🚬 Laba GGRM dan HMSP Tumbuh pada 1Q23, Kinerja Emiten Rokok Mulai Bangkit? by Guest User

πŸ‘‹ Stockbitor!

Emiten rokok tier 1 seperti Hanjaya Mandala Sampoerna ($HMSP) dan Gudang Garam ($GGRM) mencatatkan pertumbuhan laba bersih baik secara QoQ dan YoY pada 1Q23, yang mengakhiri tren penurunan laba bersih dalam beberapa tahun terakhir.

Selain GGRM dan HMSP, emiten rokok tier 2 seperti Wismilak Inti Makmur ($WIIM) juga mencatatkan kinerja solid pada 1Q23, di mana emiten tersebut berhasil mencatatkan penjualan dan laba bersih secara kuartalan yang tertinggi sepanjang sejarah (all time high) perseroan.

Menariknya, capaian positif emiten rokok pada 1Q23 muncul ketika volume penjualan rokok secara nasional mengalami penurunan dan beban cukai naik dengan rata-rata 10% pada tahun ini. Lantas, apa yang mendorong pertumbuhan kinerja emiten-emiten rokok tersebut? Apakah kinerja positif emiten rokok tier 1 pada 1Q23 menjadi awal mula titik balik setelah penurunan kinerja dalam beberapa tahun terakhir?


Kinerja HMSP, GGRM, dan WIIM pada 1Q23

Kinerja keuangan HMSP, GGRM, dan WIIM kompak tumbuh pada 1Q23. Laba bersih HMSP tumbuh +12,8% YoY menjadi 2,2 triliun rupiah, GGRM tumbuh +82,3% YoY menjadi 1,96 triliun rupiah, dan WIIM melonjak +194,2% YoY menjadi 111 miliar rupiah.

Kinerja positif tersebut didorong oleh pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan cost of goods sold (COGS) – khususnya beban cukai – sehingga mendorong kenaikan margin laba kotor (GPM) masing-masing emiten. Untuk HMSP dan GGRM, tren kenaikan GPM tersebut telah terjadi dalam 4 kuartal terakhir atau sejak mencapai titik terendah pada 2Q22.

Pic: Margin laba kotor (GPM) dari HMSP dan GGRM pada 1Q21–1Q23.
Sumber: Stockbit analysis

Penjualan HMSP, misalnya, tumbuh +3,1% YoY menjadi 27 triliun rupiah. Di sisi lain, COGS HMSP naik lebih moderat sebesar +1% YoY, dengan beban pita cukai hanya naik +1,2% YoY. Sementara itu, penjualan GGRM tumbuh +1,5% YoY menjadi 29,7 triliun rupiah, dengan COGS turun -2,5% YoY dan beban cukai, PPN, dan pajak rokok turun -14,3% YoY.

Adapun WIIM mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar +54,6% YoY menjadi 1,2 triliun rupiah, dengan COGS (+48,5% YoY) dan beban cukai (+41,4% YoY) naik lebih rendah.

Menariknya, pertumbuhan penjualan ketiga emiten tersebut muncul ketika volume penjualan rokok secara nasional mengalami penurunan. Menurut laporan induk HMSP, Philip Morris International Inc., volume penjualan rokok secara nasional di Indonesia pada 1Q23 mengalami penurunan sebesar -6,5% YoY menjadi 69,1 miliar batang, yang menjadi volume kuartalan terendah sejak 3Q20 sekaligus melanjutkan penurunan pada 4Q22.

Pic: Penjualan rokok di Indonesia dan pertumbuhannya pada 1Q19–1Q23.
Sumber: Philip Morris International Inc., Stockbit analysis

Kenaikan Rata-rata Harga Jual sebagai Kunci

Di tengah penurunan volume penjualan rokok secara nasional pada 1Q23, kinerja positif emiten rokok pada periode tersebut mengindikasikan bahwa realisasinya lebih ditopang oleh kenaikan rata-rata harga jual (average selling price/ASP).

Sebagai informasi, HMSP dan GGRM tidak mengungkap berapa ASP-nya pada 1Q23. Namun, melalui rincian volume penjualan rokok HMSP pada 1Q23 yang dilaporkan oleh Philip Morris International Inc., blended ASP perseroan pada periode tersebut mencapai 1.369 rupiah per batang, naik +4,3% QoQ dan +9,4% YoY (vs. 1Q22: 1.251 rupiah per batang, 4Q22: 1.312 rupiah per batang).

Pic: Rata-rata harga jual (ASP) rokok HMSP pada 1Q20–1Q23.
Sumber: Philip Morris International Inc., laporan tahunan HMSP, Stockbit analysis

Sejak 2Q22, secara kuartalan HMSP konsisten menaikkan ASP-nya antara +7–9% YoY. Kenaikan ini jauh lebih tinggi dibandingkan 2021 yang hanya berkisar antara +2,2–2,8% YoY. Kenaikan ASP yang lebih tinggi sejak 2H22 tersebut menghasilkan net pricing positif dibandingkan dengan kenaikan cukai.

Dalam laporan tahunan pada 2022, manajemen HMSP mengatakan bahwa kendati profitabilitas mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dan masih jauh lebih rendah dibandingkan tingkat pra-pandemi, indikator profitabilitas utama – seperti GPM – meningkat selama 2H22, baik dibandingkan semester pertama maupun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

β€œHal ini didorong oleh net pricing yang positif atau kenaikan harga setelah dikurangi dengan pajak cukai memberikan hasil yang positif sejak kuartal ketiga 2022,” tulis manajemen HMSP.

