Saham sebagai efek yang diperjualbelikan di pasar modal, memiliki beberapa jenis dan kategori. Pembagiannya didasarkan atas kualitas emiten dan nilai kapitalisasi pasar.
Dari pembagian jenis saham tersebut ada satu istilah saham gorengan. Saham apakah itu? Mari kita simak ulasan di bawah ini.
Pengertian Saham Gorengan
Kita semua tahu cemilan yang bernama gorengan, baik berupa tahu, tempe, pisang dan lainnya. Makanan ini akan nikmat jika digoreng lebih garing atau crispy yang memberi efek renyah dan kriuk ketika dikunyah.
Begitu pula dengan istilah saham gorengan.
Sudah jelas saham ini bukanlah saham berkualitas baik. Disebut gorengan karena saham ini volatilitas harganya naik tinggi karena adanya rekayasa yang dilakukan oleh pelaku pasar (bandar) dengan tujuan tertentu.
Saham gorengan adalah saham yang tidak memiliki fundamental bagus, harganya dapat direkayasa oleh pihak tertentu karena memiliki kapitalisasi pasar yang kecil sehingga pergerakan harganya sangat volatil.
4 Ciri Saham Gorengan
1. Volume dan transaksi harian terlihat tidak wajar
Volume dan transaksi harian memperlihatkan kondisi sebuah saham. Sehingga akan sedikit di luar kewajaran jika ada saham yang merupakan saham lapis tiga dengan kapitalisasi kecil yaitu di bawah Rp 500 miliar namun memiliki volume dan transaksi harian yang tinggi dibandingkan dengan saham sejenis.
Bahkan volumenya bisa saja melebihi volume transaksi harian saham yang berkategori saham utama yaitu saham blue chip (LQ45).
Kapitalisasi pasar adalah ukuran sebuah perusahaan dengan mengalikan jumlah saham beredarnya dengan harga pasar. Sehingga volume dan transaksi harian yang cenderung tinggi tidak seimbang dengan jumlah saham beredarnya yang sedikit.
Saham dengan kapitalisasi kecil inilah yang mudah dimainkan oleh predator pasar dengan cara menggorengnya berkali-kali agar harganya terus naik.
2. Bid and Offer yang tidak wajar
Bid merupakan antrian beli saham di harga rendah dan offer kebalikannya yaitu antrian jual di harga tinggi. Untuk saham gorengan yang ditransaksikan dalam jumlah banyak namun anehnya, selisih harga bid dan offer sangat tipis.
Dengan kata lain, antrian di harga bid dan offer tidak merata, bahkan ada yang hanya 1 lot di satu harga sehingga memudahkan bandar untuk menaikkan harga.
3. Masuk dalam list UMA (Unusual Market Activity)
Bursa Efek Indonesia sebagai operator bursa saham melakukan pengawasan terhadap saham-saham jenis ini. Biasanya hal ini terwujud dalam peringatan bahwa saham memiliki aktivitas pasar yang tidak wajar, yang terlihat dari cap UMA (Unusual Market Activity) yang diberikan BEI.
Namun tidak semua UMA adalah saham gorengan.
Saham ini biasanya mengalami kenaikan ekstrem selama 2 hari. Kenaikan ini dibandingkan dengan Auto Reject Atas (ARA) dari saham tersebut yaitu sebesar 25%-35% tergantung dari harga sahamnya.
Kenaikan yang ditoleransi yaitu 20% untuk saham dengan harga di atas Rp 5.000/lembar, 25% untuk harga saham di atas Rp 200-Rp 5.000/lembar dan 35% untuk harga Rp 50-Rp 200/lembar saham per harinya.
Dengan peringatan dari bursa efek, kamu sebagai investor pemula mendapatkan semacam alarm untuk menghindari saham dengan kenaikan harga yang tidak wajar ini. Karena diduga, saham ini sedang dimainkan oleh bandar predator pasar untuk dikerek harganya agar menarik investor membeli saham ini.
Kemudian si bandar akan menjual sahamnya dan mendapatkan keuntungan sebelum harga saham kembali turun sesuai dengan kondisi saham tersebut.
Di aplikasi Stockbit, kamu juga bisa melihat notasi khusus apabila perusahaan mendapat status UMA dari BEI.
4. Kinerja keuangan tidak sejalan dengan kenaikan harga saham
Kinerja keuangan emiten bisa kita lihat dari laporan keuangan yang sudah diaudit oleh kantor akuntan publik. Sehingga bisa kita jadikan sebagai sumber pedoman dalam menilai volatilitas sebuah saham.
Akan aneh rasanya jika kinerja keuangan biasa-biasa saja cenderung rendah namun harga sahamnya bergerak naik melebihi saham sekelasnya. Dengan demikian saham ini sulit dianalisis jika menggunakan analisa fundamental di mana analisa ini memberikan panduan yang tepat untuk memilih saham.
Tips Transaksi Saham Gorengan
Jika kamu terlanjur membeli saham jenis ini, berikut tips yang bisa kamu lakukan untuk menghindari kerugian besar:
1. Jangan ditahan terlalu lama
Mungkin saja kamu baru tahu bahwa saham yang kamu miliki masuk dalam kategori saham gorengan. Atau kamu sengaja membeli saham jenis ini untuk mengetahui pola pergerakan harganya.
Apapun alasanmu, jika kamu memiliki saham gorengan sebaiknya segera menjual ketika sudah mendapatkan keuntungan.
2. Cut Loss
Jika sahammu mulai bergerak turun karena kondisi pasar, tetapkan strategi cut loss yaitu batasan turunnya harga saham yang harus dijual. Misal, kamu menerapkan strategi -10%, maka ketika saham tersebut harganya turun sebanyak 10%, segera lakukan aksi jual untuk meng-cut kerugianmu.
Abaikan impian bahwa saham ini berpotensi naik, karena dengan melihat kinerja keuangannya besar kemungkinan emiten ini justru akan segera mengalami delisting.
Mengapa Saham Gorengan Harus Dihindari Oleh Trader Pemula
1. Tidak likuid
Saham gorengan adalah saham berkapitalisasi rendah dan berada di lapis ketiga. Artinya saham ini umumnya sulit untuk diperjualbelikan karena kondisi fundamentalnya yang kurang baik, terutama apabila sudah tidak digoreng lagi.
2. Emiten bermasalah
Dinamakan saham gorengan tentunya karena emiten memiliki kredibilitas yang buruk. Baik berupa kinerja keuangan maupun permasalahan kredibilitas pemilik perusahaan. Jika perusahaan dipailitkan karena masalah keuangannya, maka seluruh investor akan kehilangan investasinya.
3. Bukan saham unggulan
Sudah pasti saham gorengan ini bukanlah saham unggulan. Saham unggulan dikenal dengan nama saham blue chip yang menjadi penggerak IHSG karena kapitalisasinya yang besar.
***
Untuk trader pemula, lebih baik hindari saham gorengan ini. Apalagi jika modalmu masih terbatas. Lebih baik dialokasikan ke saham lain yang mungkin profitnya kecil namun investasimu bisa bertumbuh.