Unboxing Sektor

๐Ÿ˜Ž Ekonomi Pulih, Sektor Retail Siap Tancap Gas? by Stockbit Snips

๐ŸŽ’Starter Pack Buat Analisis Sektor Retail

๐Ÿ‘‹ Stockbitor!
Stockbit Academy baru saja merilis Unboxing Sektor Retail. Dalam Unboxing ini, kamu bisa mendapatkan rangkuman laporan performa emiten di sektor retail, meliputi:

  • Tren pemulihan kinerja emiten sektor retail seiring relaksasi pembatasan Covid-19

  • Proporsi biaya tetap dan pengaruhnya terhadap kinerja emiten retail

  • Profil dan komparasi performa emiten retail, mulai dari RALS, ERAA, MAPI, LPPF, hingga ACES

  • Konsensus analis terkait pendapatan, laba bersih, dan target price masing-masing emiten retail pada 2022

Tersedia juga berbagai Unboxing sektor lainnya, seperti Sektor Perbankan, Sektor Properti, Sektor Kesehatan, Menara Telekomunikasi, Sektor Teknologi, dan Consumer.


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

๐Ÿ›’ Analisis Sektor Consumer Goods (FMCG): ICBP, INDF, MYOR, UNVR, KLBF, SIDO by Stockbit Snips

๐Ÿ‘‹ Stockbitor!

Fast-moving consumer goods (FMCG) atau lebih dikenal sebagai consumer goods adalah produk yang dikonsumsi oleh konsumen dalam keseharian. Sesuai namanya (fast-moving), produk ini pada umumnya memiliki masa simpan yang pendek (short shelf life), dibeli konsumen secara berulang dalam jumlah yang banyak, dan dikonsumsi secara cepat. 

Contoh produk FMCG di antaranya makanan dan minuman, sembako, produk kebersihan dan perawatan tubuh (home and personal care), obat bebas (OTC), hingga rokok.

Karena termasuk kebutuhan pokok, karakteristik lain dari produk FMCG yakni non-cyclical alias konsumsinya relatif tidak terpengaruh siklus ekonomi. Ketika ekonomi sedang ekspansi maupun resesi, orang akan tetap mengonsumsi produk-produk di atas, bukan?

Satu hal yang sangat melekat dengan produk FMCG adalah brand. Di satu rak supermarket untuk kategori sabun mandi, misalnya, terdapat berbagai brand yang berasal dari banyak perusahaan. Bahkan, satu perusahaan dapat mengembangkan beberapa brand dalam kategori produk yang sama untuk menyasar segmen konsumen yang berbeda. 

Kembali ke contoh sabun mandi, Unilever (UNVR) memiliki brand Lifebuoy dan Lux. Untuk kategori sampo, ada Clear, Clear Men (sampo khusus pria), dan Sunsilk (sampo khusus wanita).

Selain terkait segmentasi pasar, mengapa brand menjadi sangat penting bagi perusahaan FMCG atau consumer goods? Hal ini disebabkan produk FMCG sangat beragam dan merupakan substitusi satu sama lain sehingga perusahaan perlu membangun brand equity yang membedakannya dari kompetitor. Dengan memiliki brand equity yang kuat, perusahaan juga dapat memiliki pricing power yang lebih besar dalam penentuan harga jual produk.

Salah satu cara untuk membangun brand equity adalah melalui iklan dan promosi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika produk FMCG mendominasi iklan di TV. Perusahaan FMCG mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk beban iklan dan promosi, yang besarannya rata-rata mencapai 7,6% dari pendapatan.

Saham Perusahaan FMCG Terbesar di Indonesia

Sebagian besar dari kita pasti sudah familiar dengan produk FMCG atau consumer goods. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, setiap hari kita mengonsumsi produk tersebut. Namun, mungkin belum banyak yang tahu bahwa selain hanya menjadi konsumen produknya, kita juga bisa menjadi pemilik perusahaannya dengan membeli sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Per April 2022, terdapat sekitar 90 perusahaan FMCG yang tercatat di BEI. Sektor FMCG sendiri berkontribusi terhadap 10% dari total market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berikut ini ringkasan mengenai 4 perusahaan FMCG terbesar di Indonesia.

1. Indofood (ICBP dan INDF)

Indofood adalah bagian dari Salim Group, dengan pemegang saham pengendali Anthoni Salim, orang terkaya ke-3 di Indonesia versi Forbes 2021. Indofood (INDF) bergerak di bisnis yang terintegrasi secara vertikal mulai dari kelapa sawit (melalui SIMP dan LSIP), tepung Bogasari, dan produk konsumen melalui Indofood CBP (ICBP). 

Beberapa brand unggulan Indofood di antaranya Indomie, Indomilk, Chitato, Bumbu Racik, Promina, Bogasari, La Fonte, Bimoli, dan Palmia.

Indofood CBP mengakuisisi Pinehill Company Limited (PCL) senilai hampir 3 miliar dolar AS pada 2020. PCL sendiri menjual produk Indomie untuk pasar Afrika dan Eropa. Akuisisi tersebut tampak membuahkan hasil karena adanya konsolidasi kinerja PCL ke dalam laporan keuangan Indofood CBP. Tercatat penjualan ICBP tumbuh +21,8% YoY pada 2021, lebih tinggi dari +10,3% YoY pada 2020.

2. Mayora (MYOR)

Mayora Indah dikenal melalui brand Kopiko, Roma, Danisa, Choki Choki, Better, Torabika, Astor, Beng-Beng, Energen, hingga Le Mineral. Pemegang saham pengendalinya yakni Jogi Hendra Atmadja, orang terkaya ke-9 di Indonesia menurut Forbes 2021.