Pic: Perbandingan ASP/batang dan beban cukai/batang HMSP. Sejak 3Q22, ASP/batang sudah melebihi beban cukai/batang.Sumber: Stockbit analysis

Hal serupa juga dilakukan oleh GGRM, yang dalam laporan tahunan pada 2022 mengatakan bahwa β€œserangkaian kenaikan harga yang dilakukan perseroan, terutama pada paruh kedua tahun 2022, mulai mengurangi tekanan terhadap profitabilitas.” Berdasarkan laporan tahunan pada 2022, GGRM menaikkan blended ASP-nya sebesar +10,3% YoY, lebih tinggi dibandingkan pada 2021 yang hanya naik sebesar +7,1%.

Di kubu emiten rokok tier 2, WIIM juga tercatat mulai menaikkan ASP-nya secara lebih agresif pada 2022 dibandingkan pada 2020–2021.

Seperti yang tim Stockbit telah ungkap dalam Unboxing Sektor Rokok, pertumbuhan kinerja WIIM dalam 3 tahun terakhir lebih didorong kenaikan signifikan pada volume Sigaret Kretek Mesin (SKM). Padahal, kenaikan ASP di segmen tersebut hanya +5% YoY pada 2020, +4,1% YoY pada 2021, dan baru naik double digits +11,2% YoY pada 2022. Strategi ini digunakan oleh WIIM untuk memaksimalkan tren downtrading konsumen dari rokok tier 1 ke rokok yang lebih murah sejak pandemi.

Di sisi lain, volume SKM WIIM per 2022 sudah mencapai 2,98 miliar batang, atau berada di ambang batas produsen tier 2 sebesar 3 miliar batang per tahun. Volume growth juga semakin melambat, di mana pada 2020 volume SKM naik +78,5% YoY, 2021 naik +59,7% YoY, dan 2022 naik +27,9% YoY.

Oleh karena itu, WIIM tampaknya kini mulai mendorong pricing guna memaksimalkan kinerjanya.

Pada 2021, blended ASP dari WIIM terlihat mengalami penurunan dari 905 rupiah per batang menjadi 877 rupiah per batang. Padahal, pada tahun tersebut, WIIM sebenarnya masih menaikkan ASP masing-masing segmen. Penurunan blended ASP WIIM pada 2021 dipengaruhi oleh product mix akibat kenaikan volume penjualan dari produk dengan harga yang lebih murah. 

Pic: Rata-rata harga jual (ASP) per segmen rokok milik WIIM pada 2020–2022.
Sumber: WIIM, Stockbit analysis

Prospek dan Risiko Emiten Rokok pada 2023


Tantangan yang dihadapi emiten rokok tier 1 sejak 2020 adalah downtrading atau peralihan konsumen ke rokok yang harganya lebih murah. Peralihan tersebut disebabkan turunnya daya beli konsumen akibat pandemi, sementara harga rokok justru semakin mahal karena kenaikan tarif cukai.

Tarif cukai sendiri hampir selalu naik setiap tahun, kecuali pada 2019. Sebelum 2020, setiap kenaikan tarif cukai dapat diimbangi dengan kenaikan ASP yang cukup sepadan sehingga profitabilitas emiten rokok tetap aman. Misalnya, ketika cukai naik rata-rata sebesar +11,2% pada 2016, ASP HMSP naik +11,6% dan GGRM naik +10,7%. Pada 2017, cukai naik +10,5%, sementara ASP HMSP naik +8,1% dan GGRM naik +7,2%. Pada 2018, cukai naik +10%, ASP HMSP naik +7,7% dan GGRM naik +5,6%. Cukai tidak naik pada 2019, tetapi ASP HMSP naik +2,3% dan GGRM naik +3,2%.

Pic: Kenaikan rata-rata harga jual (ASP) rokok HMSP dan GGRM dibandingkan dengan rata-rata kenaikan tarif cukai pada 2016–1Q23.
Sumber: Stockbit analysis

Namun, sejak 2020, terdapat gap yang lebar antara kenaikan tarif cukai dan kenaikan ASP. Ketika cukai naik +23% pada 2020, ASP HMSP hanya naik +8% dan GGRM naik +10,9%. Pertumbuhan ASP yang lebih rendah dari kenaikan cukai menyebabkan margin emiten rokok tier 1 menjadi anjlok. Pada 2021, ketika cukai naik +12,5%, ASP HMSP hanya naik +2,6% dan GGRM naik +7,1%. Pada 2022, cukai naik +12%, sementara ASP HMSP naik +7,3% dan GGRM naik +10,3%.

Menariknya, gap kenaikan tarif cukai dan ASP semakin menyempit saat ini. ASP HMSP pada 1Q23 naik +9,4% YoY, sementara tarif cukai naik +10% untuk tahun ini. Jadi, di satu sisi kenaikan tarif cukai tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Di sisi lain, emiten rokok tier 1 sudah semakin percaya diri untuk menaikkan ASP lebih tinggi, hal yang sulit dilakukan dalam 3 tahun terakhir.

