Panik dan Emosional ketika investasi saham- Saat mengamati siklus emosi pasar, kamu akan menemukan bahwa investor sering didorong oleh sentimen optimis, euforia, kecemasan, penolakan, takut, putus asa, panik, patah semangat, harapan, dll.
Sering kali kita mengambil keputusan investasi yang tidak objektif mana kala kita terlalu emosional. Terutama ketika pasar sedang jatuh, mudah untuk takut dan menjual semua saham.
Akibat berbagai emosi ini, investor berpotensi mengambil keputusan yang justru merugikan. Kali ini Stockbit akan membantumu mengenali seperti apa itu investasi saham yang emosional serta tips dan cara menghindarinya.
Investasi yang Emosional
Apa saja yang membuat keputusan investasi jadi tidak rasional (emosional)?
Euforia (Euphoria). Kegembiraan melihat saham kamu naik hari demi hari membuat keuntungan akan tampak terus bertambah. Padahal euforia yang terlalu berlebihan menandakan bahwa pasar akan segera mengalami jenuh beli, jika sudah demikian maka yang akan terjadi adalah Bubble.
Takut (Fear). Ketika terjadi hari-hari buruk yang membawa harga saham-saham di pasar jatuh, seorang investor akan tergoda untuk menjual semua sahamnya dan “menyimpan kas”, padahal disaat saham-saham dipasar cenderung turun sebenarnya ada kesempatan untuk mencari dan membeli saham-saham yang bagus secara fundamental namun pada saat itu dalam kondisi turun. Jika kamu malah justru takut dan keluar dari pasar mungkin kamu akan kehilangan kesempatan ketika pasar melambung.
Terlalu percaya diri (Over-confidence). ketika pasar saham sedang dalam tren naik, investor mungkin percaya bahwa kemampuannya sendiri dalam menganalisa telah berhasil menghasilkan keuntungan. Sangat mudah untuk mengabaikan tanda-tanda peringatan dari indikator ekonomi/fundamental yang telah muncul di pasar. Solusi untuk kondisi ini adalah bersikaplah rendah hati atas semua analisa yang kamu lakukan, jangan sampai over-convidence karena akan sangat berbahaya.
Hiperaktif (Hyperactivity). Dibombardir terus-menerus dengan informasi real-time, investor dapat bereaksi terhadap setiap informasi yang masuk ke pasar dan hal ini bisa mengalihkan perhatian dari rencana jangka panjang kamu.
Penyangkalan (Denial). Seorang investor yang mengamati penurunan harga saham mungkin enggan untuk menjual dan mengakui kerugian. Menjual saham yang terdepresiasi berlawanan dengan kecenderungan emosional untuk tidak mengakui kegagalan.
Keserakahan (Greed). Di pasar manapun, daya tarik "lebih banyak" dapat menarik investor untuk mencari hasil lebih banyak pada obligasi, pertumbuhan lebih dalam saham. Namun berhati-hatilah - Semakin tinggi Yield/Return maka berarti lebih banyak risiko yang harus ditanggung.
8 Cara Menghindari keputusan investasi yang emosional
1. Bangun rencana keuangan jangka panjang
Penting bagi kamu untuk memiliki rencana keuangan jangka panjang yang berfungsi sebagai motor penggerak sekaligus rambu saat mengambil keputusan investasi. Rencana ini harus mencakup tujuan keuangan dan cara untuk mencapainya. Rencana keuangan ini perlu kamu buat secara tertulis agar kamu tidak lupa, sesekali mungkin kamu harus baca lagi untuk memastikan bahwa kamu masih berada di jalur yang sesuai dengan rencana awal, jika ternyata ada yang tidak sesuai maka kamu bisa melakukan evaluasi terhadap pengelolaan keuangan kamu. Menyelaraskan investasi dengan rencana keuangan juga perlu dilakukan sehingga sangat disarankan kamu meninjau rencana dan memperbarui strategi setiap tahun.
2. Pilih saham berkualitas tinggi
Satu hal yang pasti bahwa hanya investasi berkualitas tinggi yang akan menguntungkan dalam jangka panjang. Hindari membeli saham atau investasi lainnya yang tidak layak.
