Theodorus Melvin

πŸ“° INKP: Pulp Price Recovery in 4Q23 & New Factory Contribution by Theodorus Melvin

Penulis: Theodorus Melvin | Editor: Aulia Rahman Nugraha, Edi Chandren, Rahmanto Tyas Raharja, Vivi Handoyo Lie

 Published date: 8/1/2024

  • Kinerja INKP 4Q23 dapat pulih secara QoQ didorong ekspansi margin seiring kenaikan harga pulp.

  • Volume penjualan kertas industri INKP berpotensi naik +16% YoY pada 2024 dari pabrik baru.

  • Valuasi INKP berada di level atraktif dengan P/E 5,43x, sedikit di atas -1 Standard Deviation 5 tahun.


Executive Summary

Harga saham INKP telah turun -16,6% dalam 3 bulan terakhir menyusul lemahnya kinerja selama 3Q23, dengan laba bersih turun -61,3% QoQ menjadi US$52,3 juta. Secara umum, penurunan kinerja INKP pada 3Q23 disebabkan oleh pemulihan segmen pulp yang tidak sesuai harapan, dengan harga jual rata-rata pulp global stabil di level yang rendah, serta penurunan segmen margin kertas perseroan.

Meski demikian, kami menilai bahwa kinerja INKP pada 4Q23 dapat pulih secara kuartalan akibat ekspansi margin (margin expansion). Kami menilai bahwa margin laba kotor (GPM) INKP dapat kembali ke rentang 30–35%, setelah turun signifikan ke level 26,6% pada 3Q23. Prediksi kami tersebut didasarkan oleh dua faktor berikut:

  • Peningkatan harga pulp yang naik >10% QoQ dan memasuki harga jual rata-rata US$600/ton, lebih tinggi dari 2Q23 dan 3Q23.

  • Inisiatif grup APP Indonesia, yang merupakan induk INKP, untuk menaikkan harga jual kertas sebesar US$80/ton pada 18 Oktober dan 23 November 2023.

Untuk 2024, INKP memiliki potensi kenaikan volume penjualan kertas industri sebesar +16% YoY dari pabrik baru jika progres pembangunannya berjalan sesuai dengan rencana manajemen. Selain itu, harga pulp pada 2024 kemungkinan akan berada di rentang US$540–660/ton, didorong oleh aksi wait and see pelaku pasar dan kecenderungan harga pulp yang tidak dapat bertahan lama di bawah level US$500/ton.

Dari sisi valuasi, pelemahan harga saham dalam 3 bulan terakhir membuat valuasi INKP per 4 Januari 2024 berada di level atraktif. Saat ini, INKP diperdagangkan dengan P/E Ratio sebesar 5,43x atau berada sedikit di atas -1 Standard Deviation rata-rata historis dalam 5 tahun.

Adapun beberapa risiko bagi INKP adalah:

  • Peningkatan supply dari produsen global, sehingga membuat harga pulp kembali melemah.

  • Peningkatan harga kayu (sebagai bahan baku) yang dapat kembali mengurangi margin laba.


Segmen Pulp (80–90% Laba Usaha) – Harga Mulai Pulih dan Stabil di Level US$570–630/ton


Salah satu faktor utama pemulihan kinerja INKP pada 4Q23 didorong oleh peningkatan harga jual rata-rata (ASP) pulp. Kami menilai ASP pulp INKP pada 4Q23 dapat dipastikan lebih tinggi dibandingkan 3Q23 dikarenakan harga pulp global konstan berada di level US$570–630/ton.

Memasuki 4Q23, harga pulp global mulai mengalami kenaikan hingga ke level US$600/ton, didorong oleh proses restocking persediaan yang dilakukan perusahaan kertas dan tisu. Namun, harga pulp kemungkinan tidak akan naik lebih jauh dan stabil di level US$570–630/ton pada 4Q23. Hal ini disebabkan kondisi industri pulp yang sedang mengalami oversupply.

Deskripsi: Pergerakan harga pulp (BHKP) dari China.
Sumber: RISI, Bloomberg, Stockbit analysis

Penurunan kinerja laba bersih INKP pada 3Q23 sendiri disebabkan oleh harga pulp yang bergerak sideways di level US$500–570/ton, turun drastis dari level US$700–750/ton pada 2Q23. Hal ini membuat harga jual rata-rata (ASP) pulp INKP pada 3Q23 hanya sebesar US$532/ton, lebih rendah -3% QoQ dibandingkan periode 2Q23 di level US$549/ton.

Deskripsi: Rata-rata harga indeks per kuartal pulp China.
Sumber: RISI, Bloomberg, Stockbit analysis

Kertas Industri (10–20% Laba Usaha) – Kenaikan Harga Jual sebesar US$80/ton oleh Grup APP

Kami juga mengekspektasikan kinerja segmen kertas INKP dapat kembali pulih seiring laporan kenaikan harga jual yang dilakukan oleh induk INKP, APP Indonesia. Menurut laporan, RISI, penyedia informasi terkemuka di industri pulp and paper, APP Indonesia telah menaikkan harga jual kertasnya sebesar US$50/ton pada 18 Oktober 2023, diikuti kenaikan sebesar US$30/ton pada 22 November 2023. Laporan tersebut mengimplikasikan bahwa APP Indonesia telah menaikkan ASP kertas sebesar US$80/ton pada 4Q23


Kenaikan harga jual kertas tersebut berpotensi memulihkan margin laba usaha (OPM) segmen kertas industri INKP untuk kembali ke level double digit.