Selain itu, pemerintah telah menetapkan kenaikan tarif cukai rata-rata +10% untuk 2 tahun sekaligus, yakni 2023 dan 2024. Dengan penetapan tersebut, outlook untuk biaya cukai menjadi lebih jelas, sehingga emiten dapat menyesuaikan dari strategi pricing.

Salah satu yang menjadi risiko adalah jika volume penjualan justru turun. Untuk HMSP, misalnya, volume penjualan naik +4,8% YoY menjadi 86,8 miliar batang pada 2022. Namun, volume tersebut masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi yang mencapai 98,5 miliar batang pada 2019. Secara kuartalan, volume penjualan HMSP juga turun pada 4Q22 dan 1Q23. Padahal, secara historis Q4 merupakan periode dengan penjualan tertinggi bagi HMSP, setidaknya sejak 2017.

Sementara itu, volume penjualan GGRM justru turun -9,4% YoY menjadi 82,5 miliar batang pada 2022. Jika penurunan volume berlanjut pada 2023, ini dapat menjadi salah satu faktor risiko bagi emiten rokok tier 1.

Sementara itu, bagi emiten rokok tier 2 seperti WIIM, strategi menaikkan ASP membuat kinerja perseroan semakin solid. Pada 2022, WIIM mencatatkan rekor penjualan dan laba bersih tertinggi sepanjang sejarah perseroan. Tren tersebut tampaknya akan berlanjut pada 2023, mengingat capaian kinerja pada 1Q23 – yang secara historis bukan periode dengan kinerja tertinggi bagi WIIM – berhasil mencatatkan laba bersih kuartalan yang terbesar sepanjang sejarah perseroan.

Terkait volume SKM WIIM yang telah mendekati ambang batas 3 miliar batang per tahun, manajemen WIIM menyatakan akan tetap mempertahankan tingkat volume pada level tersebut. Artinya, growth SKM ke depan akan lebih didorong oleh pricing, sehingga pertumbuhannya mungkin tidak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya.

Sebagai segmen terbesar dengan kontribusi mencapai 78,6% terhadap penjualan WIIM pada 2022, perlambatan segmen SKM mungkin akan berdampak pada pertumbuhan penjualan WIIM ke depannya.

Di sisi lain, manajemen WIIM juga menyatakan akan lebih mengoptimalkan segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan filter, yang masing-masing berkontribusi 11,1% dan 9,6% terhadap penjualan 2022.

Volume segmen SKT WIIM sendiri mencapai 472 juta batang pada 2022 alias masih berada di kategori tier 3 dengan batasan volume 500 juta batang per tahun. Dengan gap tarif cukai yang tidak sebesar di segmen SKM, ruang untuk memaksimalkan segmen SKT masih cukup terbuka. Pada Agustus 2022 sendiri, WIIM meluncurkan produk baru di segmen SKT dengan brand Arja.


Valuasi

Harga saham emiten rokok tier 1 telah mengalami apresiasi cukup signifikan sepanjang 2023 (year-to-date/YTD). Per 12 Mei 2023, harga saham HMSP telah naik +16,4% YTD dan GGRM melambung +54,5% YTD. Sementara itu, WIIM yang kinerjanya ciamik harga sahamnya juga terus naik hingga +80% YTD dan sempat mencapai harga penutupan tertinggi di 1.255 rupiah per saham.

Pada emiten rokok tier 1, Forward P/E Ratio 3 tahun saham HMSP saat ini berada di level 13,41x, sedangkan Forward P/E Ratio saham GGRM berada di level 10,04x. Keduanya masih berada di bawah -1 Forward P/E Standard Deviation 3 tahun.

Pic: Forward P/E Standard Deviation 3 Tahun HMSP dan GGRM.
Sumber: Fitur Fundachart Stockbit

Di sisi lain, meskipun kinerja dan harga sahamnya terus meningkat secara signifikan, P/E Ratio (TTM) saham WIIM berada di level 7,62x atau masih berada di rata-rata (mean) P/E Standard Deviation 3 tahun.

Pic: P/E (TTM) Standard Deviation 3 Tahun WIIM.
Sumber: Fitur Fundachart Stockbit

Bagaimana menurutmu, apakah 2023 memang akan menjadi tahun awal kebangkitan emiten rokok tier 1? Atau justru emiten rokok tier 2 seperti WIIM yang akan terus berjaya? Dan dengan kenaikan harga saham yang cukup tinggi, apakah prospek dan risiko emiten rokok tahun ini masih dapat menjustifikasi valuasinya? We provide, you decide.

Pic: Ringkasan kinerja keuangan, margin laba, valuasi, dan pergerakan saham HMSP, GGRM, dan WIIM. Kinerja keuangan dalam miliar rupiah, pertumbuhan dalam YoY.
Sumber: Stockbit analysis

_______________

Penulis: 

Bayu Santoso, Investment Analyst

Editor: 

Edi Chandren, Lead Investment Analyst

Calvin Kurniawan, Lead Investment Analyst

Rahmanto Tyas Raharja, Lead Investment Analyst

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ” JPFA: 1Q23 Masih Merugi, Ada Kesempatan Unjuk Gigi? by Syanne Gracetine

Japfa Comfeed Indonesia ($JPFA) masih belum mampu mencetak performa yang memuaskan pada 1Q23. Pada periode tersebut, JPFA mencatatkan kerugian sebesar 249,9 miliar rupiah, jauh lebih besar dibandingkan kerugian pada 4Q22 sebesar 8 miliar rupiah. Kondisi pada 1Q23 juga berbanding terbalik dengan 1Q22, di mana JPFA mampu mencatatkan laba senilai 603 miliar rupiah

Performa JPFA yang kurang memuaskan pada awal 2023 diakibatkan oleh penjualan yang melemah -3,2% YoY, sementara beban pokok penjualan (COGS) naik +4,5% YoY akibat kenaikan harga bahan baku. 