Kamu harus melakukan penelitian menyeluruh pada suatu saham sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut.
Baca juga : Analisa Fundamental- 3 Rasio untuk Memilih saham yang Sedang Murah
3. Memahami risiko
Risiko adalah bagian yang tak terpisahkan dari investasi. Kamu harus memahami setiap aspek risiko yang terlibat dalam investasi yang kamu lakukan. Kelola risiko investasimu untuk mengurangi kemungkinan membuat kerugian. Karena di dalam dunia investasi ini hubungan antara risiko dan tingkat keuntungan adalah berbanding lurus, semakin tinggi ekspektasi keuntungan maka tingkat risiko yang harus ditanggung juga semakin tinggi.
4. Diversifikasi portofolio investasi
Jangan meletakkan semua telur dalam satu keranjang. kamu harus melakukan diversifikasi portofolio investasi. Portofolio investasi harus didistribusikan berdasarkan intensitas risiko, industri, jenis dll.
Diversifikasi akan memastikan jika salah satu investasi tidak bekerja dengan baik, akan ada investasi lain yang mungkin memiliki kinerja baik.
Baca Juga : Diversifikasi Saham-Cara Efektif untuk Mengurangi Risiko
5. Dollar cost averaging (Investasi secara teratur)
Dollar cost averaging merupakan strategi investasi yang dilakukan dengan menginvestasikan sejumlah uang yang sama secara teratur (bisa mingguan atau bulanan) tanpa terpengaruh oleh kondisi pasar.
Dollar cost averaging merupakan cara efektif menghindari investasi emosional.
Strategi ini membantu untuk mempertahankan konsistensi investasi di semua kondisi pasar. Misalnya, alih-alih berinvestasi saham 100 juta sekaligus, kamu bisa berinvestasi sebesar 10 juta tiap bulan secara teratur.
Dollar cost averaging akan menghasilkan harga rata-rata investasi selama periode satu tahun sehingga sangat membantu untuk mengelola risiko.
6. Berinvestasi di waktu yang tepat
Karena emosi, ketakutan dan kecemasan, banyak orang keluar dari pasar ketika kondisi pasar sedang jatuh atau dalam kondisi turun. Mereka keluar dari pasar ketika mendengar berita buruk.
Pelajaran berharga yang beberapa investor sukses peroleh adalah mencari saham yang secara fundamental masih bagus namun sedang dalam kondisi turun karena pengaruh kondisi makro/global yang kurang kondusif, kamu mungkin akan menuai manfaat besar pada investasi jangka panjang jika mampu menemukan saham yang seperti itu.
Contoh, pada tahun 2008, banyak orang keluar dari pasar karena takut. Namun, pasar segera kembali ke kondisi semula setelah beberapa waktu, dan orang-orang yang memutuskan keluar justru harus menanggung kerugian.
7. Teliti semua berita & informasi
Mungkin kamu berpikir suatu saham berkinerja bagus karena diliput di TV, atau media cetak lainnya.
Jangan hanya mendasarkan keputusan untuk membeli atau menjual suatu investasi berdasarkan laporan ini. Sangat penting melakukan penelitian sendiri sebelum memutuskan untuk membeli atau menjualnya.
Carilah data saham tersebut benar-benar mengalami peningkatan. Jangan membuat rencana jangka pendek yang terburu-buru, yang justru akan mempengaruhi tujuan keuangan jangka panjang kamu.
8. Hindari mengikuti kerumunan
Investor sering menjadi mangsa apa yang dikenal sebagai ‘mentalitas kerumunan (kawanan)’. Ketika tersebar rumor harga saham tertentu sedang naik, banyak orang yang berbondong-bondong ikut membeli. Mereka bahkan siap membeli dengan harga lebih tinggi karena berpikir harga akan meningkat lebih lanjut. Hindari mengambil keputusan investasi karena mengikuti rumor atau ikut-ikutan. Semua keputusan investasi seharusnya dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional melalui analisa dan pengamatan.
Selain bekerja, ada banyak cara lain untuk mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Salah satunya adalah dengan berinvestasi di instrumen keuangan seperti saham. Lalu, apa itu saham dan apakah main saham menguntungkan?