Deskripsi: Berita kenaikan harga kertas APP Indonesia.
Sumber: RISI, Bloomberg, Stockbit analysis

Outlook INKP 2024: Earnings Kicker from New Factory

Potensi Kenaikan Volume Penjualan Kertas Industri +16% YoY dari Pabrik Baru

Volume penjualan kertas industri INKP dapat meningkat pada 2024 jika pembangunan pabrik baru berjalan sesuai dengan rencana manajemen. INKP saat ini tengah membangun pabrik kertas industri berkapasitas 3,9 juta ton (+177% dari kapasitas saat ini) dengan biaya investasi mencapai US$3,63 miliar (~Rp56,3 T).

Deskripsi: Estimasi volume produksi kertas industri INKP dari pabrik baru di Karawang.
Sumber: Feasibility Study Report INKP 12 Mei 2023, Stockbit analysis

Mengacu data dari laporan Feasibility Study INKP pada 12 Mei 2023, pabrik baru INKP direncanakan beroperasi pada 2024 dengan utilisasi awal 28,36%. Mengacu pada utilisasi tersebut, volume penjualan kertas industri INKP pada 2024 dapat bertambah 1,1 juta ton pada 2024. Nilai ini berdampak pada tambahan pendapatan sebesar US$1,3 miliar dengan laba bersih sebesar US$201,8 juta.

Deskripsi: Proyeksi pendapatan dan laba bersih INKP dari pabrik baru di Karawang pada 2024.
Sumber: Feasibility Study Report INKP 12 Mei 2023, Stockbit analysis, fitur Analyst Rating Stockbit

Jika menggunakan asumsi konservatif  di mana pabrik baru beroperasi pada 2H24 dengan tingkat utilisasi 25% dari estimasi awal perseroan, maka volume produksi INKP kami asumsikan hanya bertambah 276 ribu ton. Penambahan volume ini berakibat pada tambahan pendapatan sebesar US$332,3 juta dan laba bersih sebesar US$50,4 juta, setara ~8,8% estimasi laba bersih INKP FY24E

Proyeksi Harga Pulp 2024: Sideways Namun di Atas 2H23

Untuk 2024 sendiri, harga pulp kemungkinan akan bergerak sideways berada di rentang US$540–660/ton, mengingat beberapa faktor berikut:

  • Pemain pulp global cenderung melakukan aksi wait and see. 

Tambahan supply global baru sebesar 2,4 juta ton pada 2024 membuat pembeli pulp melakukan restocking dalam jumlah secukupnya, sembari menunggu dampaknya terhadap fluktuasi harga pulp.

  • Harga pulp tidak dapat bertahan lama di bawah level US$500/ton

Ketika pulp berada di level US$500/ton, beberapa produsen dengan cash cost yang tinggi cenderung akan menghentikan produksi dan membeli pasokan yang ada di market. Hal ini akan menjaga supply-demand pulp global, yang mengakibatkan stabilnya harga pulp di atas US$500/ton.

Walaupun harga pulp bergerak sideways pada level US$540–660/ton, rentang harga ini tetap lebih tinggi dibandingkan level 2Q23 (US$549/ton) dan 3Q23 (US$532/ton) sehingga tetap berdampak positif pada kinerja INKP di tahun 2024.


Valuasi: Penurunan Harga Saham Memberikan Peluang Atraktif

Penurunan kinerja keuangan INKP pada 3Q23 telah direspon oleh market dengan pelemahan harga saham sebesar -16,6% dalam 3 bulan terakhir. Penurunan tersebut membuat valuasi INKP per 4 Januari 2024 berada di level atraktif, dengan P/E Ratio sebesar 5,43x atau berada sedikit di atas -1 Standard Deviation rata-rata historis dalam 5 tahun.

Deskripsi: Penurunan harga saham INKP dalam 3 bulan terakhir, P/E Band (TTM) INKP 5Y.
Sumber: Stockbit

Meski mengalami penurunan laba bersih pada 3Q23, kami menilai INKP dapat mencapai ekspektasi laba bersihnya pada FY23E. Per 9M23, pendapatan INKP telah mencapai Rp41,6 T atau US$2,7 miliar, setara 76% estimasi konsensus FY23 di Rp55,1 T atau ~US$3,5 miliar. Laba bersih INKP pada 9M23 juga telah mencapai Rp4,97 T atau US$321 juta, setara 78% estimasi laba bersih di level Rp6,4 T atau ~US$412 juta. 

Pemulihan harga pulp global pada 4Q23 yang berpotensi lebih tinggi dibandingkan 2Q23 membuat kami optimis kinerja INKP pada 4Q23 dapat menyamai kinerja pada 2Q23 dan melampaui estimasi konsensus.

Jika kinerja INKP pada 4Q23 menyamai kinerja 2Q23, laba bersih INKP FY23E dapat mencapai US$456,2 juta. Jumlah tersebut melampaui estimasi konsensus laba bersih INKP di level US$412,4 juta.

Deskripsi: Ekspektasi kinerja INKP pada 4Q23.
Sumber: INKP, RISI, Bloomberg, Stockbit analysis, fitur Analyst Rating Stockbit

Dua Risiko: Peningkatan Suplai Pulp dan Harga Kayu

1. Penurunan Harga Pulp Akibat Meningkatnya Supply Global

Deskripsi: Gambaran Skenario Supply-Demand Pulp Global.   
Sumber: Suzano, diolah oleh Stockbit

Secara umum, industri pulp global mengalami oversupply sejak 2019. Kondisi oversupply kemudian bertambah parah pada 2023 akibat tambahan 3,6 juta ton pasokan – setara 8,7% dari total supply global – yang berasal dari pabrik baru di Chile dan Uruguay. Pada 2024, pasokan pulp global juga akan bertambah 2,4 juta ton akibat pembukaan pabrik pulp baru di Brasil. Peningkatan pasokan secara cepat ini berpotensi membuat harga pulp kembali menurun.

Meski demikian, market mengestimasikan harga pulp tidak akan lebih rendah dari level US$500/ton. Penurunan harga pulp di bawah US$500/ton akan menyebabkan tutupnya beberapa pabrik akibat cash cost yang tinggi. Pada 2023, tambahan pasokan pulp sebesar 3,6 juta ton diimbangi dengan penutupan 2,7 juta ton pasokan pulp di seluruh dunia.

2. Peningkatan Harga Kayu yang Dapat Menggerus Margin Laba

Biaya kayu INKP – yang kami asumsikan sebagian besar berasal dari pihak berelasi bernama PT Arara Abadi – mengalami peningkatan sebesar +22% QoQ pada 3Q23, kendati beban pokok penjualan turun -6% QoQ. Meski demikian, kami mengekspektasikan bahwa biaya bahan baku kayu INKP pada 4Q22 akan stabil atau cenderung menurun dari level 3Q23. Sebab, berdasarkan tren beban pokok penjualan INKP sejak 2022, kenaikan biaya kayu yang naik tajam (>15%) umumnya diikuti dengan penurunan biaya kayu pada kuartal berikutnya, seperti yang digambarkan grafik di bawah ini.

Deskripsi: Perbandingan biaya kayu INKP dengan total beban pokok penjualan.
Sumber: INKP, Stockbit analysis

________________
Penulis: 

Theodorus Melvin, Investment Analyst

Editor:

Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2024 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Informasi ini dimiliki oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ”₯ Komparasi Emiten Geothermal: Valuasi Unggul PGEO, BREN Menarik karena Grup Barito by Theodorus Melvin

πŸ‘‹ Stockbitor!

  • Kapasitas PLTP BREN lebih tinggi dari PGEO, meski seluruhnya berada di tanah wilayah kerja PGEO.

  • Pendapatan dan laba usaha BREN lebih tinggi dibandingkan PGEO, tetapi laba bersih PGEO lebih unggul karena beban keuangan lebih rendah.

  • Walaupun PGEO terlihat lebih unggul dari berbagai aspek, BREN tetap memiliki fundamental yang baik dan lebih menarik bagi investor yang melihat konteks perseroan sebagai β€˜anak emas’ dari grup Barito.


Executive Summary


Barito Renewables Energy
($BREN) siap melantai di BEI pada Oktober 2023, menandai emiten geothermal kedua yang listing di bursa setelah Pertamina Geothermal Energy ($PGEO). Apabila dibandingkan dengan PGEO dari sisi operasional, finansial, dan valuasi, BREN memiliki kinerja sebagai berikut:

Operasional: BREN unggul dalam kapasitas terpasang dibandingkan PGEO – BREN merupakan perusahaan geothermal dengan kapasitas terpasang PLTP mencapai 886 MW, terbesar di Indonesia. Kapasitas tersebut membuat perseroan dapat mencatatkan pendapatan dan laba usaha yang lebih besar dibandingkan PGEO. 

Finansial: Higher OPM for BREN but higher NPM for PGEO – Beban keuangan yang besar dengan Debt to Equity Ratio mencapai 3,99x menyebabkan NPM dan laba bersih BREN lebih kecil dibandingkan PGEO.

Valuasi: Cheaper, or Barito Group? – Secara valuasi, BREN (P/E 60,2–70,1x, P/BV 14,1–15,2x) lebih premium dibandingkan PGEO (P/E 28,3x, P/BV 2,15x) per 27 September 2023. Namun, valuasi premium BREN dapat dijustifikasi jika dibandingkan dengan valuasi emiten Grup Barito lainnya di BEI, seperti BRPT (P/E 546,6x) dan TPIA (P/E -112x).

Ekspansi: BREN menambah kepemilikan di PLTP dan PGEO berpotensi akuisisi perusahaan lain – Ke depannya, BREN dan PGEO akan terus melakukan ekspansi, baik secara organik melalui pembangunan unit PLTP baru maupun inorganik melalui beberapa aksi korporasi. BREN akan menggunakan sebagian dana IPO untuk menambah kepemilikan di PLTP Salak dan Darajat. Di sisi lain, PGEO dirumorkan akan menjadi induk holding BUMN Geothermal dan mengakuisisi PLTP Sorik Marapi senilai US$1 miliar.

Risiko: Beban keuangan dan valuasi premium bagi BREN, penambahan utang berbunga dan pergantian personel manajemen bagi PGEO – Beberapa risiko yang meliputi BREN antara lain adalah beban keuangan yang besar serta valuasi yang jauh lebih premium dibandingkan PGEO. Selain itu, BREN juga memiliki risiko pelepasan aset karena PLTP perseroan berada di atas wilayah kerja milik PGEO. Di sisi lain, PGEO juga memiliki sejumlah risiko seperti penambahan utang berbunga akibat ekspansi, risiko tenggat waktu penyelesain proyek baru, serta risiko pergantian personel manajemen ke depan.


Untuk menyimpulkan, walaupun PGEO terlihat lebih unggul dari berbagai aspek, BREN tetap memiliki fundamental yang baik dan lebih menarik bagi investor yang melihat konteks perseroan sebagai β€˜anak emas’ dari Grup Barito, di mana kebanyakan perusahaannya memiliki valuasi premium.


Operasional: BREN Unggul dalam Kapasitas Terpasang, tetapi Berada di Wilayah PGEO

Pic:Perbandingan kapasitas terpasang PLTP milik BREN dan PGEO
Sumber: prospektus BREN dan PGEO

Dari sisi operasional, BREN memiliki kapasitas PLTP terpasang mencapai 886 MW, lebih besar dibandingkan kapasitas milik PGEO yang sebesar 672 MW. Lebih lanjut, seluruh PLTP milik BREN terkonsentrasi di 3 daerah yang relatif berdekatan di Jawa Barat. Di sisi lain, PLTP milik PGEO tersebar di 5 provinsi berbeda di Indonesia. Perbedaan lokasi ini dapat berdampak pada tarif listrik serta biaya operasional – seperti biaya gaji teknisi dan karyawan – yang akan berdampak pada margin laba usaha setiap area operasi PLTP.

