Bulan September merupakan bulan yang cukup menegangkan bagi para investor saham. Pasalnya, sejarah telah mencatat bahwa bulan September seringkali menjadi saksi kejatuhan tajam harga saham di pasar saham.
Fenomena jatuhnya nilai saham pada bulan September biasa dikenal dengan istilah Black September saham atau September effect.
Kondisi ini dikenal sebagai anomali saham musiman seperti halnya Jannuary Effect, Sell in May and Go Away dan Window Dressing.
Pengertian dan Sejarah Black September Saham
Black September adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan tajam harga saham di pasar saham pada bulan September.
Fenomena ini terjadi dalam berbagai tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti krisis ekonomi, ketidakstabilan politik, atau keputusan kebijakan yang tidak terduga.
Asal-usul istilah Black September saham dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 1970, ketika Amerika Serikat mengalami resesi. Saat ekonomi melemah, pasar saham mulai menurun, dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun dari puncaknya sekitar 1.000 poin di bulan Januari menjadi sekitar 800 poin di bulan September.
Situasi diperparah oleh sejumlah faktor lain, termasuk kenaikan suku bunga, dolar yang menurun, dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Faktor-faktor ini digabungkan untuk menciptakan badai yang sempurna bagi pasar saham, yang menyebabkan penurunan tajam harga saham.
Contoh lain Black September terjadi pada tahun 1997 di Asia Tenggara menyusul krisis keuangan yang melanda beberapa negara di kawasan tersebut, antara lain Indonesia, Thailand, dan Korea Selatan. Krisis ini disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor seperti ketidakstabilan politik, inflasi yang tinggi, dan utang yang berlebihan. Akibatnya, banyak perusahaan di kawasan tersebut bangkrut, yang pada akhirnya mempengaruhi harga saham di pasar saham.
Di Indonesia sendiri, efek dari krisis tersebut bisa kita lihat puncaknya pada bulan Agustus 1998 yang kemudian berlanjut di bulan berikutnya. Dimana selama periode 2 bulan tersebut di tahun 1998, IHSG tercatat mengalami penurunan hingga 36,8%.
Tiga tahun berselang, pasar saham global dikagetkan kembali dengan peristiwa serangan teroris 9/11 yang terjadi pada bulan September 2001. Kala itu, pasar saham di Amerika Serikat sempat mengalami penurunan yang sangat tajam dimana indeks Dow Jones Average turun lebih dari 14%, Indeks S&P 500 anjlok 11,6%, dan indeks Nasdaq turun hingga 16% dengan perkiraan nilai modal yang hilang mencapai $1,4 triliun selama periode ini.
Pada tahun 2008, Black September terjadi di Amerika Serikat setelah krisis keuangan global yang disebabkan oleh jatuhnya pasar subprime mortgage. Krisis ini menyebabkan banyak perusahaan keuangan besar di AS bangkrut, terutama perusahaan investasi Lehman Brothers, yang pada akhirnya mempengaruhi pasar saham AS dan global, tidak terkecuali Indonesia.
Melihat setumpuk catatan kelam yang terjadi di bursa saham pada bulan September, tentunya bukan hal yang mengejutkan bila ada sebagian kalangan yang menganjurkan investor untuk keluar dari pasar modal selama bulan September agar terhindar dari risiko kerugian.
Pengaruh sentimen Black September saham terhadap kinerja IHSG
Jika melihat data kinerja bulanan IHSG pada bulan September selama kurun waktu 20 tahun terakhir (2003 - 2022). Data ini menggunakan fitur Seasonality dari Stockbit. Maka kita akan menemukan bahwa secara rata-rata kinerja IHSG pada bulan September cenderung lebih banyak naiknya daripada turun dengan rata-rata kenaikan bulanan sebesar 1.34%.
Hal ini berarti bahwa pengaruh sentimen Black september saham atau September effect terhadap kinerja pasar saham di Indonesia sebetulnya tidak begitu signifikan. Bahkan secara persentase, besar pengaruhnya cuma sebesar 40% alias setengah saja tidak sampai.
Kendati demikian investor tetap disarankan berhati-hati dengan terus memantau kondisi ekonomi global secara berkala agar dapat melakukan tindakan mitigasi risiko lebih awal untuk menghindari potensi kerugian yang lebih besar.
Rekomendasi Menghadapi Black Septemebr
Sementara Black September dapat menyebabkan penurunan tajam pada harga saham, ada juga peluang untuk memanfaatkan situasi tersebut. Banyak investor mencoba mencari saham yang dijual dengan harga murah di pasar saham ketika Black September terjadi, karena mereka berharap harga saham pada akhirnya akan naik kembali setelah kondisi stabil.
Sebagai investor, ada beberapa strategi yang bisa kamu lakukan ketika menghadapi sentimen Black September saham, yaitu:
Pertama, kamu dapat mendiversifikasi portofolio investasi kamu dengan membeli saham dari berbagai sektor dan negara. Ini akan membantu mengurangi risiko jika terjadi penurunan di sektor atau negara tertentu.
Kedua, kamu dapat secara teratur mengikuti berita ekonomi dan politik untuk tetap mendapat informasi tentang potensi risiko dan peluang di pasar saham.
Ketiga, selalu siapkan uang tunai dalam jumlah lumayan setiap saat agar ketika terjadi penurunan harga saham yang tajam pada bulan, kamu sudah memiliki cukup amunisi yang bisa dipakai untuk membeli saham-saham premium di harga diskon.
Terakhir, pertimbangkan untuk bekerja dengan penasihat keuangan profesional yang dapat membantu kamu membuat keputusan investasi yang lebih tepat dan sesuai berdasarkan tujuan keuangan dan tingkat toleransi risiko kamu.