Alhasil, kinerja ini juga tercermin dari koreksi harga saham JPFA sebesar -16,9% YTD, melanjutkan penurunan harga saham sepanjang 2022 sebesar -24,7%. Di sisi lain, valuasi JPFA secara P/BV dan P/S telah mencapai level terendah dalam 10 tahun terakhir, serta berada di bawah -1 standard deviation.  

Well… Dalam perusahaan bersifat cyclical, sering kali kesempatan terbesar muncul pada saat bad times dan valuasinya sedang terdiskon, sehingga terdapat potensi upside ketika siklus telah berganti dan performa membaik.  

Jika diamati, periode downturn pada bisnis JPFA terjadi pada akhir 2015 dan awal 2020. Tak lama setelah itu, performa bisnis serta harga sahamnya berhasil bangkit kembali. 

Lantas, bagaimana dengan downturn kali ini? Faktor apa saja yang menyebabkan tekanan ini terjadi? Adakah kesempatan bagi JPFA untuk kembali bangkit, mengingat kondisi makro ekonomi yang menunjukkan perbaikan baik dari angka inflasi yang melandai dan angka pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari ekspektasi? 


3 Faktor Penyebab Kerugian JPFA pada 1Q23

Berdasarkan penjelasan manajemen JPFA pada 21 April 2023, terdapat tiga faktor yang mengakibatkan kerugian pada 1Q23, yakni tingginya harga bahan baku, keadaan oversupply ayam bibit (day old chick/DOC) dan ayam broiler, serta terbatasnya penyesuaian harga jual produk akibat lemahnya kondisi pasar ayam broiler. Yuk kita bahas satu per satu.

  1. Tingginya biaya bahan baku 

    Biaya bahan baku ini merujuk kepada bahan baku (raw material) yang didominasi untuk keperluan produksi pakan ternak (feed). Segmen feed sendiri adalah segmen bisnis JPFA dengan kontribusi pendapatan kedua terbesar dalam 5 tahun terakhir dengan rata-rata sebesar 33%. Pada 1Q23, kontribusi segmen feed mencapai 29,5%. Lonjakan biaya bahan baku secara langsung akan mengerek biaya produksi dan berpotensi menggerus marjin laba emiten. 

Pic: Kontribusi pendapatan per segmen JPFA pada 1Q19–1Q23.
Sumber: Laporan keuangan JPFA, Stockbit analysis

Setidaknya, terdapat 2 bahan baku utama pembuatan feed, yakni jagung dan bungkil kedelai (soybean meal/SBM). 

Jagung yang digunakan dalam pembuatan pakan ternak adalah bulir jagung (pipilan) lokal dengan kadar air 15%. Jagung merupakan bahan utama pembuatan pakan ternak dengan kontribusi sekitar 45–50% dari total komposisi feed, menurut studi yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Jawa Timur. 

Pic:  Harga referensi ayam broiler, DOC dan jagung.
Sumber: Peraturan Badan Pangan No. 5 Tahun 2022

Harga jagung telah diatur oleh Pemerintah melalui Peraturan Badan Pangan Nasional No. 5 Tahun 2022, di mana harga referensi pembelian jagung dari petani sebesar 4.200 rupiah per kg, sedangkan harga referensi penjualan ke konsumen sebesar 5.000 rupiah per kg.

Selama 2022, rata-rata harga jagung mencapai 4.811 rupiah per kg, turun -10,1% dibandingkan rata-rata 2021 sebesar 5.349 rupiah per kg. Bahkan, harga jagung pada awal 2023 telah kembali normal ke level 4.200 rupiah per kg, menurut data dari Kementerian Pertanian. 

Meskipun harga jagung mulai melandai, kinerja JPFA masih tertekan akibat kenaikan harga SBM, yang merupakan bahan baku terpenting kedua dalam pembuatan pakan ternak. SBM berkontribusi sekitar 25–30% dari total komposisi feed, menurut studi yang dilakukan oleh Dinas Peternakan Jawa Timur.

Pemenuhan SBM masih bergantung dari aktivitas impor, sehingga harganya lebih rentan terpengaruh oleh berbagai sentimen global. Pada 2022, harga SBM melonjak dengan rata-rata 442,5 dolar AS per bushel (+18,2% YoY).

Kenaikan harga SBM terus berlanjut pada tahun ini dan sempat mencapai puncaknya pada awal Maret 2023 di level 500 dolar AS per bushel. Kondisi tersebut menekan kinerja JPFA selaku produsen feed. Namun, per 5 Mei 2023, harga SBM sudah mulai melandai ke 428 dolar AS per bushel. Jika harga harga SBM konsisten melandai, kondisi tersebut dapat berimbas positif bagi kinerja segmen feed JPFA.