Pic: Perbandingan rata-rata utilisasi PLTP BREN dan PGEO
Sumber: prospektus BREN dan PGEO, Stockbit analysis

Dalam membandingkan kualitas aset PLTP, salah satu faktor yang umum diperhatikan adalah tingkat utilisasi kapasitas. PLTP BREN memiliki tingkat utilisasi yang lebih tinggi dibandingkan PGEO. Hal ini menandakan bahwa BREN berhasil mengoperasikan PLTP-nya mendekati tingkat kapasitas maksimum.

Meski kapasitas dan tingkat utilisasinya lebih besar, seluruh PLTP milik BREN dibangun di atas wilayah kerja panas bumi (WKP) milik PGEO. Oleh karena itu, BREN terikat perjanjian Kontrak Operasi Bersama (KOB) yang mengharuskan BREN membayar biaya tunjangan produksi sekitar 3–4% dari total EBITDA kepada PGEO setiap tahunnya. Selain itu, perjanjian KOB ini juga mengatur bahwa PLTP yang dioperasikan oleh BREN akan dialihkan kepada PGEO setelah selesainya masa KOB yaitu 2039 (Wayang Windu), 2040 (Salak), 2041 (Darajat Unit 1–2), dan 2047 (Darajat Unit 3). Akan tetapi, perjanjian KOB ini dapat diperpanjang ke depannya sesuai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak 

Ke depan, kapasitas terpasang milik PGEO dapat meningkat signifikan melalui akuisisi dan berpotensi melampaui BREN sebagai perusahaan geothermal dengan kapasitas terpasang terbesar di Indonesia. Akuisisi yang dimaksud adalah wacana dari Kementerian BUMN untuk membentuk holding geothermal, dengan PGEO bertindak sebagai induk. Jika wacana ini terjadi, PGEO akan mengakuisisi aset PT Geo Dipa Energi dan PT PLN Gas & Geothermal. Selain itu, Reuters melaporkan bahwa PGEO berencana mengakuisisi aset PT Sorik Marapi Geothermal, sebuah perusahaan geothermal yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Pic: Perbandingan pangsa pasar pemain panas bumi di Indonesia
Sumber: prospektus BREN yang diolah oleh Stockbit

Jika wacana holding geothermal dan akuisisi PT Sorik Marapi Geothermal terjadi, PGEO akan mendapatkan tambahan kapasitas 120 MW dari PT Geo Dipa Energi dan 140 MW dari PT Sorik Marapi Geothermal. Dampaknya, kapasitas terpasang PGEO akan naik dari 672 MW menjadi 792 MW hingga 932 MW.


Finansial: BREN Unggul dalam Pendapatan dan Laba Usaha, tetapi PGEO Unggul dalam Laba Bersih

Pic:perbandingan kinerja keuangan BREN dan PGEO dari 2020-2022
Sumber: prospektus BREN, prospektus dan laporan keuangan PGEO

Dari sisi finansial, pendapatan BREN pada FY22 mencapai US$569,8 juta, lebih besar dibandingkan PGEO yang sebesar US$386,1 juta. Pendapatan BREN lebih tinggi dari PGEO karena kapasitas PLTP terpasangnya lebih besar. Meski memiliki pendapatan dan laba usaha yang lebih besar, laba bersih untuk entitas induk BREN (US$91,1 juta) lebih kecil dibandingkan PGEO (US$127,3 juta) pada FY22. 


Margin EBITDA kedua emiten dalam 3 tahun terakhir stabil di kisaran 78,7–87%, dengan BREN sedikit lebih baik di kisaran 85,7–87% sementara PGEO di 78,7–82,6%. Namun, PGEO lebih unggul dalam NPM yang berada di kisaran 20,6–33%, sementara BREN di kisaran 12,2–16%.

Pic: Perbandingan OPM dan NPM pada PLTP milik BREN dan PGEO
Sumber: prospektus BREN, prospektus dan laporan keuangan PGEO

Dari sisi profitabilitas masing-masing PLTP, aset-aset yang dimiliki oleh BREN mencatatkan margin laba operasi (OPM) yang lebih besar dibandingkan aset-aset yang dimiliki oleh PGEO. Hal ini karena rasio beban tetap terhadap pendapatan akan lebih rendah jika kapasitas pembangkit listrik di satu titik semakin besar. Beban tetap yang dimaksud di sini adalah beban tunjangan karyawan dan teknisi. Dalam grafik di atas, bisa dilihat bahwa BREN memiliki rata-rata kapasitas terpasang yang lebih besar dibandingkan PGEO per lokasi (site). Dengan kata lain, BREN memiliki operating leverage yang lebih tinggi dibandingkan PGEO.

Meski lebih rendah dibandingkan BREN, margin laba operasi PGEO dapat meningkat ke depannya jika perseroan terus menambah kapasitas PLTP di masing-masing lokasi, sehingga bisa meningkatkan operating leverage. Saat ini, PGEO memiliki rencana ekspansi organik berupa pengembangan PLTP Lumut Balai Unit 2 sebesar 55 MW yang diharapkan dapat beroperasi pada 2024 dan PLTP Lahendong Unit 7 dan 8 sebesar 40 MW yang diharapkan dapat beroperasi pada 2027.

