๐ Stockbitor!
Fast-moving consumer goods (FMCG) atau lebih dikenal sebagai consumer goods adalah produk yang dikonsumsi oleh konsumen dalam keseharian. Sesuai namanya (fast-moving), produk ini pada umumnya memiliki masa simpan yang pendek (short shelf life), dibeli konsumen secara berulang dalam jumlah yang banyak, dan dikonsumsi secara cepat.
Contoh produk FMCG di antaranya makanan dan minuman, sembako, produk kebersihan dan perawatan tubuh (home and personal care), obat bebas (OTC), hingga rokok.
Karena termasuk kebutuhan pokok, karakteristik lain dari produk FMCG yakni non-cyclical alias konsumsinya relatif tidak terpengaruh siklus ekonomi. Ketika ekonomi sedang ekspansi maupun resesi, orang akan tetap mengonsumsi produk-produk di atas, bukan?
Satu hal yang sangat melekat dengan produk FMCG adalah brand. Di satu rak supermarket untuk kategori sabun mandi, misalnya, terdapat berbagai brand yang berasal dari banyak perusahaan. Bahkan, satu perusahaan dapat mengembangkan beberapa brand dalam kategori produk yang sama untuk menyasar segmen konsumen yang berbeda.
Kembali ke contoh sabun mandi, Unilever (UNVR) memiliki brand Lifebuoy dan Lux. Untuk kategori sampo, ada Clear, Clear Men (sampo khusus pria), dan Sunsilk (sampo khusus wanita).
Selain terkait segmentasi pasar, mengapa brand menjadi sangat penting bagi perusahaan FMCG atau consumer goods? Hal ini disebabkan produk FMCG sangat beragam dan merupakan substitusi satu sama lain sehingga perusahaan perlu membangun brand equity yang membedakannya dari kompetitor. Dengan memiliki brand equity yang kuat, perusahaan juga dapat memiliki pricing power yang lebih besar dalam penentuan harga jual produk.
Salah satu cara untuk membangun brand equity adalah melalui iklan dan promosi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika produk FMCG mendominasi iklan di TV. Perusahaan FMCG mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk beban iklan dan promosi, yang besarannya rata-rata mencapai 7,6% dari pendapatan.
Saham Perusahaan FMCG Terbesar di Indonesia
Sebagian besar dari kita pasti sudah familiar dengan produk FMCG atau consumer goods. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, setiap hari kita mengonsumsi produk tersebut. Namun, mungkin belum banyak yang tahu bahwa selain hanya menjadi konsumen produknya, kita juga bisa menjadi pemilik perusahaannya dengan membeli sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Per April 2022, terdapat sekitar 90 perusahaan FMCG yang tercatat di BEI. Sektor FMCG sendiri berkontribusi terhadap 10% dari total market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berikut ini ringkasan mengenai 4 perusahaan FMCG terbesar di Indonesia.
1. Indofood (ICBP dan INDF)
Indofood adalah bagian dari Salim Group, dengan pemegang saham pengendali Anthoni Salim, orang terkaya ke-3 di Indonesia versi Forbes 2021. Indofood (INDF) bergerak di bisnis yang terintegrasi secara vertikal mulai dari kelapa sawit (melalui SIMP dan LSIP), tepung Bogasari, dan produk konsumen melalui Indofood CBP (ICBP).
Beberapa brand unggulan Indofood di antaranya Indomie, Indomilk, Chitato, Bumbu Racik, Promina, Bogasari, La Fonte, Bimoli, dan Palmia.
Indofood CBP mengakuisisi Pinehill Company Limited (PCL) senilai hampir 3 miliar dolar AS pada 2020. PCL sendiri menjual produk Indomie untuk pasar Afrika dan Eropa. Akuisisi tersebut tampak membuahkan hasil karena adanya konsolidasi kinerja PCL ke dalam laporan keuangan Indofood CBP. Tercatat penjualan ICBP tumbuh +21,8% YoY pada 2021, lebih tinggi dari +10,3% YoY pada 2020.
