Saham adalah sebuah instrumen investasi yang menguntungkan, namun juga berisiko tinggi. Oleh sebab itu, investor perlu melakukan analisis terlebih dulu sebelum membeli saham agar dapat mengurangi risiko. Analisis saham dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan sejumlah indikator saham.
Saat ini, ada banyak jenis indikator saham yang tersedia, namun tidak semua indikator cocok untuk setiap situasi atau strategi. Oleh karena itu, penting untuk memahami fungsi, kelebihan, dan kekurangan dari masing-masing indikator sebelum menggunakannya.
Berikut adalah lima indikator saham yang populer dan sering digunakan oleh para investor.
Pengertian Indikator Saham
Indikator saham adalah alat yang dapat memberitahu kita tentang kondisi, tren, dan prospek suatu saham. Dengan indikator saham, kita dapat menganalisis kinerja suatu saham dan mengambil keputusan investasi berdasarkan data-data yang relevan.
Ada dua jenis indikator saham yang umum, yaitu indikator teknikal dan indikator fundamental.
Indikator teknikal adalah indikator yang berdasarkan pada pola dan perhitungan dari data historis harga saham, seperti tren, support, resistance, momentum, volatilitas, dan lainnya.
Sedangkan, indikator fundamental adalah indikator yang berdasarkan pada data keuangan dan bisnis perusahaan, seperti laba, aset, utang, dividen, pertumbuhan, valuasi, dan lainnya.
5 Indikator Saham Populer
1. Price to Earning Ratio (PER)
Price to earning ratio (PER) adalah rasio yang mengukur harga saham dibandingkan dengan laba bersih per lembar sahamnya. PER dapat digunakan untuk menilai apakah harga saham suatu perusahaan termasuk murah atau mahal.
PER dihitung dengan cara membagi harga saham dengan laba bersih per lembar saham (earning per share atau EPS). PER juga dapat diartikan sebagai variabel yang menggambarkan psikologis pasar, yaitu berupa ekspektasi dan persepsi pasar terhadap suatu saham.
Semakin tinggi PER, berarti semakin tinggi ekspektasi pasar terhadap kinerja perusahaan, dan sebaliknya.
2. Price to Book Value (PBV)
Price to book value (PBV) adalah rasio yang mengukur harga saham dibandingkan dengan nilai buku per lembar sahamnya. Nilai buku per lembar saham adalah nilai aset bersih perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar. PBV dapat digunakan untuk menilai apakah harga saham suatu perusahaan termasuk undervalued atau overvalued.
PBV dihitung dengan cara membagi harga saham dengan nilai buku per lembar saham. PBV juga dapat diartikan sebagai variabel yang menggambarkan nilai intrinsik atau nilai sebenarnya dari suatu saham. Semakin rendah PBV, berarti semakin murah harga saham dibandingkan dengan nilai asetnya, dan sebaliknya.
Umumnya, saham dengan nilai PBV di atas 1 dianggap mahal (overvalued) karena mencerminkan harga saham yang melebihi nilai buku perusahaan. Sebaliknya, saham dengan nilai PBV kurang dari 1 dianggap murah atau undervalued sehingga banyak dicari oleh investor.
3. Return on Equity (ROE)
Return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur laba bersih perusahaan dibandingkan dengan modal sendiri atau ekuitasnya. ROE dapat digunakan untuk menilai seberapa efisien manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dan pertumbuhan dari modal yang disediakan oleh pemegang saham.
ROE dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan ekuitas. ROE juga dapat diartikan sebagai variabel yang menggambarkan tingkat pengembalian atau keuntungan yang diperoleh pemegang saham dari investasi mereka.
Semakin tinggi ROE, berarti semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan dari setiap rupiah modal yang diinvestasikan, begitupun sebaliknya.
4. Moving Average (MA)
Moving average (MA) adalah indikator yang menghitung rata-rata harga saham dalam periode waktu tertentu, seperti 5 hari, 20 hari, 50 hari, atau 200 hari. MA dapat digunakan untuk mengidentifikasi tren, support, dan resistance dari pergerakan harga saham.
MA juga dapat digunakan untuk menghasilkan sinyal beli atau jual dengan menggunakan metode crossover, yaitu ketika MA periode pendek memotong MA periode panjang dari bawah (disebut golden cross = sinyal beli) atau dari atas (disebut death cross = sinyal jual).
5. Relative Strength Index (RSI)
Relative strength index (RSI) adalah indikator yang mengukur seberapa kuat atau lemahnya pergerakan harga saham dalam periode waktu tertentu, biasanya 14 hari.
RSI dapat digunakan untuk mengidentifikasi kondisi overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual) dari pergerakan harga saham.
Indikator RSI bertujuan untuk dapat mendeteksi sinyal beli dan sinyal jual. Dengan melihat patokan posisi overbought (garis memotong level 70 dari atas) dan oversold (garis memotong level 30 dari bawah), maka trader bisa menentukan kapan momen yang tepat untuk melakukan transaksi beli atau jual pada saham.
Screening Saham Unggulan dengan Cepat lewat Fitur Screener Stockbit
Itulah lima indikator saham yang populer dan sering digunakan oleh para pelaku pasar. Namun, perlu diingat bahwa tidak ada indikator saham yang sempurna atau akurat 100%.
Oleh karena itu, penting untuk menggunakan lebih dari satu indikator saham untuk mendapatkan konfirmasi dan validasi dari sinyal yang dihasilkan. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan faktor-faktor fundamental, seperti kinerja keuangan, prospek bisnis, dan valuasi saham.
Jika kamu ingin mencari saham-saham unggulan dengan mudah, kamu bisa menggunakan fitur Screener Stockbit. Fitur ini memungkinkan kamu untuk mencari saham-saham yang sesuai dengan kriteria tertentu, seperti PBV, market cap, dividend yield, atau ikut kriteria yang digunakan oleh investor terkenal, seperti Warren Buffett, Joel Greenblatt, dan lainnya.
Dengan fitur Screener Stockbit, kamu bisa menemukan saham-saham potensial yang bisa memberikan keuntungan maksimal untuk investasi kamu.
Tunggu apa lagi? Ayo coba fitur Screener Stockbit sekarang juga!