Sementara dari sisi margin laba bersih (NPM), aset-aset yang dimiliki oleh PGEO mencatatkan NPM yang lebih tinggi dibandingkan aset-aset yang dimiliki oleh BREN. Ada dua faktor yang menyebabkan NPM dari BREN lebih rendah dari PGEO meski pendapatan dan laba usahanya lebih tinggi, yakni: 

  • Seluruh laba bersih dari aset yang dimiliki BREN tertekan oleh beban keuangan, mengingat mayoritas aset diakuisisi menggunakan utang. Di sisi lain, mayoritas aset milik PGEO dibangun menggunakan kas internal, sehingga beban keuangannya relatif lebih kecil dibandingkan BREN.

  • Aset PLTP milik BREN tidak dikuasai 100% oleh perseroan, sehingga mengurangi persentase laba bersih untuk entitas induk.

Ke depan, BREN dapat meningkatkan NPM-nya dengan meningkatkan porsi kepemilikan di aset PLTP dan menurunkan beban keuangan. Sebagai gambaran, Debt-to-Equity Ratio (DER) BREN per 1H23 adalah 4,32x. Setelah pembayaran sebagian utang dengan dana IPO, DER BREN akan turun menjadi 3,99x. Di sisi lain, DER PGEO per 1H23 adalah 0,38x.

Pic: Perbandingan utang berbunga BREN dan PGEO per 1H23
Sumber: laporan keuangan BRPT dan PGEO 1H23

Selain NPM, BREN juga berpotensi meningkatkan laba bersih untuk entitas induk seiring rencana perseroan menambah kepemilikan di asetnya. Berdasarkan prospektus, BREN berencana meningkatkan kepemilikan di Star Energy Geothermal (Salak Darajat) BV – entitas yang mengoperasikan PLTP Salak dan PLTP Darajat – dari 76,1% menjadi 80,9%.

Pic: Pertumbuhan kinerja keuangan BREN dan PGEO dari 2020-2022
Sumber: prospektus BREN, prospektus dan laporan keuangan PGEO

Dari sisi pertumbuhan pendapatan, kedua emiten mencatatkan pertumbuhan di kisaran 3–6% per tahun dalam 3 tahun terakhir, dengan BREN sedikit lebih unggul (+4,6% CAGR 2Y) dibandingkan PGEO (+4,4% CAGR 2Y). Akan tetapi, pertumbuhan laba bersih untuk entitas induk PGEO (+32,2% CAGR 2Y) lebih unggul dibandingkan BREN (+19,6% CAGR 2Y) yang disebabkan oleh efek low base akibat penurunan (impairment) nilai aset tetap pada 2021.

Pic:Perbandingan kinerja keuangan BREN dan PGEO secara 1Q23
Sumber: prospektus BREN, laporan keuangan PGEO

Jika dibandingkan dari kinerja keuangan terakhir atau per 1Q23, kinerja keuangan PGEO secara keseluruhan lebih baik dibandingkan BREN. Kedua emiten mencatatkan pertumbuhan pendapatan double digit (PGEO +19% YoY, BREN +10% YoY) dan pertumbuhan laba bersih double digit (PGEO +49,3% YoY, BREN +31% YoY).

Per 1Q23, seluruh margin laba kedua emiten juga membaik. Margin EBITDA BREN naik menjadi 88% (vs. 1Q22: 86%), diikuti oleh kenaikan OPM sebesar 75% (vs. 1Q22: 71%) dan NPM sebesar 20% (vs. 1Q22: 17%). Di sisi lain, PGEO mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan BREN, dengan margin EBITDA naik menjadi 86% (vs. 1Q22: 84%) diikuti kenaikan OPM sebesar 75% (vs. 1Q22: 59%) dan NPM sebesar 46% (vs. 1Q22: 36%).


Valuasi: BREN Lebih Premium Akibat Valuasi Grup Barito

Valuasi saham BREN saat IPO lebih premium dibandingkan PGEO, dengan P/E Ratio di kisaran 60,2–70,1x dan P/BV Ratio berkisar 14,1–15,2x. P/E Ratio yang tinggi ini disebabkan oleh laba bersih yang lebih rendah akibat tingginya beban keuangan dan masih adanya kepentingan non-pengendali. Sebagai perbandingan, per 27 September 2023, saham PGEO diperdagangkan dengan valuasi P/E Ratio 28,3x dan P/BV Ratio 2,15x. Kendati demikian, valuasi PGEO sudah naik jauh dibandingkan harga IPO (P/E 18,3x dan P/BV 1,3x).

Pic: Perbandingan valuasi BREN dengan PGEO serta Grup Barito
Sumber: Stockbit analysis

Valuasi BREN yang lebih premium dapat dipahami, mengingat saham-saham yang dimiliki grup Barito selalu dihargai premium oleh market. Meski lebih premium dibandingkan PGEO, valuasi BREN masih lebih rendah dibandingkan emiten Grup Barito lainnya seperti BRPT (P/E 546,6x, P/BV 5,3x) dan TPIA (P/E -111,9x, P/BV 5,2x). Sebagai aset emas yang dimiliki BRPT, serta kinerja pendapatan dan laba bersih yang relatif stabil, memang sulit membayangkan BREN akan dilepas dengan valuasi yang murah.

Dari sisi dividen, PGEO sudah membagikan dividen sebesar Rp10,87/saham pada Juni 2023, yang pada saat diumumkan mengindikasikan dividend yield sebesar 1,15%. Sementara itu, BREN berencana membagikan dividen dengan payout ratio hingga 60% mulai dari tahun buku 2023.


Risk and Reward

BREN akan menarik bagi investor yang melihat konteks perseroan sebagai β€˜anak emas’ dari grup Barito. Sebagai gambaran per 1Q23 (TTM), BREN mencetak laba bersih sebesar 98 juta dolar AS, sementara BRPT hanya mencatatkan laba bersih 15,7 juta dolar AS yang utamanya disebabkan oleh rugi bersih TPIA sebesar 129,7 juta dolar AS. Valuasi P/E Ratio BREN sendiri jauh lebih rendah dibandingkan dua emiten Grup Barito lainnya di BEI, yakni BRPT dan TPIA.