Mayora juga termasuk perusahaan FMCG Indonesia dengan penjualan ekspor terbesar, yakni mencapai 43% dari total penjualan 2021. Produk perseroan juga telah hadir di lebih dari 100 negara. Perseroan membukukan penjualan Rp27,9 T per 2021, tumbuh +14% YoY.

3. Unilever (UNVR)

Berikutnya contoh emiten consumer goods adalah Unilever Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan FMCG paling awal di Indonesia yang berdiri sejak 1933. Unilever menjadi perusahaan FMCG dengan market cap terbesar di BEI, yakni Rp148 T per April 2022. Produk perseroan juga sangat dikenal luas, misalnya Lifebuoy, Sunlight, dan Royco, yang mana ketiganya memiliki brand penetration masing-masing 91,6%, 88,4%, dan 81,4%, menurut Kantar Indonesia 2021.

Perseroan memiliki dua segmen usaha, yakni home and personal care yang berkontribusi terhadap 67% penjualan dan segmen foods and refreshment dengan kontribusi 33%. Per 2021, perseroan membukukan penjualan Rp39,5 T (-8% YoY).

4. Kalbe Farma (KLBF)

Kalbe merupakan perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara (berdasarkan market cap) yang sahamnya sudah tercatat di BEI. Salah satu pendirinya yaitu Boenjamin Setiawan, orang terkaya ke-8 di Indonesia menurut Forbes 2021. 

Beberapa brand unggulan milik Kalbe dalam segmen consumer health di antaranya Promag, Komix, Woods, Mixagrip, Procold, Neo Entrostop, dan Extra Joss.

Perseroan juga memiliki divisi nutritionals dengan produk utama susu bubuk untuk berbagai segmen usia. Beberapa brand unggulannya adalah Prenagen, Milna, Entrasol, dan Diabetasol. Kalbe juga memiliki anak usaha di bidang distribusi dan logistik, yaitu Enseval Putera Megatrading (EPMT). Perseroan membukukan penjualan Rp26,3 T per 2021, tumbuh +13,6% YoY.

5. Sido Muncul (SIDO)

Sido Muncul adalah perusahaan terbesar di bidang jamu dan obat herbal di Indonesia. Berawal dari Jamu Tolak Angin yang diformulasikan pada 1940, kini brand Tolak Angin menjadi ikon dari Sido Muncul dan menjadi market leader di segmen jamu herbal untuk mengatasi masuk angin. Selain Tolak Angin, beberapa brand unggulan Sido Muncul di antaranya Tolak Linu, Kuku Bima Ener-G, Susu Jahe, Esemag, dan Kunyit Asam.

Selain menjadi market leader industri jamu di Indonesia, perseroan juga mulai memperluas pasar ekspor. Pada 2018, Sido Muncul mendirikan anak usaha di Nigeria yang akan menjadi basis penetrasi ke pasar di Afrika Barat (ECOWAS). Per 2021, Sido Muncul membukukan penjualan Rp4 T (+20,6% YoY).


Pembahasan selengkapnya tentang analisis saham consumer goods (FMCG) bisa diakses di Unboxing Sektor Consumer di Stockbit Academy ya. Beberapa topik yang diulas mencakup pengaruh tren makro (peningkatan mobilitas, pemulihan daya beli, hingga kenaikan harga komoditas) terhadap kinerja emiten, serta tren kinerja emiten dalam 3 tahun terakhir.

Potensi dan Risiko Saham Consumer Goods

Biasanya, saham consumer goods (FMCG) sering menjadi favorit para investor di bursa, selain saham perbankan dan pertambangan. Beberapa faktor yang menjadi alasannya, yaitu:

  • Populasi dan konsumsi

Pertumbuhan penduduk, kenaikan tingkat pendapatan, hingga urbanisasi dapat mendorong konsumsi rumah tangga yang menjadi driver kinerja emiten FMCG.

  • Kinerja relatif stabil

Penjualan produk FMCG relatif tidak terpengaruh siklus ekonomi (non-cyclical), menjadikan saham consumer sebagai saham defensif bagi investor saat terjadi krisis.

  • Rutin membagikan dividen

Karena tidak bersifat capital intensive, emiten FMCG dapat membagikan laba bersih sebagai dividen secara rutin dengan payout ratio yang tinggi.

Di sisi lain, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mengganggu kinerja perusahaan FMCG atau consumer goods, misalnya:

  • Penurunan daya beli masyarakat

Saat ekonomi lesu, konsumen dapat beralih membeli produk dengan harga yang lebih terjangkau (disebut downtrading), sehingga brand equity menjadi kurang relevan.

  • Kenaikan harga komoditas

Dapat menyebabkan penurunan margin laba, terutama jika kenaikan biaya tidak dapat diteruskan ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga jual produk. Sebagai gambaran, beban bahan baku berkontribusi sekitar 70-80% dari total beban pokok penjualan (COGS) emiten consumer goods.

  • Persaingan dan perubahan selera konsumen

Risiko terakhir dari consumer goods berkaitan dengan ketatnya persaingan sebagai akibat dari pilihan produk yang sangat beragam. Perusahaan perlu terus berinovasi guna mengikuti perubahan selera konsumen.

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Always do your own research.

Supaya lebih lengkap, kamu juga bisa belajar di Module Sektor Consumer Staples 101 tentang hal-hal penting yang sering kamu pertanyakan saat analisis perusahaan  consumer seperti:

  • Bagaimana model bisnis perusahaan consumer staples?

