiri atau ekuitas. DER menunjukkan seberapa besar utang perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri. DER dihitung dengan membagi total utang dengan ekuitas.

  • NPM (Net Profit Margin)

    NPM (Net Profit Margin) adalah rasio yang mengukur persentase laba bersih perusahaan terhadap total pendapatan. NPM menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengelola biaya operasional dan pajak untuk menghasilkan laba. NPM diperoleh lewat membagi laba bersih perusahaan dengan pendapatan.

Berikut adalah beberapa kriteria saham yang baik untuk trading. Tentu saja, kriteria-kriteria ini tidak bersifat mutlak dan bisa disesuaikan dengan preferensi dan gaya trading dari masing-masing trader. Yang penting adalah kamu harus melakukan riset dan analisis sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual suatu saham. 

Berinvestasi di Aplikasi Stockbit dan Gunakan Fiturnya

Untuk memudahkan kamu dalam riset dan analisis untuk memilih saham terbaik, Stockbit menyediakan fitur Screener yang akan memfilter saham secara otomatis sesuai dengan kriteria-kriteria yang kamu tentukan sendiri. Selain fitur screener, di Stockbit juga terdapat berbagai fitur lengkap seperti Stream, Fundachart, Comparison, dan masih banyak lagi. Dengan berbagai fitur yang tersedia di aplikasi Stockbit kamu bisa menganalisa saham dengan lebih tajam. Selamat berinvestasi!