Saham Blue Chip 2023 Apa Saja? / by Asep Irwan Gunawan

Saham Blue Chip 2023 Apa Saja

Sebagai investor kamu mungkin sudah sering mendengar istilah saham blue chip, tapi tahukah kamu apa artinya? 

Secara singkat, saham blue chip adalah saham unggulan yang berasal dari perusahaan-perusahaan besar dengan kinerja keuangan solid, bertumbuh, dan memiliki reputasi baik di pasar. 

Selain itu, saham ini juga cenderung memiliki pergerakan harga yang stabil di pasar sehingga diminati oleh para investor. Lalu, apa saja contoh saham blue chip di 2023? Simak berikut!

1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)

BBCA adalah bank swasta terbesar di Indonesia, dengan jaringan ATM yang luas dan jumlah nasabah yang mencapai jutaan. BBCA memiliki manajemen yang efisien, Return On Equity (ROE) yang tinggi, dan rasio kredit bermasalah (NPL) yang rendah. 

Bank ini juga memiliki banyak anak usaha yang bergerak di bidang perbankan syariah, asuransi jiwa, asuransi umum, sekuritas, multifinance, hingga bisnis modal ventura. 

Sejak 2009, BBCA juga rutin menebar dua kali dividen tunai kepada para pemegang saham setiap tahunnya, sehingga membuat penghasilan investor dari dividen semakin banyak. 

2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

Saham yang satu ini rasanya tidak perlu pengenalan lagi karena sudah sangat dikenal masyarakat. BRI adalah bank BUMN terbesar kedua di Indonesia yang memiliki fokus melayani nasabah segmen UMKM. 

Dalam 3 tahun terakhir, perseroan konsisten mencatat kinerja pendapatan yang bertumbuh dengan persentase kenaikan mencapai +8,1% tiap tahun (CAGR). Sementara itu, pergerakan saham BBRI di pasar juga turut mengalami kenaikan dan sempat sentuh rekor tertinggi sepanjang masa di Rp5.750/saham per 27 Juli 2023.

3. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)

BMRI adalah salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia, dengan bisnis utama di bidang perbankan korporasi, komersial, dan ritel. BMRI memiliki jaringan cabang dan ATM yang luas di seluruh Indonesia, serta layanan digital yang inovatif seperti Mandiri e-Banking, Mandiri e-Money, dan QRIS payment Livin’ by Mandiri. 

Pada 2022, Bank Mandiri sukses membukukan rekor laba bersih tertinggi sebesar Rp41,17 triliun, meningkat +47% dari laba tahun sebelumnya atau rata-rata +14% per tahun (CAGR) dari kinerja laba tahun 2019. 

Sejalan dengan kinerjanya, saham BMRI juga terpantau terus mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Bahkan harganya juga sempat sentuh rekor tertinggi sepanjang masa di Rp6.200/saham per 5 Oktober 2023.

4. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

BNI adalah salah satu bank pelat merah terbesar di Indonesia, dari sisi total aset, total kredit, maupun total dana pihak ketiga. Bank menawarkan produk dan layanan beragam yang menyasar segmen bisnis korporasi, UMKM.

Perusahaan mampu membukukan kinerja keuangan yang positif dan bertumbuh setiap tahun, kecuali saat pandemi pada 2020. Pada 2022, laba bersih BNI tercatat sebesar Rp18,3 triliun, meningkat +68% YoY atau +6% secara rata-rata (CAGR) dari 2019. 

Sementara itu, pergerakan saham BBNI di pasar juga sangat positif. Selesainya stock split berhasil mendorong harga saham ini ke level tertinggi sejak melantai di BEI, yaitu Rp10.325/saham per 29 September 2023.

5. PT Astra International Tbk (ASII)

ASII adalah salah satu konglomerat terbesar di Indonesia, dengan bisnis di berbagai sektor seperti otomotif, alat berat, pertambangan, agribisnis, infrastruktur, perbankan, asuransi, dan teknologi informasi. 

Dari sisi keuangan, perusahaan mampu mencetak laba yang positif dan cenderung meningkat setiap tahun. Perusahaan juga konsisten menebar dividen kepada pemegang saham sejak 2009. Sepanjang 2023 hingga akhir September, saham ASII tercatat sudah naik +9,2% YTD ke level Rp6.225/saham. Pun begitu, harga ini masih lebih rendah 15,3% dibandingkan harga ASII periode sama lima tahun lalu. 

6. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)

TLKM adalah BUMN yang bergerak di bidang usaha telekomunikasi, dan merupakan pemimpin pangsa pasar industri telekomunikasi di Indonesia. Perseroan konsisten mencetak pertumbuhan pendapatan tiap tahun dengan laba yang relatif terus bertumbuh. 

Hingga akhir 2022, TLKM tercatat menguasai lebih dari 75,2% pangsa pasar fixed broadband di tanah air dengan 9,2 juta pelanggan indihome dan 49,5% pangsa pasar provider seluler dengan 156,8 juta pengguna Telkomsel. Perusahaan juga konsisten membagikan dividen tiap tahun kepada pemegang saham. 

7. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) 

Saham blue chip lainnya yang patut dipertimbangkan adalah INDF. Ini adalah saham dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang merupakan produsen makanan dan minuman terbesar di Indonesia, dengan bisnis terintegrasi vertikal mulai dari bahan baku kelapa sawit (melalui SIMP dan LSIP) dan tepung terigu (Bogasari), consumer-branded products (melalui ICBP), hingga distribusi. Produk-produk andalan perseroan sangat beragam, seperti Indomie, Sarimi, Pop Mie, Supermi, Chitato, Qtela, Indomilk, Bimoli, La Fonte, dan lain-lain. 