  • Apa saja karakter unik perusahaan-perusahaan consumer staples?

  • Kenapa satu consumer staples sering memproduksi lebih dari satu brand untuk sebuah produk?

  • Apa saja metrik penting dalam sektor consumer staples?

  • Bagaimana cara menghitung valuasi emiten consumer staples dan apa saja faktor-faktor pertumbuhannya?

Photo by: Stockbit


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

๐Ÿ“ฑ Analisis Tren Saham Sektor Teknologi : Bukalapak, GoTo, Grab, Sea dan Emtek by Stockbit Snips

 ๐Ÿ‘‹ Stockbitor!

Perkembangan teknologi yang pesat, didukung dengan masifnya konsumsi penggunaan produk dan layanan berbasis internet, menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Maka tidak heran jika sektor teknologi bisa menghasilkan sejumlah perusahaan bernilai tinggi, seperti Apple, Google, Microsoft, Amazon, dan masih banyak lagi.

Layanan teknologi yang ada di Indonesia pun juga begitu. Bahkan beberapa perusahaan yang bergerak di sektor ini sudah bisa dibeli sahamnya oleh masyarakat di Bursa Efek Indonesia. Contohnya seperti saham Bukalapak, saham GoTo (Gojek Tokopedia) atau saham Emtek. 

Emtek Group menjadi pemilik stasiun televisi SCTV dan Indosiar. Selain itu juga memiliki aplikasi Vidio, Kapanlagi, dan juga berinvestasi di Grab Indonesia dan Bukalapak. 

Selain itu, juga terdapat beberapa saham teknologi lain yang terdaftar di pasar saham AS, seperti saham Grab dan saham Shopee (lewat induknya Sea Group).

Tren Saham Teknologi di Indonesia

Saat ini semakin banyak perusahaan teknologi yang melantai di bursa, baik dalam dan luar negeri. Selain itu, konsumsi digital yang melonjak pun membuat saham sektor teknologi menjadi incaran para investor.

Nilai ekonomi internet Indonesia naik dari tahun ke tahun dan diproyeksi akan terus bertumbuh. Pengguna internet pun meningkat pesat. Tercatat terdapat 21,6 juta konsumen digital baru sejak pandemi hingga Juni 2021. 

Menurut Bain, Google, dan Temasek, nilai ekonomi internet Indonesia per 2021 berdasarkan GMV (gross merchandise value) sebesar 70 juta dolar AS, naik drastis dari 40 juta dolar AS pada tahun 2019. Menariknya, angka ini diprediksi akan meningkat menjadi 144 juta dolar AS pada tahun 2030. 

Imbas lonjakan ini pun turut membawa dampak positif pada ekosistem teknologi lain seperti emiten menara telekomunikasi, hardware, logistik, hingga data center. Beberapa contoh saham yang termasuk dalam daftar ini yang dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan pendapatan yang pesat  meliputi perusahaan menara telekomunikasi seperti saham Mitratel (MTEL), saham TBIG, ataupun saham TOWR. 

Tidak hanya  itu, saham data center seperti saham DCII dan  saham logistik seperti saham induk dari layanan Antar Aja, yaitu saham ASSA, juga terkena dampak positif.

Namun, kenaikan inflasi di AS serta kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat,-The Fed membuat valuasi perusahaan teknologi global dan Asia Tenggara turut berdampak. Kenaikan suku bunga ini membuat cost of capital (biaya modal) semakin mahal. Alhasil, perusahaan teknologi terutama yang masih rugi dan butuh pendanaan mengalami penurunan harga saham.

Sebagai contoh, sepanjang tahun 2022 sampai dengan 15 Juni, harga saham Grab turun 65%, harga saham Sea turun 66%, harga saham Emtek turun 28% dan harga saham Bukalapak turun 34%.

Yang berbeda hanyalah saham GoTo (Gojek Tokopedia) yang naik 2% dari IPO pada bulan April silam. 

Walaupun harga saham teknologi banyak yang mengalami penurunan secara global. Sebenarnya, hal ini juga bisa dijadikan sebagai kesempatan untuk membeli saham dengan harga yang lebih wajar. Dengan catatan, kita perlu membeli saham yang berkualitas tinggi sehingga bisa menjadi pemenang di masa depan. 

Hal yang serupa juga sempat terjadi pada perusahaan e-commerce Amazon yang sempat turun 93% pada saat Dot Com Bubble pecah di awal dekade 2000an. Namun, setelah berhasil menjadi pemenang di sektornya, sahamnya saat ini telah berkali-kali melampaui harga sahamnya saat itu. 

Selengkapnya bahasan saham sektor teknologi diulas lebih mendalam di Unboxing Sektor Teknologi. Kamu akan mengetahui dampak pandemi terhadap sektor ini, kebijakan The Fed, perusahaan pemain utama (Bukalapak, GoTo, Grab, Sea dan Emtek), model bisnis, aksi korporasi, data pertumbuhan dan lainnya.

Source: Stockbit

Selain itu, di laporan ini kalian juga terdapat pembahasan yang mudah dimengerti mengenai: 

  • Tren dari industri e-commerce, ride hailing, food delivery, sampai dengan mobile wallet yang dimiliki dari masing-masing perusahaan

  • Tren masuknya pemain e-commerce ke bisnis grocery O2O dengan berkolaborasi dengan peritel supermarket (joint venture BUKA dengan BBHI yang menjadi Allo Fresh, akuisisi Gojek terhadap MPPA, sampai dengan akuisisi Blibli pada saham RANC atau pengelola Ranch Market dan Farmers Market).

