Salah satu fakta era modern saat ini adalah semakin banyak orang yang menyadari pentingnya investasi sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai kekayaan. Sebagai bukti, makin banyak topik talkshow di televisi, radio, bahkan di banyak artikel populer di media massa terkait investasi. Mulai dari memperkenalkan berbagai jenis investasi hingga tips sukses investasi.
Alasan orang berinvestasi cukup bervariasi, namun kebanyakan adalah untuk menumbuhkan nilai kekayaan dan mencapai kebebasan finansial di masa pensiun. Tak sedikit orang yang bingung karena merasa sudah mengikuti berbagai tips tapi masih saja belum berhasil dalam investasinya. Nah, terkait masalah ini, kita bisa coba mengikuti pakem berinvestasi dari orang sukses seperti milliarder saham terkenal asal Amerika, siapa lagi kalau bukan Warren Buffett. Dia dikenal sebagai salah satu orang terkaya di dunia, karena kejeniusannya dalam urusan investasi.
Setelah ditelusuri, ternyata kunci keberhasilan opa Buffett dalam investasi adalah karena ia tidak memiliki prinsip seperti kebanyakan orang. Mau tahu apa saja prinsip Buffett ini?
Dunia semakin rumit! Meski begitu, tetaplah berpikir sederhana
Kita semua sadar, dunia berkembang begitu cepat. Teknologi dan terobosan baru selalu muncul dalam hitungan jam, disrupsi terjadi di mana-mana, selalu ada saja hal baru yang muncul dan diprediksi akan menjadi besar. Akhirnya, investor berbondong-bondong untuk menanamkan modal pada usaha rintisan ini.
Tapi, Milliarder Buffett berbeda, cara berpikirnya tetap sederhana, ia hanya berinvestasi pada hal-hal yang sudah terbukti jadi kebutuhan utama dalam kehidupan banyak orang, misalnya bisnis makanan, minuman, atau energi. Buffett tercatat berinvestasi di perusahaan seperti Kraft Heinz, Wells Fargo, dan Coca-Cola. Bukan berarti menolak berbagai inovasi yang bermunculan, Buffett hanya tidak mudah tergoda menanamkan modal pada produk yang diprediksi akan 'meledak' di pasaran, namun faktanya belum punya konsumen yang jelas.
Kenali seluk beluk bisnis yang akan ditanamkan modal
Poin ini masih berkaitan dengan poin sebelumnya, menurut Buffett, mengenali bidang usaha dari perusahaan yang akan dipilih untuk investasi adalah sangat penting. Maksudnya begini, banyak orang di luar sana memutuskan untuk berinvestasi setelah ditawari oleh pihak yang belum mereka kenal dengan baik. Mereka tergiur dengan janji tingkat keuntungan besar yang akan diperoleh. Padahal, belum tentu mereka paham bidang usahanya seperti apa.
Ia terang-terangan menyatakan kalau tidak mau berinvestasi pada bisnis yang tidak diketahuinya secara mendalam. Yang menarik juga, Buffett bahkan merasa perlu mengenal manajemennya, menurut Buffett karakter orang yang menjalankan bisnis akan sangat menentukan kegagalan atau kesuksesan investasi yang ia lakukan. Jika ia merasa si pengelola tidak memiliki cukup kompetensi , maka Buffett pun akan menarik dana investasinya di perusahaan tersebut.
Paham betul nilai riil sebuah bisnis atau produk
Selain mengenal bidang dan manajemen yang mengelola, Buffett juga sangat ketat menyeleksi usaha atau produk yang jadi sasaran investasinya. Ia mesti benar-benar mengetahui nilai intrinsik dari bisnis tersebut. Misal begini, dengan tren pasar yang dinamis dan berubah-ubah, selalu ada saja produk atau bidang usaha yang mendadak mencuat jadi primadona. Dan ya, sesuai dengan hukum ekonomi, jika ketertarikan meningkat, maka nilainya pun melambung tinggi.
Kebanyakan orang akan tergoda dengan fenomena semacam itu, hingga mereka pun menginvestasikan dananya pada produk atau bidang usaha yang populer tadi. Padahal, nilai sesungguhnya belum tentu setinggi itu. Cara berinvetasi semacam ini sangat dihindari Warren Buffett. Ia berusaha keras mencari tahu nilai sesungguhnya dari sasaran investasinya. Jika memang nilai riilnya tinggi, baru Buffett memutuskan untuk berinvestasi.
Baca Juga: (Analisa Fundamental Saham) 3 Rasio Untuk Memilih Saham Yang Sedang Murah
Pasar rentan terpengaruh pemberitaan media massa, tapi Buffett tidak menghiraukan headline Berita
Di tengah arus informasi semakin deras, satu berita atau celetukan di media sosial saja bisa memicu polemik dan pergunjingan banyak orang. Hal semacam ini seringkali juga mempengaruhi sektor investasi akibat ada kepanikan atau antusiasme berlebihan terhadap suatu hal.
Tapi buat Buffett, ia merasa tidak peduli dengan headline berita atau rumor yang beredar di media massa. Seperti diterangkan sebelumnya, kalau ada antusiasme berlebihan pada produk atau usaha tertentu, Buffett akan melihat dan mempelajari dulu nilai riilnya secara cermat, dan tidak tergesa-gesa menanamkan modal.
Pahami cara mengukur kinerja investasi
Selain memperhitungkan kinerja investasi dengan baik, Buffett juga tidak mengharapkan keuntungan dalam waktu cepat. Menurutnya, kesalahan banyak investor adalah tidak berpikir panjang, dan akhirnya mengharapkan keuntungan instan. Terkait hal itu, seorang investor harus tidak mudah panik jika keadaan sedang memburuk, tapi juga tidak mudah tergoda kalau ada saham yang mendadak populer di pasar.
Jangka waktu investasi Buffett minimal adalah lima tahun. Hal itupun ia lakukan lewat proses yang sebelumnya sudah Stockbit bahas, mulai dari pilihan sektor usaha, mengenal bidang dan manajemen yang mengelola, memastikan nilai intrinsik, dan tentunya memantau kinerja investasinya dengan baik. Sederet prinsip dari Buffett ini sebetulnya tidak serumit yang dibayangkan. Bahkan, kita bisa menggunakannya untuk keperluan investasi kita, meski skalanya tidak sebesar yang dijalani Buffett.
Kehadiran berbagai aplikasi analisa saham seperti Stockbit memungkinkan investor pemula maupun berpengalaman untuk melakukan riset dan mengambil keputusan investasi yang lebih tepat. Cek fitur-fiturnya!