Selain itu, status BREN saat ini sebagai perusahaan geothermal dengan kapasitas terpasang terbesar di Indonesia. BREN sendiri berpotensi meningkatkan NPM-nya ke depan melalui penambahan porsi kepemilikan di aset PLTP existing.

Di sisi lain, PGEO akan lebih menarik bagi investor yang lebih memilih valuasi yang lebih murah. PGEO merupakan pemain utama dari pemerintah untuk menggarap bisnis geothermal di Indonesia. Ke depan, pendapatan dan laba bersih PGEO juga berpotensi meningkat seiring rencana pertumbuhan organik dan anorganik.

Adapun beberapa risiko yang dimiliki BREN dan PGEO adalah sebagai berikut:

BREN:

  • Risiko perjanjian dengan PGEO karena aset PLTP BREN berada di atas WKP milik PGEO.

  • Risiko rasio utang berbunga terhadap ekuitas yang relatif tinggi dibandingkan PGEO. Setelah pembayaran utang dengan dana IPO, rasio utang berbunga terhadap ekuitas berada di level 3,99x.

  • Risiko valuasi BREN yang saat ini ditawarkan secara premium pada valuasi PER 60,2–70,8x dan PBV 14,1x.

PGEO:

  • Risiko pergantian personel manajemen utama yang dapat mengubah kinerja dan strategi perseroan ke depannya.

  • Risiko penambahan utang berbunga akibat rencana ekspansi organik dan anorganik yang akan dilakukan perseroan ke depannya.

  • Risiko ekspansi pada lokasi baru yang memerlukan waktu lebih lama dibandingkan ekspansi pada lokasi existing, sehingga penyelesaian proyek dapat mundur dari target awal.


________________
Penulis: 

Theodorus Melvin, Investment Analyst

Editor:

Vivi Handoyo Lie, Head of Investment Research

Edi Chandren, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Sr. Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ”„ Nikel 101: Perbedaan Produk Akhir NCKL, MBMA, INCO, dan ANTM by Theodorus Melvin

Revolusi kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir telah membuat nikel menjadi salah satu komoditas penting dalam transisi energi bersih. Namun, tahukah kamu kalau sebenarnya tidak semua produk akhir nikel dapat digunakan untuk baterai kendaraan listrik

Secara global, nikel lebih banyak digunakan sebagai bahan baku stainless steel, dan tidak serta-merta untuk baterai kendaraan listrik. Per 2021, sekitar 70% dari nikel global digunakan sebagai bahan baku stainless steel, sementara pemanfaatan untuk baterai kendaraan listrik hanya 11%.

Di Indonesia sendiri, sejumlah perusahaan tambang dan pengolahan nikel telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti Aneka Tambang ($ANTM), Vale Indonesia ($INCO), dan pendatang baru yang listing pada April 2023 seperti Trimegah Bangun Persada ($NCKL) dan Merdeka Battery Materials ($MBMA).

Lantas, siapa emiten di BEI yang produk akhirnya ditujukan untuk stainless steel, dan siapa emiten yang produk akhirnya digunakan untuk baterai kendaraan listrik?


Istilah-istilah penting dalam pertambangan nikel

Untuk menganalisis emiten pertambangan nikel, kamu perlu mengetahui terlebih dulu tingkat keyakinan sumber daya yang dimiliki emiten tersebut dan klasifikasi cadangan mineralnya

Tingkat keyakinan sumber daya menunjukkan seberapa yakin emiten terhadap jumlah sumber daya mineral yang mereka miliki di wilayah pertambangannya. Adapun klasifikasi cadangan mineral menunjukkan berapa jumlah sumber daya mineral yang menguntungkan untuk ditambang. 

Pic: Klasifikasi sumber daya dan cadangan mineral. 
Sumber: Stockbit analysis

Tingkat keyakinan sumber daya mineral tambang terdiri dari 3 kategori:

  • Sumber daya terukur (measured)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya telah diteliti oleh ahli dengan tingkat keyakinan yang tinggi

  • Sumber daya terindikasi (indicated)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya diperkirakan dengan tingkat keyakinan yang wajar melalui pengambilan sampel

  • Sumber daya tereka (inferred)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya diperkirakan dengan tingkat keyakinan yang rendah melalui asumsi dari bukti geologis

Di dunia nyata, perhitungan tingkat keyakinan sumber daya dilakukan oleh ahli geologi dengan menggunakan pengujian serta model atau simulasi tertentu. Suatu klasifikasi sumber daya dapat naik kelas – misalnya, dari terindikasi menjadi terukur – jika diteliti lebih lanjut oleh para ahli. Namun, penelitian tersebut biasanya dilakukan setelah mineral di daerah terukur mulai habis dan perlu diteliti ulang keberadaan mineralnya.

Selain tingkat keyakinan sumber daya, emiten pertambangan nikel biasanya juga mencantumkan jumlah cadangan terbukti (proven) dan cadangan terkira (probable) yang dimilikinya. Kedua istilah tersebut merujuk kepada skala keekonomian suatu mineral, yaitu perhitungan apabila mineral dapat ditambang dan menghasilkan keuntungan. Jika aktivitas penambangan di cadangan tersebut pasti untung, cadangan itu disebut terbukti (proven). Di sisi lain, ada beberapa titik cadangan yang belum tentu untung ketika ditambang. Cadangan yang belum tentu untung inilah yang disebut dengan cadangan terkira (probable).

Jumlah cadangan mineral biasanya ditentukan oleh faktor keekonomian seperti harga jual di pasaran. Jika harga komoditas sedang tinggi, semakin banyak titik yang bisa ditambang oleh emiten karena biaya untuk penambangan dapat tertutupi oleh harga jual yang tinggi. Sebaliknya, kalau harga komoditas turun, semakin sedikit titik yang bisa ditambang. Oleh karena itu, klasifikasi cadangan bisa sangat berfluktuasi – misalnya, dari proven menjadi probable atau sebaliknya.

Dua jenis mineral nikel: saprolit dan limonit

Di Indonesia, mineral nikel ditemukan dalam batuan dengan bentuk seperti tanah. Kadar nikel dalam batuan ini hanya berkisar 0,8–3% dan terbagi menjadi dua jenis, yakni saprolit dan limonit. Ibarat daging sapi, saprolit dapat dianalogikan sebagai prime cut seperti sirloin atau tenderloin, sementara limonit adalah jeroannya.

Pic:  Perbedaan antara batuan saprolit dan limonit. 
Sumber: Stockbit analysis

Batuan saprolit memiliki kandungan nikel (Ni) serta magnesium oksida (MgO) yang tinggi dan kadar kobalt (Co) yang rendah. Dengan kandungan Ni yang tinggi, nikel di batuan saprolit umumnya mudah diambil, sehingga proses ekstraksinya dapat dilakukan secara sederhana melalui panas atau yang biasa disebut sebagai proses pirometalurgi.

Sementara itu, batuan limonit memiliki kandungan nikel serta magnesium oksida yang rendah, tetapi kadar kobalt-nya tinggi. Karena batuan limonit memiliki kandungan nikel yang rendah, batuan ini dulunya tidak diproses lebih lanjut.

Meski demikian, limonit memiliki keistimewaannya sendiri: ia memiliki kadar kobalt yang tinggi. Jika kobalt tersebut dapat diekstraksi, produsen berpotensi mendapatkan keuntungan yang besar karena secara umum harga kobalt lebih tinggi 2,5x lipat dibandingkan harga nikel. Namun, ekstraksi batuan limonit perlu metode khusus dan tidak bisa menggunakan metode pirometalurgi. Metode yang cocok untuk memproses batuan limonit adalah hidrometalurgi, yakni pemrosesan menggunakan asam sulfat.


Perbedaan smelter RKEF dan HPAL: apa yang dihasilkan keduanya?

Dengan cara pemrosesan yang berbeda, batuan saprolit dan limonit memiliki smelter atau fasilitas pengolahan yang berbeda.

Pic: Perbedaan smelter RKEF dan HPAL. 
Sumber: Stockbit analysis

Saprolit – yang lebih cocok diproses dengan metode pirometalurgi – umumnya diproses dengan smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Sementara itu, batuan limonit – yang lebih cocok diproses dengan metode hidrometalurgi – menggunakan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).

Kedua smelter tersebut menggunakan prinsip pemrosesan dan hasil produk yang berbeda. Kalau kamu membaca berita, kamu mungkin akan menemukan bahwa sebuah emiten pengolahan nikel memiliki smelter RKEF saja dan bukan HPAL, atau sebaliknya, atau bahkan keduanya. 

Lalu, apa perbedaan antara smelter RKEF dan HPAL? Produk apa yang dihasilkan keduanya?

  • Smelter RKEF

  • Smelter RKEF menggunakan listrik dan batu bara kokas sebagai sumber energi dalam pemrosesannya. Secara teknis, pemrosesan nikel dengan smelter berteknologi RKEF terbagi dalam 4 bagian, yakni penyimpanan, pengeringan, pencampuran bahan, dan peleburan. Untuk detail selengkapnya, kamu bisa melihat tabel berikut ini.

Proses produksi nikel di smelter RKEF. 
Sumber: Stockbit analysis

Produk nikel dari smelter RKEF adalah feronikel (FeNi) yang memiliki komposisi utama berupa besi dan nikel. Feronikel sendiri memiliki kadar nikel sebesar 15–40%, di mana kadar nikel menentukan kualitas produk akhir. Selain feronikel, smelter RKEF juga menghasilkan nickel pig iron (NPI) yang merupakan produk feronikel dengan kualitas paling rendah (2–15% Ni). Baik NPI dan feronikel digunakan sebagai bahan baku stainless steel. Jika tidak langsung dijual, NPI dan feronikel bisa di-upgrade kualitasnya menjadi nikel matte (30–80% Ni) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Biaya investasi awal smelter RKEF relatif lebih murah dibandingkan smelter HPAL karena prosesnya relatif sederhana. Sederhananya, pemrosesan nikel di smelter RKEF mirip seperti proses memasak makanan di kompor: hanya butuh wadah pemanas dan bahan bakar. 

Meski investasi awalnya lebih murah, biaya produksi smelter RKEF lebih mahal dibandingkan smelter HPAL karena membutuhkan banyak energi, baik dari batu bara maupun listrik.

  • Smelter HPAL

    Berbeda dari smelter RKEF yang memproses nikel melalui tekanan panas, smelter HPAL memproses nikel menggunakan asam sulfat. Selain itu, berbeda dari smelter RKEF yang hanya menghasilkan produk nikel, smelter HPAL juga menghasilkan produk kobalt dan beberapa unsur logam tanah yang langka (rare earth) seperti skandium. Kobalt dan logam tanah yang langka tersebut memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan nikel, sehingga bisa memberikan keuntungan tinggi jika produsen dapat menjualnya.

    Secara teknis, pemrosesan nikel di smelter HPAL lebih rumit dibandingkan smelter RKEF. Setidaknya, ada 7 bagian besar dalam pemrosesan smelter HPAL, yakni pengentalan, pencampuran asam, penetralan, pemisahan padatan, pemurnian Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), pemisahan kotoran, pemurnian Mixed Sulphate Precipitate (MSP). Untuk detail selengkapnya, kamu bisa melihat tabel berikut ini.