2. Mayora (MYOR)
Mayora Indah dikenal melalui brand Kopiko, Roma, Danisa, Choki Choki, Better, Torabika, Astor, Beng-Beng, Energen, hingga Le Mineral. Pemegang saham pengendalinya yakni Jogi Hendra Atmadja, orang terkaya ke-9 di Indonesia menurut Forbes 2021.
Mayora juga termasuk perusahaan FMCG Indonesia dengan penjualan ekspor terbesar, yakni mencapai 43% dari total penjualan 2021. Produk perseroan juga telah hadir di lebih dari 100 negara. Perseroan membukukan penjualan Rp27,9 T per 2021, tumbuh +14% YoY.
3. Unilever (UNVR)
Berikutnya contoh emiten consumer goods adalah Unilever Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan FMCG paling awal di Indonesia yang berdiri sejak 1933. Unilever menjadi perusahaan FMCG dengan market cap terbesar di BEI, yakni Rp148 T per April 2022. Produk perseroan juga sangat dikenal luas, misalnya Lifebuoy, Sunlight, dan Royco, yang mana ketiganya memiliki brand penetration masing-masing 91,6%, 88,4%, dan 81,4%, menurut Kantar Indonesia 2021.
Perseroan memiliki dua segmen usaha, yakni home and personal care yang berkontribusi terhadap 67% penjualan dan segmen foods and refreshment dengan kontribusi 33%. Per 2021, perseroan membukukan penjualan Rp39,5 T (-8% YoY).
4. Kalbe Farma (KLBF)
Kalbe merupakan perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara (berdasarkan market cap) yang sahamnya sudah tercatat di BEI. Salah satu pendirinya yaitu Boenjamin Setiawan, orang terkaya ke-8 di Indonesia menurut Forbes 2021.
Beberapa brand unggulan milik Kalbe dalam segmen consumer health di antaranya Promag, Komix, Woods, Mixagrip, Procold, Neo Entrostop, dan Extra Joss.
Perseroan juga memiliki divisi nutritionals dengan produk utama susu bubuk untuk berbagai segmen usia. Beberapa brand unggulannya adalah Prenagen, Milna, Entrasol, dan Diabetasol. Kalbe juga memiliki anak usaha di bidang distribusi dan logistik, yaitu Enseval Putera Megatrading (EPMT). Perseroan membukukan penjualan Rp26,3 T per 2021, tumbuh +13,6% YoY.
5. Sido Muncul (SIDO)
Sido Muncul adalah perusahaan terbesar di bidang jamu dan obat herbal di Indonesia. Berawal dari Jamu Tolak Angin yang diformulasikan pada 1940, kini brand Tolak Angin menjadi ikon dari Sido Muncul dan menjadi market leader di segmen jamu herbal untuk mengatasi masuk angin. Selain Tolak Angin, beberapa brand unggulan Sido Muncul di antaranya Tolak Linu, Kuku Bima Ener-G, Susu Jahe, Esemag, dan Kunyit Asam.
Selain menjadi market leader industri jamu di Indonesia, perseroan juga mulai memperluas pasar ekspor. Pada 2018, Sido Muncul mendirikan anak usaha di Nigeria yang akan menjadi basis penetrasi ke pasar di Afrika Barat (ECOWAS). Per 2021, Sido Muncul membukukan penjualan Rp4 T (+20,6% YoY).
Pembahasan selengkapnya tentang analisis saham consumer goods (FMCG) bisa diakses di Unboxing Sektor Consumer di Stockbit Academy ya. Beberapa topik yang diulas mencakup pengaruh tren makro (peningkatan mobilitas, pemulihan daya beli, hingga kenaikan harga komoditas) terhadap kinerja emiten, serta tren kinerja emiten dalam 3 tahun terakhir.