Pic: Pergerakan harga SBM pada Desember 202–Mei 2023
Sumber: Barchart, Stockbit analysis

2. Bibit ayam (DOC) dan broiler mengalami oversupply 

Selain lonjakan biaya bahan baku, penurunan kinerja JPFA juga disebabkan oleh kelebihan pasokan (oversupply) bibit ayam (day old chick/DOC) dan ayam broiler. Berlimpahnya jumlah ayam DOC dan broiler salah satunya diakibatkan oleh jumlah aktivitas culling yang masih minim pada awal 2023

Sementara itu, permintaan pada periode awal tahun cenderung masih lemah dan baru mulai menguat menjelang Lebaran pada April 2023. Penguatan tersebut belum tercermin dalam kinerja pada 1Q23. 

Culling adalah aktivitas pemusnahan ayam – baik pedaging maupun petelur – yang dinilai kurang produktif. Pada 2023, aktivitas culling baru dilakukan dua kali. Culling pertama pada tahun ini berlangsung pada periode 25 Februari–15 April 2023 dengan target ayam DOC final stock sebanyak 104,4 juta ekor. Adapun culling kedua berlangsung pada periode 19 April–3 Juni 2023 dengan target afkir dini 3,9 juta ekor parent stock yang berdampak mengurangi ayam DOC final stock sebanyak 93,2 juta ekor, serta periode 26 April–3 Juni 2023 dengan target ayam hatching eggs umur 19 hari sebanyak 41,9 juta ekor.

Kedua aktivitas culling tersebut diharapkan dapat mengurangi potensi surplus kumulatif pada Mei–Juli 2023 sebesar 135,2 juta ekor. Berdasarkan historis dari frekuensi dan total culling dalam 4 tahun ke belakang, pemerintah kemungkinan akan melanjutkan program culling pada 2023 sehingga hal ini berpeluang mengurangi tekanan terhadap harga broiler dan DOC

Pic: Frekuensi dan total jumlah ayam yang di-culling pada 2019–2023.
Sumber: Kementerian Pertanian (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan), JPFA 

Sepanjang 2022, rata-rata harga ayam broiler tercatat sebesar 19.353 rupiah per kg (vs. 2021: 19.087 rupiah per kg). Bahkan, pada 1Q23, rata-rata harga broiler hanya berada di level 17.178 rupiah per kg, di bawah standar harga acuan pemerintah yakni 21.000–23.000 rupiah per kg sekaligus di bawah Harga Pokok Produksi (HPP) ayam broiler peternak yang berkisar 19.000–20.000 rupiah per kg.

Ayam DOC juga mengalami nasib serupa di mana harga rata-rata sepanjang 2022 adalah 5.087 rupiah per ekor (vs. 2021: 6.330 rupiah per ekor). Harga DOC tersebut pada 1Q23 malah merosot menjadi 2.464 rupiah per ekor dan jauh berada di bawah standar harga acuan pemerintah yakni 5.500–6.500 rupiah per ekor.

Pic: Harga ayam broiler Jan 2020–Mar 2023
Sumber: JPFA, Stockbit analysis
Pic: Harga DOC Jan 2020–Mar 2023
Sumber: JPFA, Stockbit analysis

Dengan tekanan harga tersebut, segmen broiler dan DOC kompak mencatatkan kerugian. Segmen broiler sendiri berkontribusi 37,9% dari total penjualan JPFA, sementara segmen DOC berkontribusi  4,5% dari total penjualan.

Di sisi lain, kondisi oversupply berpotensi membaik ke depannya. Sebab, selain masih terdapat potensi culling pada tahun ini, impor ayam grand parent stock (GPS) sejak 2020 juga selalu stabil di bawah 700 ribu ekor per tahun.

Terjaganya pasokan ayam GPS dapat mencegah berlebihnya jumlah DOC. Efek dari pengaturan jumlah impor GPS terhadap jumlah pasokan DOC umumnya akan mulai terlihat sekitar 15–18 bulan ke depan. Dengan demikian, dampak dari jumlah impor GPS pada 2021–2023F yang konsisten berada di bawah 650 ribu ekor akan mulai terlihat ke depannya. Jika suplai ayam GPS dan ayam DOC terjaga, maka tekanan terhadap harga ayam DOC dan ayam broiler berpotensi berkurang.

Pic: Angka impor GPS  2014–2023F
Sumber: Kementerian Pertanian, Stockbit

3. Penyesuaian harga jual feed yang terbatas


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, lonjakan harga bahan baku pembuatan feed berimbas pada kenaikan COGS. Di sisi lain, kemampuan JPFA untuk menaikkan harga penjualan feed cukup terbatas, mengingat masih lemahnya pasar ayam DOC dan ayam broiler

Kondisi tersebut menyebabkan segmen feed – yang selama ini menjadi penopang keuntungan JPFA – hanya mencatatkan kenaikan GPM yang tipis pada 1Q23 menjadi 9,24% (vs. 4Q22: 8,60% dan 1Q22: 7,47%). Adapun GPM segmen ayam DOC tercatat -24,5% pada 1Q23 (vs. 4Q22: 8,9% dan 1Q22: 20,2%) dan GPM segmen ayam broiler -8,5% pada periode yang sama (vs. 4Q22: -10,2% dan 1Q22: 1,4%).