Proses produksi nikel di smelter HPAL. 
Sumber: Stockbit analysis

Produk nikel yang dihasilkan oleh smelter HPAL terdiri dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Mixed Sulphate Precipitate (MSP), dan nikel sulfat. Ketiganya memiliki bentuk seperti butiran garam, yang secara teknis disebut presipitat.

Produk MHP bisa langsung dijual ke pabrik pengolahan baterai untuk diolah lebih lanjut atau diolah sendiri. Apabila ingin diolah sendiri, MHP yang terbentuk dimurnikan kembali dengan proses leaching and purification menggunakan berbagai pelarut. Setelah dimurnikan, padatan kembali diambil kembali (lihat tabel) dengan produk akhir MSP yang terdiri dari nikel sulfat dan kobalt sulfat. Campuran MSP ini kemudian bisa dijual langsung ke pabrik pengolahan baterai atau dipisahkan dulu menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat untuk dijual dengan harga yang lebih mahal.

Dibandingkan dengan smelter RKEF, pemrosesan kimia di smelter HPAL relatif lebih sulit, sehingga lebih banyak membutuhkan alat dan tahapan yang menyebabkan biaya investasi awalnya lebih mahal. Oleh karena itu, masih sedikit pelaku industri yang baru yang membuat fasilitas ini, dengan sebagian besar masih dalam tahap rencana. Saat tulisan ini dibuat, baru ada 1 emiten di BEI yang sudah mengoperasikan smelter HPAL, yakni $NCKL melalui PT Halmahera Persada Lygend. 

Meski biaya investasi awalnya lebih mahal, biaya produksi smelter HPAL lebih murah dibandingkan smelter RKEF karena tidak membutuhkan energi dan tempat yang terlalu besar. Dengan kualitas hasil produk nikel yang lebih tinggi dan margin keuntungan yang lebih besar, biaya investasi awal smelter HPAL dapat sepadan jika dikalkulasi dengan tepat.


Produk akhir nikel dan penentuan harga jual

Untuk meringkas, produk nikel di Indonesia terdiri dari 8 jenis, yakni 2 bijih (limonit dan saprolit), 3 feronikel (NPI, FeNi, dan nikel matte), dan 3 presipitat (MHP, MSP, dan nikel sulfat). Di luar negeri, smelter RKEF juga dapat menghasilkan produk nikel murni. Namun, karena produk tersebut belum diproduksi di Indonesia, artikel ini tidak membahas produk tersebut lebih lanjut.

Secara umum, produk dengan kandungan nikel yang tinggi membutuhkan lebih banyak tahapan pemrosesan, mulai dari bijih hingga menjadi nikel murni. Seluruh produk nikel dapat diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan produk akhir, yaitu nikel kelas 1 (battery grade nickel) dan nikel kelas 2 (stainless steel grade nickel). Untuk rinciannya, lihat tabel berikut ini.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana penentuan harga jual produk nikel yang beragam ini? 

Secara umum, harga jual produk nikel dihitung dengan harga per ton nikel ekivalen (ton Ni). Sederhananya, seluruh produk akan dihargai berdasarkan kadar nikelnya (sisa unsur lainnya dihargai dengan rendah atau bahkan nol). Jika kadar nikelnya semakin rendah, harga per ton produk tersebut biasanya semakin rendah dan sebaliknya.

Di sinilah peran pentingnya hilirisasi. Sebab, jika produsen hanya terus menjual bijih nikel dalam bentuk mentah, maka unsur-unsur lainnya – seperti besi, kobalt, dan logam tanah yang langka – akan dihargai sangat rendah atau bahkan tidak dihargai. Padahal, unsur logam non-nikel tersebut dapat dijual dengan harga jual yang cukup mahal, bahkan beberapa di antaranya bisa lebih mahal dari nikel.

Benchmark harga jual nikel mengacu indeks global seperti London Metal Exchange (LME), Shanghai Metals Market (SMM), dan indeks Harga Mineral Acuan (HMA). Ketiga indeks ini memiliki pergerakan harga yang relatif mirip, tapi tetap memiliki selisih harga.

Formula harga jual masing-masing produk kemudian dihitung menggunakan harga patokan mineral (HPM) yang dipengaruhi besar kadar nikel, Harga Mineral Acuan (HMA), dan correction factor. Correction factor ini yang memperhitungkan nilai diskon atau premium dari kualitas produk yang dihasilkan.

Selain faktor-faktor di atas, faktor penting yang juga menentukan harga jual adalah hukum supply-demand dari setiap produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam beberapa kesempatan, harga produk nikel premium dapat dihargai sama atau lebih murah dibandingkan produk dengan kemurnian rendah, contohnya nikel matte yang harga nikel per ton-nya lebih rendah dibandingkan NPI.

Perbandingan valuasi 4 emiten pengolah nikel terbesar di Indonesia. 
Sumber: Stockbit analysis

Saat ini, beberapa produsen ternama di Indonesia yang memproduksi masing-masing produk nikel adalah:

  • NPI: $MBMA, $HRUM

  • FeNi: $ANTM, $NCKL

  • Nikel matte: $INCO, $MBMA (tahap rencana melalui PT Zhao Hui Nickel, ekspektasi beroperasi pada 2H23) 

  • Produk presipitat: $NCKL, $INCO (proses pembangunan yang bekerja sama dengan Zhejiang Huayou dan Ford Moto, diekspektasikan sselesai pada 2022-2026), dan $MBMA (tahap rencana bersama Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., diekspektasikan beroperasi pada 2025)

Dengan perbedaan produk serta valuasi masing-masing emiten, emiten nikel apa yang menjadi favoritmu? We provide, you decide!

_______________

Penulis: 

Theodorus Melvin, Investment Analyst

Editor: 

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.