Impulsif buying atau pembelian secara spontan ini bisa saja terjadi kepada wanita maupun pria. Sebenarnya apa sih impulsif buying tersebut? Kenali contohnya yuk, siapa tahu kamu adalah bagian dari impulsif buyer juga!
Apa Sih Impulsif Buying?
Impulsif buying adalah sebuah keputusan tidak terencana atau terjadi secara tiba-tiba dalam membeli sebuah produk atau jasa dan biasanya dalam pelaksanannya pun para buyer lebih gunakan emosi dan perasaan dibandingkan logika.
Mari kita melihat dari sudut pandang para ahli mengenai impulsif buying.
Definisi impulsif buying menurut Verplanken dan Herabadi yaitu pembelian implusif ini sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan,diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.
Bagaimana Contoh Impulsif Buying?
Beberapa di antara kamu mungkin masih belum mendapat gambaran tentang impulsif buying atau pernah melakukannya tetapi tidak sadar sudah menjadi bagian hal tersebut.
Contoh dari impulsif buying ini seperti berikut ketika jalan-jalan ke mall, awalnya hanya sekedar ingin window shopping tetapi ketika lihat baju-baju bagus dipajang, kemudian masuk dan memborong baju tersebut tanpa ada kebutuhan khusus atau rencana untuk beli baju.
Perkembangan era digital ini juga memudahkan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk untuk urusan berbelanja. Promo diskon muncul di berbagai sosial media, metode pembayaran pun semakin beragam. Ada tulisan angka promo besar-besaran membuat para impulsif buyer begitu tergoda ingin belanja apalagi ada cara menyicilnya juga.
Selain itu, bisa terjadi juga ketika jalan-jalan kemudian lihat ada warung makan, secara tiba-tiba masuk dan membeli makanan, padahal tidak merasa lapar. Yeah, inilah perilaku hanya lapar mata, tampak selera dimiliki tetapi ternyata tidak membutuhkannya dan belum berencana sebelumnya.
Faktor Penyebab Impulsif Buying
Awalnya mungkin kita bisa anggap ini menjadi hal yang biasa saja apalagi ketika belum merasa duit habis begitu saja dan tidak sesuai rencana keuangan. Tetapi setelah sadar duit menipis barulah tahu sudah menjadi bagian impulsif buyer.
Tentu ada faktor-faktor penyebab dari impulsif buying ini yang mana terdapat 2 faktor utama yang dapat memunculkan terjadinya impulse buying, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri seorang individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal berasal dari atribut produk dan cara pemasaran produk.
Well, beberapa penelitian mengenai impulsif buying terdahulu menunjukkan bahwa karakteristik produk, karakteristik pemasaran serta karakteristik konsumen memiliki pengaruh terhadap munculnya impulsif buying.
Biasanya pelaku impulsif buying ini memang tidak menyadari perilakunya karena sudah terbiasa melakukan shopping tanpa perkiraan terlebih dahulu. Motivasi para impulsif buyer pun beraneka ragam, ada yang memang seorang shopaholic dimana memiliki kegilaan pada kegiatan berbelanja.
Motivasi lainnya menjadi bagian impulsif buying adalah ketika muncul diskon besar-besaran dan rasanya sayang tidak ambil diskon yang muncul. Rasanya rugi jika tidak mendapat harga murah padahal yah tentunya biasa sih harga barang sudah dinaikkan terlebih dahulu.
Pengetahuan dan perencanaan yang kurang pun bisa menjadi motivasi seseorang melakukan tindakan impulsif buying. Kebanyakan sih karena merasa bahwa hidup harus dinikmati, senang-senang hari ini karena esok masih bisa mencari. Begitulah hingga akhirnya terbiasa menjadi impulsif buyer.
Itulah yang dinamakan impulsif buying dan contohnya,semoga kamu tidak menjadi bagian impulsif buyer.
Buatlah perencanaan yang matang agar memiliki kondisi keuangan yang sehat. Ada baiknya juga uang yang dimiliki masukkan ke investasi agar menjadi lebih bijak.