Ada banyak istilah saham yang harus dipahami oleh pemula, seperti fraksi harga, bandar, saham gorengan, hold dan lainnya. Pada artikel ini akan membahas tentang hold saham.
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata hold artinya “menahan” atau “memegang”.
Nah, serupa dengan terjemahannya, arti hold dalam saham juga dimaknai sebagai kegiatan menahan suatu saham yang sudah dibeli dengan tidak memperjualbelikan saham tersebut, terlepas dari nilainya yang sedang naik atau turun.
Contoh, pada bulan Januari 2022, Budi membeli 100 lot saham ABCD senilai Rp1.500 per lembar dengan total harga Rp15 juta. Dua bulan kemudian, nilai saham ABCD ternyata turun menjadi Rp1.000 per lembar saham sehingga menyebabkan nilai investasi Budi pada saham ABCD pun ikut turun sebesar 33,3% menjadi Rp10 juta.
Karena yakin dengan prospek kinerja saham ABCD dalam jangka panjang, alih-alih menjual saham ABCD untuk meminimalisir kerugian, Budi memutuskan untuk menahan atau hold saham tersebut sampai nilainya naik kembali.
Lalu, menjualnya saat saham telah menyentuh target harga yang sudah ditentukan untuk take profit.
Kapan Melakukan Hold Saham?
Strategi hold atau menahan saham selama periode waktu tertentu umumnya dilakukan investor ketika menghadapi tiga kondisi di bawah ini, antara lain:
1. Harga saham belum mencapai level take profit atau cut loss
Aktivitas hold saham umum dilakukan investor ketika harga saham yang dibeli belum mencapai titik take profit atau cut loss yang ditentukan dalam rencana trading (trading plan).
Contoh, dalam trading plan, kamu berencana untuk menjual saham ABCD yang dibeli di harga Rp1.650 per lembar hanya ketika harga saham ini telah menyentuh level Rp2.300 (take profit) atau Rp1.350 (cut loss).
Apabila sekarang nilai saham ABCD naik menjadi Rp2.050 per lembar, maka sesuai rencana di atas, masih dimungkinkan bagi kamu untuk menahan (hold) saham ABCD lebih lama lagi sampai harga menyentuh level take profit dan siap dilepas.
2. Investor percaya bahwa penurunan harga saham yang terjadi hanya sementara
Penurunan harga saham dapat terjadi karena berbagai hal. Salah satunya disebabkan oleh rumor atau isu negatif tentang emiten yang beredar di media.
Berhubung turunnya harga saham akibat rumor seringkali bersifat sementara saja, maka investor juga hampir selalu memutuskan untuk hold saham mereka di kondisi seperti ini, alih-alih menjualnya.
3. Investor percaya dengan fundamental emiten secara jangka panjang
Hold saham paling sering dilakukan investor ketika mereka percaya dengan fundamental suatu saham. Sehingga tidak peduli apa yang terjadi di market, entah harga saham sedang naik atau turun, mereka akan tetap menahan (hold) saham tersebut sampai harganya mencapai estimasi nilai intrinsik mereka, walaupun butuh waktu lama.
Bahkan, apabila harga saham turun, alih-alih menjual, investor tipe ini justru lebih sering memilih melakukan average down, yaitu kegiatan membeli saham di harga yang lebih rendah daripada harga pembelian awal untuk mendapatkan rata-rata harga pembelian saham yang lebih murah.
Keuntungan dan Risiko Melakukan Hold Saham
Melakukan hold saham dapat memberikan keuntungan dan risiko tersendiri bagi investor, sehingga perlu dilakukan secara hati-hati.
Secara umum, keuntungan hold saham diperoleh ketika investor menahan sahamnya dalam jangka panjang. Berikut adalah beberapa kentungan hold saham jangka panjang, antara lain:
Memberikan potensi keuntungan capital gain lebih tinggi. Semakin lama investor memegang saham, umumnya akan semakin besar pula potensi keuntungan capital gain yang bisa diperoleh investor saham tersebut.
Sedikit biaya yang perlu ditanggung investor. Ingat, melakukan jual beli saham di bursa efek itu dikenakan biaya transaksi dan pajak. Semakin sering transaksi berarti semakin banyak biaya yang perlu ditanggung, dan begitu pun sebaliknya.
Keuntungan compound. Bagi investor yang berencana investasi saham jangka panjang dapat menggunakan keuntungan dividen yang diperoleh untuk diinvestasikan lagi ke saham tersebut agar total keuntungan yang diperoleh bisa lebih optimal.
Meskipun hold saham jangka panjang bisa memberikan investor sejumlah keuntungan, tetapi terdapat juga beberapa risiko yang patut kamu tahu sebelum memutuskan untuk hold saham, diantaranya:
Kerugian. Risiko ini terjadi ketika kenyataan yang terjadi di market tidak sesuai prediksi investor. Misal, ketika saham ABCD turun 50%, kamu memprediksi harga akan segera berbalik arah sehingga kamu memutuskan untuk hold saham tersebut. Kenyataannya, saham ABCD malah turun terus dan menyebabkan kamu menderita kerugian yang lebih besar.
Opportunity cost. Hold saham jangka panjang berarti membiarkan uang kamu disimpan dalam bentuk portofolio saham selama periode waktu tertentu. Padahal, kalau kamu menjual saham tersebut sekarang dan menggunakan uangnya untuk berinvestasi di instrumen lain, bisa jadi keuntungan yang diperoleh lebih besar. Inilah biaya peluang (opportunity cost) yang harus kamu tanggung ketika memutuskan untuk hold saham jangka panjang, alih-alih menjualnya.
Itu tadi arti hold dalam saham yang perlu kamu tahu. Keputusan hold saham sebaiknya diawali dengan menganalisis saham secara fundamental dan teknikal agar tidak salah prediksi pergerakan harga saham.
Gunakan aplikasi Stockbit untuk analisis saham lebih gampang lewat fitur Screener dan Chartbit modern yang dilengkapi dengan ratusan indikator analisis saham populer dan teruji.
Download aplikasi Stockbit dan coba semua fiturnya gratis!