Dalam investasi saham, mungkin kamu pernah mendengar istilah average saham. Sebenarnya average saham adalah salah satu strategi yang banyak digunakan oleh investor maupun trader ketika berinvestasi.
Namun setiap orang bisa menerapkan average dengan cara yang berbeda - beda.
Ini dikarenakan pengalaman investasi setiap orang berbeda dan gaya investasinya pun juga berbeda.
Oleh karena itu akan lebih baik bila kamu memahami average saham secara mendasar terlebih dahulu, sehingga bisa menyesuaikan dengan gaya investasi yang diinginkan. Hal ini lebih baik daripada sekedar mengikuti cara orang lain.
Pengertian Average Saham
Average saham adalah sebuah strategi dalam bertransaksi saham dimana investor melakukan pembelian atau penjualan saham secara bertahap pada beberapa level harga yang berbeda.
Untuk memudahkan pemahaman di atas, kita bisa memahaminya dengan contoh berikut ini:
Anggaplah seorang investor memiliki 100 lot saham BBCA, kemudian harga saham tersebut mengalami kenaikan hingga mencapai target harga yang diinginkan.
Akhirnya investor memutuskan untuk melakukan penjualan seluruh sahamnya. Tetapi, ia tidak menjual 100 lembar sahamnya di 1 harga yang sama, karena mungkin setelah ia menjualnya harga bisa naik lebih tinggi lagi.
Misalnya target harga jual adalah 7.900 dan harga sudah menyentuh itu. Investor memasang order jual sebanyak 40 lot di harga 7.900; kemudian 60 lot sisanya akan dipasangkan pada harga 8.000.
Investor melakukan ini dengan anggapan bahwa ada kemungkinan harga bisa menyentuh 8.000 nantinya.
Dengan melakukan average ini, investor akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi daripada menjual semua sahamnya di harga 7.900.
Average Saham Adalah Strategi!
Dalam penerapannya, average saham adalah sebuah strategi yang harus disesuaikan dengan gaya investasi dan kondisi masing masing investor. Berikut ini adalah beberapa strategi penerapan average saham yang biasanya dilakukan
1. Average Down Saat Membeli
Saat membeli saham tentu kita ingin mendapatkan harga semurah mungkin. Hal ini bisa kita dapatkan di saat harga saham sedang turun. Namun kita tidak pernah tahu sampai sejauh mana harga akan turun. Maka disini average saham adalah strategi yang bisa diterapkan.
Sebagai contoh, kita ingin membeli saham BBRI di harga 4.000 rupiah, dan kita cukup yakin bahwa harga akan menyentuh 4.000 berdasarkan analisa yang sudah dilakukan.
Akan tetapi karena kita tidak tahu apakah harga akan menyentuh 4.000 atau tidak, sehingga perlu dilakukan average down.
Misalnya, kita bisa memasang target yang lebih tinggi yaitu 4.100, dimana ketika harga menyentuh ini maka kita sudah dapat melakukan pembelian. Anggaplah uang yang akan diinvestasikan sebesar 10 juta rupiah, maka dengan average down kita bisa mencicil pembelian seperti ini:
Dengan rencana pembelian di atas, kita akan mendapatkan harga rata - rata pembelian yaitu 4,050 dan memperoleh 24 lot BBRI.
Harga ini tidak serendah 4.000 per lembarnya, namun dengan melakukan average down kita bisa terhindar dari hilangnya kesempatan untuk membeli, bila tiba - tiba harga naik di atas 4.100 yang sudah di atas target harga pembelian.
Kamu bisa pelajari strategi average down di artikel ini.
2. Average Up Saat Menjual
Strategi average up merupakan kebalikan dari average down. Biasanya hal ini bisa dilakukan ketika seorang investor ingin menjual sahamnya. Melanjutkan contoh di atas, misalnya investor akan menjual 24 lot saham BBRI diatas pada harga 4.500 per lembar.
Daripada menargetkan seluruhnya terjual pada harga 4.500 yang mana belum tentu terjadi, investor bisa memasang beberapa target harga di bawah 4.500 sebagai berikut :
Dengan rencana menjual seperti di atas, investor tidak bisa mendapatkan harga tertinggi seluruhnya yaitu 4.500. Namun hal ini bisa menghindari hilangnya kesempatan menjual bila harga turun di bawah 4.400 sebelum menjual sebagian saham yang dimiliki.
Meski masih ada resiko tidak terjual sepenuhnya karena harga tidak mencapai 4.500 , setidaknya investor sudah mencairkan sebagian uangnya dan dana tersebut bisa digunakan untuk membeli kesempatan pada saham lain.
Pada akhirnya harga rata-rata saham tersebut terjual adalah 4.400 per lembar.
3. Average Berdasarkan Batasan yang Ditentukan
Selain average up dan down seperti kasus yang pertama dan kedua, strategi average saham adalah sebuah strategi yang bisa diterapkan berdasarkan gaya yang diinginkan investor. Contoh penerapan lainnya adalah sebagai berikut :
Misalkan daripada membuat rencana pembelian berdasarkan level harga yang berbeda seperti tabel sebelumnya, investor juga bisa membeli secara bebas selama harga berada di bawah batasan harga tertentu.
Anggaplah pada contoh kasus saham BBRI sebelumnya, menurut investor tersebut, bila harga BBRI berada di bawah 4.000 per lembar, maka bisa dikatakan harga yang murah.
Sehingga investor akan terus melakukan pembelian rutin setiap hari (sesuai dengan dana yang tersedia) selama harga BBRI masih dibawah 4.000, terlepas sejauh apa saham ini turun dari harga 4.000.
Tentu saja hal ini perlu memperhatikan kondisi fundamental saham tersebut, karena tidak semua saham yang harganya terus turun masih memiliki fundamental yang baik.
Itulah beberapa strategi yang bisa kamu terapkan menggunakan average saham. Masih banyak strategi lainnya yang bisa digunakan untuk mendapatkan harga terbaik dalam transaksi saham.
***
Artikel ini disediakan oleh Stockbit,- aplikasi trading saham milik PT Stockbti Sekuritas Digital yang telah terdaftar sebagai perusahaan sekuritas di OJK.
Buka rekening saham di Stockbit 100% online, tanpa dokumen fisik dan minimum deposit. Download Stockbit sekarang.