Snips Terbaru

✍️ Key Takeaway Emiten Talk Arwana Citramulia - $ARNA by Stockbit Snips

πŸ‘‹ Stockbitor!

Berikut Adalah Ringkasan Dan Point-Point Penting Serta Sesi Tanya Dan Jawab Dari Acara Emiten Talk: Small-Mid Cap Festival - Arwana Citramulia ($ARNA)


πŸ“„ Pemaparan Materi dari Manajemen

Arwana Citramulia ($ARNA) memiliki 5 pabrik yang tersebar di Tangerang, Serang, Gresik, Ogan Ilir, dan Mojokerto. Hal ini menjadi keunggulan dibandingkan kompetitor, yang biasanya hanya memiliki 2 pabrik yang terpusat di Jawa Barat dan Jawa Timur, karena $ARNA dapat mengirimkan produk dengan lebih cepat dan dengan biaya pengiriman yang lebih efisien sehingga harga produknya kompetitif.

Jumlah dan lokasi pabrik juga didukung oleh luasnya jaringan distribusi. Per 2022, $ARNA memiliki 46 sub-distributor dengan >34.000 outlet di seluruh Indonesia.

Energi sangat vital bagi industri keramik karena sekitar 30% dari biaya produksi berasal dari penggunaan energi, terutama gas.

Target Market Perusahaan

Produk $ARNA menyasar semua segmen konsumen:

  • Segmen menengah-bawah dengan brand Arwana

  • Segmen menengah dengan brand ARNA Digi dan UNO

  • Segmen menengah-atas dengan brand ARNA (launching pada 2021)

Financials

Kinerja keuangan:

  • 2009-2014 sales +18% CAGR, net profit +11%

  • 2015-2021 sales +12% CAGR, net profit +37%

  • $ARNA tidak pernah menaikkan harga jual produknya selama 2015-2021, tetapi NPM terus meningkat berkat efisiensi penggunaan gas

  • Pada 2015, konsumsi gas hampir 2 kubik untuk memproduksi 1 meter persegi keramik. Pada 2021, konsumsinya turun hampir 30% menjadi 1,47 kubik/meter persegi.

  • ASP naik sekitar 3% YoY pada 1H22 (Rp38.791/m2 vs Rp37.626/m2), ditopang product mix yang lebih tinggi dari brand ARNA (ASP mendekati 70k/m2)

GPM per segmen produk:

  • Best Buy 28%

  • Reguler 30-31%

  • Digi Uno 38%

  • ARNA >40%

πŸ—£ Sesi QnA

Erose Perwita (The Investor)

Porsi penjualan dan piutang yang besar dari pihak berelasi $CSAP.

  • Relasi dengan $CSAP melalui anak usaha $ARNA, PT Primagraha Keramindo (PGK). 100% penjualan $ARNA kepada PGK dan 95% penjualan PGK ke $CSAP. Dari segi kepemilikan, 65% saham PGK dimiliki $ARNA, sedangkan 35% dimiliki perusahaan swasta milik Pak Budi Totong (pemilik $CSAP).

  • Hari piutang $ARNA sekitar 75-90 hari, tetapi terms of payment dengan $CSAP 60-75 hari. Selama 27 tahun (PGK beroperasi sejak 1995) relasi dengan $CSAP tidak pernah ada masalah piutang.

Erwin (Rivan Kurniawan Team)

Tingkat utilisasi pabrik $ARNA sangat tinggi. Rencana penambahan pabrik di Indonesia Timur, misal Kalimantan atau Sulawesi?

  • Pertimbangan utama adalah ketersediaan pasokan gas (paling memungkinkan di Kaltim)

  • Potensi pasar dan daya beli masyarakat

  • Kapasitas ideal pabrik misal 1 juta m2/tahun. Apakah volume tersebut dapat semuanya diserap pasar di Kalimantan? Infrastruktur logistik juga belum berkembang. Namun, dengan adanya rencana proyek IKN, industri keramik terus mempertimbangkan ekspansi ke Kalimantan.

  • Intam sebaran produk $ARNA: Sumatera 25-27%, Jawa 55%, Sulawesi 10%, Kalimantan 5%, Bali-Nusra 3%.