  • Kontribusi penjualan e-commerce dari kota kecil diprediksi akan semakin mendominasi penjualan e-commerce, yang tercermin dari maraknya pemain digital dalam memasuki bisnis mitra. (Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Mitra Shopee, Grab Kios, dll)

  • Aksi korporasi pada setahun terakhir telah mengubah peta kepemilikan e-wallet yang

  • dimiliki ekosistem teknologi terbesar di Indonesia (merger Gojek dan Tokopedia,penjualan sebagian saham Dana oleh Emtek, pembelian sebagian saham OVO oleh pemilik Emtek, investasi grup Sinarmas pada Dana. 

Selain itu, kamu juga bisa tahu: 

  • Platform digital apa yang paling lama digunakan oleh masyarakat

  • Platform digital apa yang memiliki paling banyak pengguna aktif bulanan (monthly active user)

  • Berapa lama platform digital bisa bertahan di industri apabila terus merugi seperti saat ini, dengan cash yang dimilikinya (runway)

  • Perbandingan valuasi atau mahal-murah saham teknologi di Indonesia apabila dibandingkan dengan perusahaan serupa di luar negeri 

  • Saham e-commerce dan food delivery apa saja yang sudah mengalami keuntungan di luar negeri

Lantas, bagaimana tren industri teknologi di masa depan? Simak analisis lengkapnya di Unboxing Saham: Sektor Teknologi sekarang!

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Always do your own research.


Selain itu, kamu juga bisa belajar di Module Sektor Teknologi 101 tentang hal-hal penting yang sering kamu pertanyakan saat analisis perusahaan teknologi seperti:

  • Banyak perusahaan teknologi jadi perusahaan paling bernilai di dunia. Kok bisa?

  • Perusahaan teknologi rela bakar uang dan rugi di fase awal. Buat apa, sih?

  • Rahasia perusahaan teknologi tetap beroperasi dan ekspansi meski sering bakar uang.

  • Enggak sedikit perusahaan teknologi yang bangkrut. Lantas, apa kunci suksesnya?

  • Bagaimana sih cara hitung valuasi perusahaan teknologi mahal atau enggak?

  • Prospektus IPO perusahaan teknologi ratusan halaman. Apa saja yang perlu diperhatikan?

Photo by: Stockbit


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

๐Ÿช™ Analisis Sektor Perbankan: Saham BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, dan Saham Bank Lainnya by Stockbit Snips

 ๐Ÿ‘‹ Stockbitor!

Stockbit Academy merilis Unboxing Sektor Perbankan. Di Unboxing Sektor Perbankan ini, kita bisa mendapatkan rangkuman laporan performa beberapa emiten di sektor perbankan.

Sektor perbankan adalah sektor yang termasuk di dalam Sektor Finance (yang berisikan keuangan & perbankan). Beberapa perusahaan yang bergerak di sektor ini sudah bisa dibeli sahamnya oleh masyarakat di Bursa Efek Indonesia. Contohnya seperti saham Bank Central Asia (Saham BBCA), saham Bank Rakyat Indonesia (Saham BBRI), saham Bank Mandiri (Saham BMRI), dan saham Bank BNI (Saham BBNI). 

Selain bank-bank besar tersebut, sektor perbankan juga sempat menjadi perbincangan hangat di kalangan investor akibat kemunculan emiten-emiten bank digital di bursa. Beberapa bank digital yang sudah melantai dan dapat dibeli sahamnya oleh masyarakat adalah saham Bank Jago (Saham ARTO) dan saham Bank Neo Commerce (Saham BBYB). Meskipun Bank Digital fokus membangun new economy dengan berkolaborasi dan membentuk ekosistem, Bank tradisional juga ikut berkolaborasi dengan fintech dan mengembangkan digital channel

 Saham-saham di sektor perbankan memiliki bobot hingga ~40% dari Market Cap IHSG. Hal ini juga didukung dimana 5 dari 10 top market cap IHSG berasal dari sektor perbankan. Lima emiten tersebut adalah Bank BCA (BBCA), Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Jago (ARTO), dan Bank BNI (BBNI).

Bisnis Model Perbankan

Bisnis model sektor perbankan meliputi:

  1. Menghimpun dana dari masyarakat, yang dinamakan sebagai dana pihak ketiga (DPK)

  2. Dari dana tersebut, bank akan memberikan bunga. Bunga yang diberikan kepada nasabah akan menimbulkan beban bunga bagi bank (cost of fund)

  3. Dari dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat, bank akan menyalurkan pinjaman (kredit)

  4. Dari pinjaman tersebut, bank akan mendapatkan bunga. Bunga yang diterima dari nasabah yang meminjam dari bank akan menjadi pendapatan bunga bagi bank (interest income)

  5. Selisih dari pendapatan bunga dengan beban bunga di bank dinamakan sebagai pendapatan bunga bersih (net interest income)

Selain dari pendapatan bunga bersih, bank juga bisa mendapatkan pendapatan dari non-bunga (non-interest income). Pendapatan non-bunga ini juga bisa disebut sebagai fee based income, dapat berasal dari biaya, komisi, trading, dan lain-lain.


Kategori Saham di Sektor Perbankan

Di antara sektor perbankan di Indonesia, terdapat beberapa kategori. Pada riset Unboxing Sektor Perbankan ini, Stockbit membagi kategori perbankan menjadi 3:

1.Big 4 Bank

Big 4 bank terdiri dari 4 bank terbesar di Indonesia dengan posisi yang kuat, dimana keempat bank tersebut menguasai ~25% kapitalisasi pasar IHSG. Kategori ini terdiri dari Saham BBCA, Saham BBRI, Saham BMRI, dan Saham BBNI. Saham BBCA memiliki market cap sebesar 995,4 triliun rupiah. Hal ini membuat Saham BBCA menjadi saham bank dengan market cap terbesar di antara bank lainnya.

2. Challenger Banks

Kategori ini terdapat bank-bank swasta yang termasuk di mid cap/second tier, yang di filter dengan kriteria total aset & market cap. Kategori ini memiliki potensi dan room for growth yang besar dibanding incumbent. Bank yang termasuk dalam kategori ini adalah saham Bank Mega (Saham MEGA), saham Bank CIMB Niaga (Saham BNGA), saham Bank Danamon (Saham BDMN), dan saham Bank BTPN (Saham BTPN).

3. Bank Digital

Kategori ini berisikan bank-bank digital. Bank digital muncul belakangan ini dengan mengedepankan layanan digital dan tanpa cabang, berbeda dengan bank konvensional yang biasanya memiliki cabang. Bank digital berpotensi meraih market share dari market underbanked yang belum di tap oleh incumbent. Bank yang termasuk dalam kategori ini adalah saham Bank Jago (Saham ARTO), saham Allo Bank (Saham BBHI), saham Bank Aladin Syariah (Saham BANK), dan saham Bank Neo Commerce (Saham BBYB).

Selain dari kategori-kategori ini, masih ada beberapa kategori lainnya di sektor perbankan seperti bank daerah (contohnya: saham bank Jatim atau BJTM dan saham bank Jawa Barat atau BJBR) dan bank syariah (contohnya: saham bank BSI atau BRIS, Bank BTPN Syariah atau BTPS)

Unboxing Sektor perbankan

Lantas, bagaimana detail kinerja operasional, finansial, dan valuasi dari saham-saham di sektor perbankan? Analisis selengkapnya bisa langsung kamu baca di Unboxing Sektor Perbankan!

Pada Unboxing Sektor Perbankan, kita bisa belajar banyak dan mendapatkan rangkuman laporan performa emiten di sektor bank meliputi:

  • Model bisnis perbankan, sekilas tentang bisnis perbankan

  • Dampak Pandemi Covid-19 terhadap sektor perbankan

  • Tren industri dan perkembangan digital pada industri perbankan

  • Profil dan performa perusahaan perbankan di Indonesia, termasuk Big 4, Challenger, dan Bank Digital. Seperti Bank BCA (saham BBCA), Bank CIMB Niaga (saham BNGA), dan Bank Neo Commerce (saham BBYB).

  • Faktor-faktor makro yang mempengaruhi perbankan, termasuk efek dari suku bunga dan tapering The Fed terhadap likuiditas bank

  • Perbedaan mengenai bank konvensional (tradisional) dengan bank digital

Simak Unboxing Sektor Perbankan di sini.

Source: Stockbit

Selain itu, kamu juga bisa belajar di Module Sektor Perbankan 101 tentang hal-hal penting yang perlu kamu perhatikan dan yang sering ditanyakan saat analisis perusahaan perbankan seperti:

  • Model bisnis di sektor perbankan, termasuk perbedaan bank konvensional dan digital

  • Faktor makroekonomi penting yang memengaruhi sektor perbankan

  • Rasio dan metrik penting di sektor perbankan (dari Net interest Margin/NIM sampai dengan Non Performing Loan/NPL)

  • Cara valuasi saham perbankan

Photo by: Stockbit


Emiten Talk: Banking Series

Saksikan juga bincang bersama manajemen dari sejumlah perusahaan bank di Emiten Talk: Banking Series di Youtube Stockbit yang membahas:

  • Strategi masing-masing bank ke depannya

  • Aksi korporasi yang direncanakan

  • Kinerja 2021 serta target ke depannya

Emiten yang diundang adalah Bank Jago (Saham ARTO), Bank Neo Commerce (Saham BBYB), Bank BNI (Saham BBNI), dan Bank Mandiri (Saham BMRI)


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

๐Ÿ  Analisis Tren Saham Sektor Properti: CTRA, BSDE, PWON, dan SMRA by Stockbit Snips

 ๐Ÿ‘‹ Stockbitor!

Sektor properti adalah sektor yang krusial di hidup kita karena sektor ini secara tidak langsung menyediakan semua kebutuhan kita, mulai dari kebutuhan primer hingga tersier.

Pasalnya, perusahaan di sektor ini secara langsung menyediakan โ€œpapanโ€ atau tempat tinggal; baik dalam bentuk perumahan, apartemen, ataupun hotel. Properti juga mencakup pusat perbelanjaan, kawasan industri, hingga tempat wisata.

Di Indonesia sendiri banyak sekali perusahaan properti yang sahamnya bisa dibeli Bursa Efek Indonesia (BEI), termasuk saham CTRA (Ciputra Development), saham BSDE (Bumi Serpong Damai), saham PWON (Pakuwon Jati), saham SMRA (Summarecon Agung).

PT Ciputra Development Tbk adalah perusahaan properti yang mengembangkan lebih dari 82 proyek di 34 kota di Indonesia. Proyek ini termasuk perumahan dengan merek CitraLand, CitraGarden, dan CitraRaya serta mall dengan merek Ciputra World dan Ciputra Mall.

Sedangkan, PT Bumi Serpong Damai Tbk ($BSDE) merupakan anak usaha grup Sinarmas yang mengembangkan BSD City, Grand Wisata, dan Kota Wisata. $BSDE hadir di sembilan kota besar dan juga memiliki beberapa superblock seperti Mangga Dua, Roxy Mas, hingga ITC.

PT Pakuwon Jati Tbk adalah perusahaan properti yang mengoperasikan banyak mall, seperti Kota Kasablanka, Gandaria City, Tunjungan Plaza, sampai dengan  Hartono Mall Yogyakarta & Solo. 

PT Summarecon Agung Tbk merupakan perusahaan properti yang telah mengembangkan banyak perumahan serta mall di daerah tersebut, seperti Summarecon Kelapa Gading, Serpong dan Bekasi.

Selengkapnya bahasan saham sektor properti diulas lebih mendalam di Unboxing Sektor Properti. Kamu akan mengetahui dampak pandemi terhadap sektor ini, tren yang sedang mempengaruhi saham properti, perusahaan pemain utama (BSDE, CTRA, PWON, SMRA), model bisnis, aksi korporasi, data pertumbuhan dan lainnya.

Photo by: Stockbit

Lalu, bagaimana tren saham sektor properti saat ini?   

Dengan adanya pandemi Covid-19, saham properti sempat mengalami tekanan. Pasalnya, kinerja keuangan perusahaan properti juga terimbas. Pada tahun 2020, laba bersih BSDE (Bumi Serpong Damai) turun 89,9%, sedangkan PWON (Pakuwon Jati) turun 65,8%, SMRA (Summarecon Agung) turun 65,1%. Hanya CTRA (Ciputra Development) yang mengalami peningkatan sebesar 14,1%. 

Tidak hanya itu, marketing sales perusahaan properti juga tertekan. Marketing sales 2020 PWON berkontraksi -31,7%, sedangkan SMRA sebesar -20% dan CTRA -17,7%. Di sisi lain, BSDE naik tipis +0,2%. 

Hal ini didorong keadaan ekonomi yang tidak menentu selama tahun 2020 di masa pandemi, yang membuat orang menunda pembelian rumah dan apartemen. Bahkan, ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang negatif, yaitu -2,07% pada tahun 2020. 

Selain itu, keadaan pandemi juga membuat perusahaan tidak bisa melakukan launching event dan show unit secara normal. Progres konstruksi properti pun tersendat dengan adanya pembatasan aktivitas sosial

Di sisi lain, perusahaan properti pengelola mal juga harus memberikan kompensasi penundaan pembayaran maupun diskon sewa kepada tenant, di tengah penurunan jumlah pengunjung, pembatasan kapasitas, dan bahkan penutupan mall di saat pandemi. 

Namun, adanya berbagai insentif seperti PPN 0%, penurunan suku bunga dan pemulihan aktivitas ekonomi membantu perusahaan properti untuk pulih.

Pasalnya, PPN 0% bisa membuat pajak properti turun, sehingga total harga rumah yang dibayarkan pembeli menurun. Hal ini bisa membuat permintaan untuk properti terkerek. Sedangkan, penurunan suku bunga yang turun bisa membuat bunga KPR lebih murah, sehingga permintaan untuk properti bisa meningkat. 

Tidak hanya itu, tingginya harga komoditas telah membuat adanya commodity boom. Hal itu juga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia naik, yang kemudian bisa membuat permintaan properti, yang juga bergantung pada daya beli masyarakat, meningkat. 

Pada tahun 2021, marketing sales dari CTRA, PWON, BSDE, dan SMRA semua mengalami kenaikan double digit.  Hal ini pun juga mendorong pemulihan harga saham perusahaan properti. 

Namun, kedepannya, apakah perusahaan properti bisa meneruskan pertumbuhan nya? 

Cari tahu dengan baca Unboxing Saham: Sektor Properti di Stockbit dan ketahui mengenai: 

  • Tren diskon PPN yang diperpanjang, namun walau diperkecil menjadi 50% untuk rumah dengan harga <2 miliar (dari 100%) dan 25% untuk yang berharga 2-5 miliar (dari 50%) 

  • Tren kenaikan suku bunga The Fed di Amerika Serikat, yang berpotensi diikuti oleh Bank Indonesia, sehingga bisa membuat bunga KPR bisa kembali meningkat  

  • Dampak pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru dan perusahaan yang berpotensi diuntungkan

  • Perbandingan performa finansial dan operasional emiten properti di Indonesia (marketing sales, land bank, pertumbuhan pendapatan, sampai rasio valuasi seperti P/E dan P/BV).

  • Karakteristik unik emiten properti di Indonesia 

  • Aksi korporasi yang dilakukan oleh BSDE, CTRA, SMRA, dan PWON 

  • Tren lain yang mempengaruhi sektor properti

Yuk pelajari Sektor Properti di Stockbit Academy

Photo by: Stockbit


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

๐Ÿฅ Bedah Saham Rumah Sakit: HEAL, SILO, MIKA. Mana yang Paling Sehat? by Stockbit Snips

 ๐Ÿ‘‹ Stockbitor!

Kinerja saham emiten rumah sakit pada awalnya sempat terkena dampak pandemi Covid-19. Volume pasien turun cukup signifikan, baik pasien rawat inap (inpatient) maupun pasien rawat jalan (outpatient). Hal ini lantaran orang mengurangi frekuensi kunjungan ke rumah sakit karena takut tertular coronavirus.

Di tiga saham rumah sakit terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Rumah Sakit Hermina (saham HEAL), Mitra Keluarga (saham MIKA), dan Siloam (saham SILO), jumlah hari rawat inap (inpatient days) turun antara -33% hingga -44% pada 2Q20 dibandingkan 1Q20 atau sebelum pandemi. Bahkan, kunjungan rawat jalan turun lebih dalam di kisaran -52% hingga -54% pada periode tersebut.