Selain punya brand yang sudah sangat terkenal di masyarakat, INDF juga memiliki jaringan produksi dan distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia, serta pasar ekspor yang luas di berbagai negara. Hal ini membuat saham INDF dapat dipertimbangkan sebagai investasi jangka panjang. 

8. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) 

ICBP adalah salah satu saham FMCG terpopuler di Indonesia dan merupakan anak perusahaan dari INDF. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis consumer goods dengan produk andalan seperti Indomie, Pop Mie, Indomilk, dan sebagainya. 

Selain itu, ICBP juga mengoperasikan bisnis pengemasan, memproduksi kemasan fleksibel dan bergelombang untuk mendukung bisnis utama perusahaan. 

Kinerja keuangan yang solid, produk yang beragam, serta rutin membagikan dividen membuat saham ICBP ini terus diminati investor dan layak dipertimbangkan sebagai investasi jangka panjang. 

9. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)

KLBF adalah perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, dengan bisnis di bidang obat resep, obat bebas, suplemen kesehatan, nutrisi, dan produk konsumen. KLBF memiliki merek-merek yang dikenal oleh masyarakat seperti Promag, Mixagrip, Woods, Fatigon, Cerebrovit, Komix, Milna, Zee, dan lain-lain. 

Dalam lima tahun terakhir, perusahaan konsisten mencatatkan pertumbuhan pada kinerja pendapatan dan laba bersih. Pada 2022, laba bersih KLBF tercatat sebesar Rp3,4 triliun. Angka ini naik +6,2% dibanding tahun sebelumnya (YoY) dan +10,5% secara rata-rata (3-year CAGR) dari 2019. 

Seiring dengan pertumbuhan laba perseroan, pergerakan saham KLBF di pasar juga terpantau berada dalam tren naik. Terbaru, saham ini diperdagangkan di level Rp1.785/saham, naik +29,8% dari harga saham lima tahun lalu. 

10. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

UNVR adalah perusahaan consumer goods terbesar di Indonesia, dengan portofolio produk yang beragam meliputi sabun mandi, deterjen, pasta gigi, sampo, kosmetik, minuman ringan, es krim, dan lain-lain. 

UNVR memiliki merek-merek ternama dan terpercaya di kalangan konsumen Indonesia, seperti Lifebuoy, Rinso, Pepsodent, Clear, Pond’s, Buavita, Wall’s, dan Sunlight. Selain itu, UNVR juga memiliki jaringan distribusi yang luas dan efisien di seluruh Indonesia. 

Kinerja saham UNVR cenderung menurun dalam lima tahun terakhir, sejalan dengan penurunan kinerja keuangan di tengah pelemahan daya beli masyarakat saat pandemi dan ketatnya persaingan di sektor FMCG. Namun, sejak 2009 perseroan tetap rutin membagikan dividen dengan payout ratio tinggi kepada pemegang saham.

11. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)

HMSP adalah produsen rokok kretek terbesar di Indonesia, dengan merek-merek seperti Sampoerna A, Sampoerna Kretek, Dji Sam Soe, Marlboro, dan lain-lain. HMSP merupakan anak usaha dari Philip Morris International, salah satu perusahaan tembakau terbesar di dunia. 

Mirip GGRM, kinerja laba HMSP juga mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah yang terus menaikkan cukai rokok sehingga menyebabkan laba semakin tergerus. 

Selain bisnis rokok konvensional, perusahaan juga mulai masuk ke bisnis rokok elektrik sejak 2019 melalui merek IQOS, yang merupakan produk dari Philip Morris.

12. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)

GGRM adalah produsen rokok kretek terbesar kedua di Indonesia, dengan merek-merek seperti Gudang Garam, Surya, GG Mild, Djaja, dan lain-lain. 

Meski kinerja labanya dalam tren menurun tiga tahun terakhir, perusahaan terbilang masih memiliki fundamental yang kuat dengan pangsa pasar mencapai 25,5% pada tahun 2022 berdasarkan riset pasar Nielsen.

Selain itu, GGRM termasuk cukup rutin bagi dividen kepada pemegang saham, kecuali pada 2020 saat pandemi. 

Beli Saham Blue Chip di Stockbit

Demikian ulasan singkat mengenai saham-saham Blue Chip yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Dari daftar saham di atas, emiten-emiten iniu rutin bagi dividen. 

Jadi, kalau tertarik dapat dividen, kamu bisa investasi di saham-saham blue chip. Sekarang, kamu bisa membeli saham blue chip dengan mudah lewat aplikasi Stockbit dari PT Stockbit Sekuritas Digital yang sudah berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berikut adalah cara membeli salah satu saham Blue Chip di Stockbit, misalnya BBNI:

Cara beli Saham Bluechip
  • Buka aplikasi Stockbit

  • Top up RDN, pastikan nominalnya ada dan cukup untuk melakukan pembelian saham BBNI (minimal pembelian saham 1 lot = 100 lembar). Jika tidak, silahkan isi saldo RDN terlebih dulu.

  • Klik menu Search, cari saham BBNI atau PT Bank Negara Indonesia Tbk

  • Klik tombol Buy

  • Masukan harga pembelian dan jumlah lot saham yang ingin kamu beli

  • Klik Buy, lalu Confirm.

Yuk, mulai investasi saham di Stockbit. Fitur profesional untuk investasi saham terlengkap seperti fitur Keystats kamu bisa melihat laporan keuangan mulai dari valuasi perusahaan hingga pembagian dividen deretan saham blue chip secara real time.  

Fitur Keystats di aplikasi saham Stockbit untuk melihat valuasi perusahaan, dividen hingga performa harga saham

Disclaimer:

Semua konten dalam website ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu.