Mengenal ARA dan ARB pada Saham / by Guest User

Saat memutuskan untuk menginvestasikan aset pada instrumen investasi saham, tentu kamu juga harus mempelajari berbagai hal yang terkait dengan dunia saham itu sendiri. 

Berbagai informasi seperti ARA ARB dan istilah seputar dunia saham lainnya perlu dipelajari agar kamu bisa berinvestasi secara maksimal dan memperoleh keuntungan sesuai dengan target investasi.

Pengertian ARA dan ARB

Saat berusaha memahami berbagai unsur yang ada dalam investasi saham, tentu kamu juga harus memahami terlebih dahulu pengertian dari unsur-unsur tersebut. Memahami pengertian ARA dan pengertian ARB juga bisa membuat kamu lebih maksimal menentukan berbagai keputusan saat berinvestasi.

ARA merupakan singkatan dari Auto Rejection Atas yang memiliki definisi kondisi kenaikan saham yang terjadi secara signifikan hingga membuat saham sampai pada batas atas saham dalam 1 hari perdagangan.

Kondisi ARA ini memiliki ciri khas yang bisa dilihat langsung oleh investor, sehingga investor bisa mengetahui kondisi ARA ini dengan perhitungan sendiri.

Selain ARA, informasi ARB juga menjadi informasi yang penting untuk dipahami. ARB atau Auto Rejection Bawah merupakan kondisi kebalikan dari ARA dimana saham mengalami penurunan secara signifikan hingga mencapai batas bawah saham dalam 1 hari perdagangan.

Batas ARA dan ARB

Bukan hanya pengertian ARA ARB, batas yang membuat ARA dan ARB terjadi juga menjadi salah satu informasi yang cukup penting untuk dipelajari. Dalam dunia investasi saham, terdapat rentang harga yang ditentukan sebagai harga penawaran suatu saham.

Berbagai hal terkait dengan ketentuan ARA dan ARB diatur oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui keputusan direksi Nomor Kep-00023/BEI/03-2020. Batas ARA dan ARB sebuah saham tergantung pada harga dari saham itu sendiri.

Sebelumnya, sejak awal pandemi covid 2020, seluruh saham diberlakukan batas ARB maksimum 7% per harinya (berlaku untuk semua kelompok fraksi harga saham). Namun akan ada perubahan pada tahun 2023. Mulai Juni 2023 batas ARB akan dinaikkan secara bertahap, hingga selevel dengan batas ARA di masing-masing kelompok fraksi harga. 

Rincian ketentuan barunya adalah sebagai berikut:

Penyesuaian Tahap I (berlaku mulai 5 Juni 2023):

  1. Saham harga Rp50-Rp200: batas ARA 35% dan ARB 15%

  2. Saham harga >Rp200-Rp5.000: batas ARA 25% dan ARB 15%

  3. Saham harga >Rp5.000: batas ARA 20% dan ARB 15%

Penyesuaian Tahap II Auto Rejection Simetris (berlaku mulai 4 September 2023):

  1. Saham harga Rp50-Rp200: batas ARA 35% dan ARB 35%

  2. Saham harga >Rp200-Rp5.000: batas ARA 25% dan ARB 25%

  3. Saham harga >Rp5.000: batas ARA 20% dan ARB 20%

Penyesuaian 2 tahap di tahun 2023 ini, akan membuat ARA dan ARB menjadi simetris kembali seperti layaknya kondisi sebelum pandemi covid.

Batas ARA dan ARB di atas memiliki pengertian yaitu ketika harga saham sudah menyentuh batasan ARA dan ARB, maka setiap transaksi terhadap saham tersebut akan diberhentikan pada hari H perdagangan. Seluruh order buy dan sell akan otomatis ditolak oleh sistem.

Alasan Munculnya Ketentuan ARA ARB

Manfaat diterbitkannya sebuah aturan ARA dan ARB berhubungan erat dengan keuntungan investor maupun emiten itu sendiri.

Manfaat-manfaat dan alasan tersebut diantaranya :

  1. Menjaga fluktuasi harga saham per hari berada pada batas wajar agar investor terhindar dari kerugian yang signifikan dalam waktu singkatMemberikan keuntungan yang stabil kepada para investor karena harga saham yang mengalami fluktuasi dalam batas wajar

  2. Saham ARB memberikan investor peluang untuk membeli saham di harga murah demi memperoleh potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan. Namun ingat, membeli saham yang harganya sedang jatuh merupakan kegiatan berisiko tinggi sehingga perlu dilakukan secara hati-hati agar tidak mengalami kerugian

  3. Saham ARA memberikan peluang bagi investor untuk riding the wave atau membeli saham yang sedang tren naik untuk memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat dengan cara menjual sahamnya ketika harga sudah dipucuk

  4. Adanya sistem ARA dan ARB secara tidak langsung memberikan jaminan kestabilan Mengamankan harga saham emiten agar tidak turun terlalu jauh sehingga kerugian atas penurunan harga saham bisa diminimalisir

Keempat hal diatas pada dasarnya menjadi alasan kuat mengapa aturan ARA dan ARB diberlakukan. Tidak sedikit saham dengan volume yang kecil mengalami kenaikan atau penurunan harga yang signifikan.

Apakah Investasi di Saham yang Sering ARA dan ARB Menguntungkan

Investasi saham yang sering mengalami Auto Reject Atas (ARA) dan Auto Reject Bawah (ARB) cenderung memiliki karakteristik yang lebih volatil dan berisiko tinggi. Meskipun terdapat beberapa peluang untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan dalam jangka pendek, investasi semacam ini juga membawa risiko yang lebih tinggi.

Saham yang sering mengalami ARA biasanya merupakan saham yang mengalami lonjakan harga yang cukup signifikan dalam waktu singkat. Lonjakan harga tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pengumuman kinerja perusahaan yang baik, berita penting, perubahan regulasi, atau sentimen pasar yang positif. Hal inilah yang sering dimanfaatkan oleh investor untuk memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat. Keuntungan ini bisa mencapai puluhan % dalam 1 hari.

Namun, perlu diingat juga, biasanya bila saham tersebut sedang dalam kondisi ARA berhari - hari, maka juga memungkinkan untuk mengalami ARB juga akibat kenaikan harga yang sudah terlalu besar sebelumnya. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh investor.

Hal ini terjadi karena tipe saham yang sering mengalami ARA dan ARB cenderung adalah saham dengan tingkat likuiditas yang rendah atau memiliki kapitalisasi pasar yang kecil. Saham-saham ini bisa lebih rentan terhadap pergerakan harga yang ekstrim karena aktivitas perdagangan yang terbatas dan kurangnya partisipasi investor. 

jadi Investasi pada saham ARA dan ARB bisa memberikan keuntungan yang besar, asalkan investor juga tahu bagaimana membatasi resiko yang bisa terjadi akibat gerakan harga yang sangat ekstrim.

Strategi investasi pada saham ARA dan ARB

Saham dengan status ARA atau ARB memang dapat memberikan peluang tersendiri bagi trader atau investor untuk meraih keuntungan yang besar dari investasi saham dalam waktu singkat. Akan tetapi, penting diketahui bahwa pergerakan harga saham di pasar modal merupakan hal yang sulit diprediksi. 

Contohnya, bisa saja saat kamu melakukan cut loss saham ARB, besoknya harga saham tersebut malah naik signifikan dan ketika kamu membeli saham yang sedang ARA, besoknya harga saham tersebut justru turun drastis dan mengakibatkan kerugian besar.

Atas alasan tersebut, makanya investor tetap perlu waspada dan berhati-hati sebelum membeli saham ARA atau ARB. Di bawah ini adalah beberapa hal yang patut diperhatikan sebelum berinvestasi pada saham dengan status ARA dan ARB:

1. Rutin pantau saham yang sedang tren naik atau turun signifikan

Bila kamu ingin memperoleh keuntungan cepat dari investasi saham ARA, sebaiknya lakukan pembelian saham tersebut sebelum ia mengalami ARA kemudian jual ketika harganya sudah naik mendekati batas auto rejection atas. 

Sebaliknya, kalau kamu ingin memperoleh kesempatan beli saham ARB yang potensial dengan harga semurah mungkin di pasar modal, disarankan tunggu sampai saham tersebut menyentuh batas auto rejection bawah-nya dan memberikan tanda-tanda reversal secara teknikal.

Pada saat itu, kamu bisa beli sahamnya untuk memperoleh potensi keuntungan yang lebih besar di masa mendatang.   

Nah, untuk mengetahui saham yang berpotensi ARA atau ARB di pasar modal caranya cukup mudah yaitu dengan rajin memantau saham-saham yang sedang tren naik atau turun signifikan pada hari itu.

Kalau di aplikasi Stockbit, daftar saham ini dapat dengan mudah kamu pantau pada tab Top Gainer dan Top Loser yang ada pada bagian Ranking pada menu Search.

2. Cek market cap saham

Sebelum beli saham ARA dan ARB, disarankan cek dulu kapitalisasi pasar atau market cap saham tersebut supaya kamu tidak terjebak pada permainan harga yang dilakukan oleh bandar.

Caranya adalah dengan mengalikan harga saham saat ini dengan total jumlah saham beredar. Semakin besar nilai kapitalisasi pasar sebuah saham, berarti semakin kuat fundamentalnya dan menjadi tidak mudah di-goreng oleh bandar. 

Sebagai investor, sebaiknya hindari membeli saham ARA dan ARB dengan kapitalisasi pasar kecil. Sebab meskipun potensi keuntungan lebih tinggi, tapi resikonya juga sangat besar karena rentan dimanipulasi oleh bandar. 

3. Lakukan analisis 

Berinvestasi pada saham ARA dan ARB cukup berisiko. Makanya, sebelum kamu memutuskan untuk membeli saham tersebut, lakukan lah analisis terlebih dulu baik secara fundamental maupun teknikal agar kamu tahu kapan waktu yang tepat untuk beli dan jual sahamnya. 

Selain itu, analisis juga dilakukan supaya kamu bisa konsisten menjalankan trading saham sesuai trading plan dan tidak mudah panik ketika harga saham bergerak tidak sesuai dengan prediksi.  

***

Dengan keberadaan aturan ARA dan ARB ini, kenaikan dan penurunan harga tersebut akan lebih terjaga pada taraf yang wajar meski memiliki volume perdagangan saham yang kecil.