Namun, pemulihan volume pasien terjadi cukup cepat, khususnya pada pasien rawat inap. Meskipun dari segi jumlah pasien yang masuk (inpatient admission) masih di bawah periode sebelum pandemi, pada 1Q21 jumlah hari rawat inap sudah mendekati level pra-pandemi. Hal ini tidak terlepas dari perawatan pasien Covid-19 yang umumnya membutuhkan rawat inap secara intensif. 

Selain mendorong cepatnya pemulihan volume pasien, perawatan terkait Covid-19 juga mendorong pendapatan emiten rumah sakit. Seperti disebutkan sebelumnya, volume pasien belum sepenuhnya pulih. 

Akan tetapi, rata-rata pendapatan per hari rawat inap di tiga rumah sakit terbesar justru terus meningkat, yakni dari Rp 3 juta per hari rawat inap pada 1Q20 (pra-pandemi), naik +18% menjadi Rp3,5 juta per hari pada 2Q20 (awal pandemi), dan naik +40% menjadi Rp4,9 juta per hari pada 1Q21.

Jadi, pandemi Covid-19 yang awalnya berdampak pada turunnya volume pasien, sebenarnya justru menjadi pendorong kinerja saham emiten rumah sakit, setidaknya dalam jangka pendek. Pendapatan dan laba bersih tumbuh puluhan bahkan ratusan persen dan mencapai all-time high. Laba SILO melesat +134% menjadi Rp116 M pada 2020, berbalik dari rugi Rp339 M pada 2019. HEAL dan MIKA masing-masing membukukan laba Rp473 M (+85%) dan Rp842 M (+15%).

The Big 3 Saham Rumah Sakit

Berikut ini ringkasan mengenai 3 saham rumah sakit terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1. Rumah Sakit Hermina (HEAL)

Rumah Sakit Hermina adalah salah satu jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia. Per Maret 2022, HEAL mengelola 44 rumah sakit yang tersebar di 28 kota seluruh Indonesia dengan total kapasitas 6.063 tempat tidur.

HEAL dikenal memiliki pelayanan terdepan di bidang perawatan ibu (obstetri dan ginekologi) dan anak (pediatri). Perseroan juga merupakan salah satu rumah sakit swasta yang paling awal mengadopsi JKN, sehingga 50-60% pasien HEAL berasal dari peserta BPJS Kesehatan.

HEAL menerapkan model bisnis kemitraan dengan dokter spesialis untuk melakukan ekspansi rumah sakit baru. Nantinya, para dokter tersebut dapat memiliki saham di rumah sakit tersebut.

Sejak IPO pada 2018, HEAL terus melakukan ekspansi dan mencatatkan pertumbuhan yang baik. Sebagai gambaran, pada 2018 pendapatan mencapai Rp3,06 T dan pada 2021 pendapatan telah mencapai Rp5,8 T, menunjukkan tingkat pertumbuhan majemuk (CAGR) sebesar +23,9%. Sejalan dengan itu, laba bersih melesat dengan CAGR +100,5% dari Rp124 M pada 2018 menjadi Rp1,0 T pada 2021.

HEAL juga aktif menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Pada Maret 2021, Quadria Capital, perusahaan private equity di bidang kesehatan di Asia, juga telah masuk sebagai pemegang saham minoritas HEAL. Pada April 2022, giliran Astra (ASII) yang masuk menjadi pemegang saham HEAL melalui skema private placement senilai Rp45 M (sebanyak 30 juta saham atau kepemilikan 0,2%). Bahkan, per Juni 2022, kepemilikan Astra di HEAL sudah mencapai 809,5 juta saham atau setara 5,43%.

2. Siloam (SILO)

Siloam dimiliki oleh Grup Lippo melalui induk usaha Lippo Karawaci (LPKR) bersama dengan private equity CVC Capital Partners dan Marubeni Group. Per Maret 2022, Siloam mengelola 41 rumah sakit yang tersebar di 28 kota seluruh Indonesia dengan total kapasitas 3.941 tempat tidur. Dibandingkan kompetitor, sebaran Rumah Sakit Siloam paling luas, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga Maluku.

Beberapa layanan unggulan SILO di antaranya di bidang onkologi (kanker), neurologi (syaraf), kardiologi (jantung), fertilitas, dan transplantasi ginjal. Sebagian besar pasien SILO (81,4% per 1Q22) adalah private patient yang membayar mandiri (out of pocket) atau ditanggung oleh asuransi, sedangkan porsi pasien BPJS sebesar 15,7%.

SILO juga memiliki tarif yang relatif lebih premium. Hal ini terlihat dari pendapatan per hari rawat inap yang mencapai Rp6,7 juta per hari pada 1Q22 (+42% vs 1Q20), lebih tinggi dibandingkan MIKA ataupun HEAL. Pendapatan per kunjungan rawat jalan juga tinggi, yakni Rp1,3 juta per kunjungan (+33% vs 1Q20).

Meskipun memiliki tarif dan pendapatan lebih tinggi, profitabilitas SILO relatif tertinggal. Sebelum 2021, margin laba bersih SILO kurang dari 3%. Bahkan, SILO membukukan rugi Rp339 M pada 2019, meskipun pendapatan tumbuh +17,7% YoY menjadi Rp7 T. Namun, sejak 3Q20 mulai terlihat perbaikan pada kinerja SILO, yang mana margin laba mulai mengalami kenaikan.

