Sebagai investor saham, kamu pasti pernah mendengar istilah Sell in May and Go away. Istilah ini merujuk pada sebuah strategi investasi saham yang menyarankan investor untuk menjual sahamnya di bulan Mei lalu membeli kembali saat akhir tahun.
Kondisi ini dikenal sebagai anomali saham musiman seperti halnya Jannuary Effect, Black September dan Window Dressing.
Bukan tanpa alasan, strategi sell in may muncul karena ditemukannya pola historis yang menunjukkan bahwa harga saham cenderung berkinerja buruk selama periode Mei hingga Oktober. Sehingga investor lebih disarankan untuk tidak berinvestasi saham selama periode enam bulan tersebut
Namun, apakah teori tersebut valid atau justru cuma mitos belaka? Untuk mengetahuinya, simak artikel berikut ini yang akan menjelaskan secara lengkap tentang pengertian, sejarah, dan seberapa besar pengaruh strategi Sell in May and Go Away di pasar saham Indonesia.
Read More
Black September adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan penurunan tajam harga saham di pasar saham pada bulan September.
Fenomena ini terjadi dalam berbagai tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti krisis ekonomi, ketidakstabilan politik, atau keputusan kebijakan yang tidak terduga.
Asal-usul istilah Black September saham dapat ditelusuri kembali ke awal tahun 1970, ketika Amerika Serikat mengalami resesi. Saat ekonomi melemah, pasar saham mulai menurun, dengan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun dari puncaknya sekitar 1.000 poin di bulan Januari menjadi sekitar 800 poin di bulan September.
Situasi diperparah oleh sejumlah faktor lain, termasuk kenaikan suku bunga, dolar yang menurun, dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Faktor-faktor ini digabungkan untuk menciptakan badai yang sempurna bagi pasar saham, yang menyebabkan penurunan tajam harga saham.
Read More
January Effect sering menjadi topik perbincangan para investor saham karena banyak yang menganggapnya sebagai salah satu anomali musiman yang sering diperhatikan oleh trader maupun investor.
Namun, seperti halnya fenomena-fenomena pasar lainnya, January Effect tidak selalu terjadi secara pasti setiap tahun. Apa itu January effect saham dan bagaimana strategi berinvestasi saham memanfaatkan momen ini? Yuk, simak artikel berikut!
January Effect adalah fenomena yang sering terjadi di pasar saham, dimana harga saham-saham cenderung meningkat pada bulan Januari. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Sidney Wachtel, seorang bankir di Amerika Serikat, pada tahun 1942.
Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan bahwa sejak tahun 1925 harga saham-saham di bursa saham AS cenderung mengalami peningkatan pada bulan Januari, terutama untuk saham-saham small caps dengan kapitalisasi pasar kecil. Adapun peningkatan harga saham umumnya terjadi sebelum pertengahan Januari hingga akhir bulan.
Read More