Pic: Marjin laba JPFA 3M15–3M23
Sumber: Laporan keuangan JPFA, Stockbit analysis

Untuk menyimpulkan, tekanan kinerja keuangan JPFA terjadi mulai dari top hingga bottom line. Marjin laba bersih (NPM) kini mendekati all time low pada 2015, yang menjadi tahun dengan kinerja terburuk ketika JPFA merugi selama 3 kuartal beruntun. Jika kondisi oversupply ayam mulai membaik, JPFA berpotensi memiliki lebih banyak ruang untuk menaikan harga jual feed untuk pass-on tingginya harga bahan SBM.


Strategi JPFA untuk Mengembalikan Profitabilitas

Selain mengharapkan perbaikan industri baik dari sisi pemulihan harga ayam dan mulai melandainya harga SBM, JPFA juga memiliki beberapa inisiatif internal untuk kembali mencatatkan laba.

Pada 2022, manajemen JPFA mencoba mempertahankan profitabilitas dengan menerapkan strategi berikut:

  1. Untuk segmen broiler, JPFA mengupayakan agar produktivitas para peternak mitra bisa meningkat dengan beralih ke kandang closed house, sehingga risiko kematian ayam turun. Selain itu, dengan produktivitas yang lebih baik juga akan mempermudah akses para petani dalam menjangkau layanan perbankan. 

  2. Untuk segmen aquaculture, JPFA berupaya meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas cakupan pemasaran dengan membuka tambak udang baru.


Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil positif, baik dari segi operasional maupun finansial. Pada 2022, segmen broiler masih merugi. Pada periode yang sama, segmen aquaculture dapat menyumbang laba JPFA sebesar 7,7%, tetapi kontribusinya ke penjualan hanya sebesar 6,3%.  

Pada tahun ini, manajemen berupaya mengembalikan profitabilitas dengan menerapkan 3 strategi utama seperti yang tercantum dalam materi analyst meeting emiten : 

  1. Menahan belanja modal (capex) 

Strategi pertama yang diterapkan manajemen JPFA pada tahun ini untuk mengembalikan profitabilitas adalah dengan menunda kebutuhan pembiayaan capex untuk mengurangi potensi munculnya beban bunga di masa depan.

Sejak 2014 hingga 2022, khususnya pada saat kondisi makro cenderung kurang bersahabat, penyesuaian capex (capex adjustment) menjadi strategi utama JPFA. Strategi ini pernah diterapkan pada 2015 dengan memangkas capex hingga ~50% YoY. Belanja modal yang dibatasi yakni capex untuk penambahan kapasitas produksi pakan ternak dan capex untuk pengelolaan pembibitan ayam. 

Kala itu, marjin laba emiten perlahan membaik pada 2016 dan 2017, serta mencatatkan performa tertinggi pada 2018. Namun, perlu diingat pula bahwa ekonomi Indonesia pada 2018 memang sedang berada dalam kondisi yang sangat bergairah (PDB 2018: +5,17%, tertinggi sejak 2013).

Pic: Belanja modal (capex) JPFA pada 2014–3M23 
Sumber: JPFA, Stockbit analysis  

Jika menilik lebih jauh tentang kinerja JPFA pada 2016 dan 2017, perbaikan kinerja emiten berasal dari penurunan beban bunga sebesar -25,1% YoY pada 2016 dan -16,4% YoY pada 2017. Penurunan beban bunga ini membantu peningkatan seluruh marjin laba sebesar 4–6% pada 2016 dan 1–2% pada 2017.

2. Efisiensi biaya 

Selain memangkas capex, JPFA juga berupaya melakukan efisiensi biaya, antara lain: 

  • Merampingkan biaya-biaya di segmen DOC. Pada 1Q23, segmen DOC  menyerap 14,8% dari total capex (vs. 2022: 14,2%). 

  • Memangkas berbagai biaya non-operasional, seperti biaya perjalanan bisnis dan menghentikan rekrutmen pegawai tetap.

Pic: Porsi capex JPFA pada 2022 dan 3M23.
Sumber: Laporan keuangan JPFA, Stockbit analysis

3. Memperkuat bisnis downstreaming makanan olahan

Selain mengandalkan feed sebagai segmen yang menopang kinerja emiten, kini JPFA juga berupaya mengoptimalkan segmen makanan olahan (processing food). Pada 1Q23, segmen ini berkontribusi sebesar 15,7% ke penjualan, tetapi hanya mencatatkan marjin laba kotor sebesar 1,9%. 

Ke depannya, serapan capex di segmen makanan olahan berpotensi meningkat. Serapan capex di segmen ini hanya sebesar 9% dari total belanja modal pada FY22 dan pada 1Q23 naik tipis ke 11%. 

Menurut analis, strategi ini ditempuh oleh emiten dengan beberapa pertimbangan berikut: 

  • Segmen makanan olahan konsisten mencatatkan laba pada 2020–2022 dengan rata-rata marjin sebesar 3,6%. Konsistensi ini membuat segmen makanan olahan berpotensi lebih menarik daripada segmen ayam broiler dan DOC yang cukup fluktuatif. 

  • Tingkat konsumsi atas makanan olahan berpotensi meningkat seiring dengan daya beli masyarakat yang kian membaik. Konsumsi juga berpeluang lebih tinggi jika tingkat PDB per kapita Indonesia mampu mencapai konsensus ekonom yakni lebih dari 5.000 dolar AS per kapita pada 2023F.