3. Mitra Keluarga (MIKA)

Mitra Keluarga adalah bagian dari Grup Kalbe (KLBF). Per Maret 2022, MIKA mengelola 26 jaringan rumah sakit yang tersebar di Pulau Jawa, mayoritas berlokasi di Jabodetabek dan Surabaya, dengan total kapasitas 2.328 tempat tidur.

MIKA menerapkan model bisnis yang berfokus di area Jabodetabek dan Surabaya yang dianggap memiliki populasi besar, tingkat pendapatan tinggi, dan ketersediaan tenaga medis terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, 20 dari 26 (77%) rumah sakit MIKA terletak di dua are tersebut.

MIKA mengakuisisi Kasih Group pada 2017 yang sebagian besar melayani pasien BPJS Kesehatan. Namun, secara konsolidasi proporsi pasien JKN MIKA baru sekitar 16% per 1Q22.

MIKA dikenal sebagai rumah sakit yang memiliki kinerja efisien dan tingkat profitabilitas paling tinggi dibandingkan kompetitor. Margin laba kotor MIKA terus meningkat dalam 3 tahun terakhir, dari 47,9% pada 2019, 49,5% pada 2020, dan 52% pada 2021. Sejalan dengan itu, margin laba bersih juga meningkat dari 22,8% pada 2019 menjadi 28,2% pada 2020.

Selain itu, MIKA juga memiliki posisi keuangan (neraca) yang sangat solid. Per akhir Maret 2022, MIKA memiliki kas Rp1,76 T dengan utang berbunga nihil (net cash). 

Selain The Big 3 HEAL, MIKA, SILO, semakin banyak konglomerat lain di Indonesia yang mulai melirik dan terus berekspansi di sektor kesehatan. Emtek, misalnya, mengakuisisi OMNI Hospitals (SAME), yang kemudian di-rebranding menjadi EMC Healthcare. SAME kemudian mengakuisisi RS Grha Kedoya (RSGK) yang baru IPO.


Pembahasan selengkapnya tentang analisis saham rumah sakit bisa diakses di Unboxing Sektor Kesehatan di Stockbit Academy ya.

Photo by: Stockbit

Peluang dan Tantangan Saham Rumah Sakit dalam Jangka Panjang

Jika pandemi menjadi booster kinerja saham rumah sakit dalam jangka pendek, lantas bagaimana prospeknya ke depan? Apakah masih menarik, mengingat pandemi sudah mulai terkendali menuju endemi? Mari kita ulas beberapa faktor yang dapat menjadi driver kinerja saham rumah sakit dalam jangka panjang.

  • Jumlah penduduk besar

Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia dapat mencapai 294 juta jiwa pada 2030. Pertumbuhan jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan dan kebutuhan atas fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

  • Sektor kesehatan masih underpenetrated

Meskipun potensi pasarnya besar, penetrasi sektor kesehatan masih cukup rendah. Merujuk data World Bank per 2017, rasio jumlah tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk hanya 1,04. Angka ini masih di bawah rata-rata dunia di 2,9 dan tertinggal dibandingkan negara tetangga.

  • Penduduk kelas menengah terus bertambah

World Bank dalam laporan berjudul โ€œAspiring Indonesia: Expanding the Middle Classโ€ pada 2020 menyebutkan bahwa sekitar 1 dari 5 orang Indonesia (total 52 juta jiwa) adalah kelas menengah. Mereka cenderung memiliki kesadaran akan kesehatan yang lebih tinggi.

Namun, tantangan di sektor kesehatan juga tidak kalah besar dibandingkan dengan potensinya. Beberapa di antaranya:

  • Belanja kesehatan rendah

Pengeluaran untuk kebutuhan kesehatan penduduk Indonesia hanya $112 per kapita per tahun (per 2018), sedangkan belanja kesehatan pemerintah hanya 2,87% dari PDB (per 2018). Kedua angka tersebut masih jauh tertinggal dari rata-rata dunia dan negara tetangga. 

Rendahnya belanja kesehatan pemerintah dapat berarti pembangunan dan pemerataan infrastruktur kesehatan di pelosok-pelosok negeri menjadi lambat. 

  • Ketersediaan dan sebaran tenaga medis

Sebaran tenaga medis, terutama dokter spesialis, masih belum merata. Hanya ada 10 provinsi di Indonesia yang memiliki rasio dokter spesialis per 1.000 penduduk di atas rata-rata nasional, dengan rasio tertinggi di DKI Jakarta.

  • Pemerataan infrastruktur layanan kesehatan

Selain SDM yang tidak merata, sebaran fasilitas pelayanan kesehatan juga masih cukup timpang. Dari 2.925 rumah sakit di Indonesia, sekitar 50% atau 1.463 terdapat di Pulau Jawa.

Salah satu upaya untuk mengatasi kendala akses layanan kesehatan yakni melalui penggunaan teknologi informasi, misalnya telemedicine. Bain & Company pada 2019 memperkirakan bahwa penggunaan telemedicine akan meningkat signifikan dalam 5 tahun ke depan. McKinsey juga mencatat penggunaan telemedicine di Indonesia  meningkat hingga 35% selama pandemi.

Selain itu, untuk semakin meningkatkan investasi rumah sakit, pemerintah telah memberikan relaksasi batas kepemilikan asing di rumah sakit dari awalnya hanya 67% (70% untuk investor dari ASEAN) menjadi 100%. Dengan syarat, rumah sakit yang dimiliki investor asing memiliki kapasitas minimal 200 tempat tidur (rumah sakit tipe B).


Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Always do your own research.


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (โ€œStockbitโ€), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah โ€œhttps://stockbit.com/โ€ dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri โ€œ@Stockbit.comโ€ Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.