Alfisyahrin (Investabook)

Persaingan dengan produk keramik impor dari China, India, atau Vietnam. Apakah masih ada gap antara biaya produksi keramik China dan nasional (misal $ARNA)?

  • Untuk $ARNA, secara biaya produksi sudah dapat bersaing dengan produk dari China. Dengan lead time lebih singkat, distributor akan lebih memilih produk $ARNA karena modal kerja menjadi lebih ideal. Misal, untuk impor keramik China butuh waktu pengapalan 30 hari dan gudang yang luas.

  • Product mix brand ARNA (ukuran 60x60) akan terus ditingkatkan ke depannya seiring penambahan kapasitas, sehingga ASP juga akan terus meningkat. Selain itu, market share brand ARNA juga ditargetkan terus meningkat dari 2% saat ini menjadi 10% pada 2025.

Steve Winarto (investor $ARNA)

Efisiensi penggunaan gas. Strategi ke depan apabila harga gas industri $6/MMBTU dicabut pemerintah?

  • $ARNA telah menjalankan efisiensi penggunaan gas sejak beberapa tahun terakhir. Dengan tingkat pemakaian gas saat ini 1,37 kubik/m2, jika harga gas kembali ke $9/MMBTU maka akan menaikkan biaya gas sekitar Rp2.200/m2. Dibandingkan kompetitor, konsumsi gas masih 1,9 kubik/m2, sehingga biaya produksi akan naik Rp3.200/m2. Jika gas naik $3/MMBTU, NPM kemungkinan terdampak sekitar 4%.

Felix (Midascuan.id)

Tantangan terbesar industri keramik dan apakah ada alternatif sumber energi selain gas untuk proses produksi (pembakaran) keramik?

  • Tantangan dari tingginya harga gas sudah dijawab oleh pemerintah melalui kebijakan harga gas $6/MMBTU. Tantangan lain dari besarnya impor produk China akibat perilaku unfair trade.

  • Sekitar 50-60% gas digunakan dalam proses pembakaran. Saat ini sekitar 99% sumber energi  berasal dari gas alam karena paling ideal dan bersih (green).

HK (YouTube)

Di industri semen banyak gempuran dari pendatang baru. Apakah hal serupa mungkin terjadi di industri keramik?

  • Beda ya, di industri semen ada overcapacity dan oversupply.

  • Kapasitas industri keramik akan mengikuti tingkat konsumsi keramik per kapita (2,5 m2/kapita).

Randy Lesmana (YouTube)

Apakah $ARNA ada rencana mengurangi β€œketergantungan” dari $CSAP?

  • Kolaborasi dengan $CSAP justru menjadi sinergi kuat yang memadukan keunggulan kompetitif kedua perusahaan.

πŸ‘¨β€πŸ‘©β€πŸ‘¦β€πŸ‘¦ BKSL Ikut Antrian Emiten yang Akan Rights Issue by Stockbit Snips

Sentul City ($BKSL) menambah daftar antrian emiten di BEI yang akan melaksanakan rights issue. Melalui prospektus, BKSL menyampaikan rencana untuk menerbitkan 100,62 miliar lembar saham (150% dari jumlah saham beredar) dengan harga pelaksanaan 50 rupiah per lembar saham. Sehingga, BKSL akan mendapat dana segar senilai ~5 triliun rupiah dari pelaksanaan aksi korporasi ini.

Read More

🏭 Grup Sinar Mas Beli Tambang Batu Bara di Australia US$380 Juta by Stockbit Snips

Dian Swastatika Sentosa ($DSSA), melalui anak usaha tidak langsungnya, Stanmore Resources (Stanmore) dan Dampier Coal (Dampier), menandatangani perjanjian dengan Mitsui & Co untuk mengambil alih 20% saham Stanmore SMC Pty Ltd (dulu bernama BHP Mitsui Coal) senilai 380 juta dolar AS (~5,6 triliun rupiah). Transaksi ini mengimplikasikan valuasi Stanmore SMC mencapai 1,9 miliar dolar AS (~28 triliun rupiah).

Read More