  • Merek makanan olahan milik JPFA, So Good, memiliki brand awareness yang cukup kuat. Berdasarkan riset dari Compas pada 2022, So Good termasuk 5 besar merek frozen food yang paling laris di e-commerce Shopee dan Tokopedia

    Berdasarkan 3 hal tersebut, ada potensi volume penjualan dari processing food akan meningkat, sehingga bisa membantu perbaikan kinerja emiten.


Valuasi JPFA

Kenaikan harga komoditas SBM dan kondisi oversupply ayam menjadi 2 tantangan utama industri poultry saat ini. Tantangan tersebut menyebabkan penurunan performa emiten poultry pada 1Q23 dan penurunan ekspektasi kinerja pada FY23, sehingga menyebabkan saham emiten poultry mengalami de-rating.

Pic: Tabel perbandingan valuasi JPFA dan peers-nya di BEI. Data per 5 Mei 2023.
Sumber: Stockbit analysis

Bercermin dari data tersebut, valuasi JPFA secara P/BV berada di level 1,01x, dengan forward P/E sebesar 7,32x. Ini merupakan salah satu level valuasi saham JPFA yang terendah secara historis, dengan forward P/E yang terendah di banding peers-nya.

Lantas, bagaimana menurut kamu? Apakah ekspektasi kinerja buruk emiten telah tercermin di pergerakan harga saham? Lalu, apakah potensi perbaikan kinerja perusahaan – baik dari pemulihan industri maupun inisiatif internal perusahaan – dapat menjadi katalis perbaikan harga saham JPFA? We provide, you decide!

_______________

Penulis: 

Syanne Gracetine, Investment Analyst

Editor: 

Edi Chandren, Lead Investment Analyst

Calvin Kurniawan, Lead Investment Analyst

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ”„ Nikel 101: Perbedaan Produk Akhir NCKL, MBMA, INCO, dan ANTM by Theodorus Melvin

Revolusi kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir telah membuat nikel menjadi salah satu komoditas penting dalam transisi energi bersih. Namun, tahukah kamu kalau sebenarnya tidak semua produk akhir nikel dapat digunakan untuk baterai kendaraan listrik

Secara global, nikel lebih banyak digunakan sebagai bahan baku stainless steel, dan tidak serta-merta untuk baterai kendaraan listrik. Per 2021, sekitar 70% dari nikel global digunakan sebagai bahan baku stainless steel, sementara pemanfaatan untuk baterai kendaraan listrik hanya 11%.

Di Indonesia sendiri, sejumlah perusahaan tambang dan pengolahan nikel telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti Aneka Tambang ($ANTM), Vale Indonesia ($INCO), dan pendatang baru yang listing pada April 2023 seperti Trimegah Bangun Persada ($NCKL) dan Merdeka Battery Materials ($MBMA).

Lantas, siapa emiten di BEI yang produk akhirnya ditujukan untuk stainless steel, dan siapa emiten yang produk akhirnya digunakan untuk baterai kendaraan listrik?


Istilah-istilah penting dalam pertambangan nikel

Untuk menganalisis emiten pertambangan nikel, kamu perlu mengetahui terlebih dulu tingkat keyakinan sumber daya yang dimiliki emiten tersebut dan klasifikasi cadangan mineralnya

Tingkat keyakinan sumber daya menunjukkan seberapa yakin emiten terhadap jumlah sumber daya mineral yang mereka miliki di wilayah pertambangannya. Adapun klasifikasi cadangan mineral menunjukkan berapa jumlah sumber daya mineral yang menguntungkan untuk ditambang. 

Pic: Klasifikasi sumber daya dan cadangan mineral. 
Sumber: Stockbit analysis

Tingkat keyakinan sumber daya mineral tambang terdiri dari 3 kategori:

  • Sumber daya terukur (measured)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya telah diteliti oleh ahli dengan tingkat keyakinan yang tinggi

  • Sumber daya terindikasi (indicated)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya diperkirakan dengan tingkat keyakinan yang wajar melalui pengambilan sampel

  • Sumber daya tereka (inferred)

merupakan sumber daya yang jumlah, kandungan, dan karakteristiknya diperkirakan dengan tingkat keyakinan yang rendah melalui asumsi dari bukti geologis

Di dunia nyata, perhitungan tingkat keyakinan sumber daya dilakukan oleh ahli geologi dengan menggunakan pengujian serta model atau simulasi tertentu. Suatu klasifikasi sumber daya dapat naik kelas – misalnya, dari terindikasi menjadi terukur – jika diteliti lebih lanjut oleh para ahli. Namun, penelitian tersebut biasanya dilakukan setelah mineral di daerah terukur mulai habis dan perlu diteliti ulang keberadaan mineralnya.

Selain tingkat keyakinan sumber daya, emiten pertambangan nikel biasanya juga mencantumkan jumlah cadangan terbukti (proven) dan cadangan terkira (probable) yang dimilikinya. Kedua istilah tersebut merujuk kepada skala keekonomian suatu mineral, yaitu perhitungan apabila mineral dapat ditambang dan menghasilkan keuntungan. Jika aktivitas penambangan di cadangan tersebut pasti untung, cadangan itu disebut terbukti (proven). Di sisi lain, ada beberapa titik cadangan yang belum tentu untung ketika ditambang. Cadangan yang belum tentu untung inilah yang disebut dengan cadangan terkira (probable).

Jumlah cadangan mineral biasanya ditentukan oleh faktor keekonomian seperti harga jual di pasaran. Jika harga komoditas sedang tinggi, semakin banyak titik yang bisa ditambang oleh emiten karena biaya untuk penambangan dapat tertutupi oleh harga jual yang tinggi. Sebaliknya, kalau harga komoditas turun, semakin sedikit titik yang bisa ditambang. Oleh karena itu, klasifikasi cadangan bisa sangat berfluktuasi – misalnya, dari proven menjadi probable atau sebaliknya.

Dua jenis mineral nikel: saprolit dan limonit

Di Indonesia, mineral nikel ditemukan dalam batuan dengan bentuk seperti tanah. Kadar nikel dalam batuan ini hanya berkisar 0,8–3% dan terbagi menjadi dua jenis, yakni saprolit dan limonit. Ibarat daging sapi, saprolit dapat dianalogikan sebagai prime cut seperti sirloin atau tenderloin, sementara limonit adalah jeroannya.

Pic:  Perbedaan antara batuan saprolit dan limonit. 
Sumber: Stockbit analysis

Batuan saprolit memiliki kandungan nikel (Ni) serta magnesium oksida (MgO) yang tinggi dan kadar kobalt (Co) yang rendah. Dengan kandungan Ni yang tinggi, nikel di batuan saprolit umumnya mudah diambil, sehingga proses ekstraksinya dapat dilakukan secara sederhana melalui panas atau yang biasa disebut sebagai proses pirometalurgi.

Sementara itu, batuan limonit memiliki kandungan nikel serta magnesium oksida yang rendah, tetapi kadar kobalt-nya tinggi. Karena batuan limonit memiliki kandungan nikel yang rendah, batuan ini dulunya tidak diproses lebih lanjut.

Meski demikian, limonit memiliki keistimewaannya sendiri: ia memiliki kadar kobalt yang tinggi. Jika kobalt tersebut dapat diekstraksi, produsen berpotensi mendapatkan keuntungan yang besar karena secara umum harga kobalt lebih tinggi 2,5x lipat dibandingkan harga nikel. Namun, ekstraksi batuan limonit perlu metode khusus dan tidak bisa menggunakan metode pirometalurgi. Metode yang cocok untuk memproses batuan limonit adalah hidrometalurgi, yakni pemrosesan menggunakan asam sulfat.


Perbedaan smelter RKEF dan HPAL: apa yang dihasilkan keduanya?

Dengan cara pemrosesan yang berbeda, batuan saprolit dan limonit memiliki smelter atau fasilitas pengolahan yang berbeda.

Pic: Perbedaan smelter RKEF dan HPAL. 
Sumber: Stockbit analysis

Saprolit – yang lebih cocok diproses dengan metode pirometalurgi – umumnya diproses dengan smelter berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Sementara itu, batuan limonit – yang lebih cocok diproses dengan metode hidrometalurgi – menggunakan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).

Kedua smelter tersebut menggunakan prinsip pemrosesan dan hasil produk yang berbeda. Kalau kamu membaca berita, kamu mungkin akan menemukan bahwa sebuah emiten pengolahan nikel memiliki smelter RKEF saja dan bukan HPAL, atau sebaliknya, atau bahkan keduanya. 

Lalu, apa perbedaan antara smelter RKEF dan HPAL? Produk apa yang dihasilkan keduanya?

  • Smelter RKEF

  • Smelter RKEF menggunakan listrik dan batu bara kokas sebagai sumber energi dalam pemrosesannya. Secara teknis, pemrosesan nikel dengan smelter berteknologi RKEF terbagi dalam 4 bagian, yakni penyimpanan, pengeringan, pencampuran bahan, dan peleburan. Untuk detail selengkapnya, kamu bisa melihat tabel berikut ini.

Proses produksi nikel di smelter RKEF. 
Sumber: Stockbit analysis

Produk nikel dari smelter RKEF adalah feronikel (FeNi) yang memiliki komposisi utama berupa besi dan nikel. Feronikel sendiri memiliki kadar nikel sebesar 15–40%, di mana kadar nikel menentukan kualitas produk akhir. Selain feronikel, smelter RKEF juga menghasilkan nickel pig iron (NPI) yang merupakan produk feronikel dengan kualitas paling rendah (2–15% Ni). Baik NPI dan feronikel digunakan sebagai bahan baku stainless steel. Jika tidak langsung dijual, NPI dan feronikel bisa di-upgrade kualitasnya menjadi nikel matte (30–80% Ni) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Biaya investasi awal smelter RKEF relatif lebih murah dibandingkan smelter HPAL karena prosesnya relatif sederhana. Sederhananya, pemrosesan nikel di smelter RKEF mirip seperti proses memasak makanan di kompor: hanya butuh wadah pemanas dan bahan bakar. 

Meski investasi awalnya lebih murah, biaya produksi smelter RKEF lebih mahal dibandingkan smelter HPAL karena membutuhkan banyak energi, baik dari batu bara maupun listrik.

  • Smelter HPAL

    Berbeda dari smelter RKEF yang memproses nikel melalui tekanan panas, smelter HPAL memproses nikel menggunakan asam sulfat. Selain itu, berbeda dari smelter RKEF yang hanya menghasilkan produk nikel, smelter HPAL juga menghasilkan produk kobalt dan beberapa unsur logam tanah yang langka (rare earth) seperti skandium. Kobalt dan logam tanah yang langka tersebut memiliki harga yang lebih mahal dibandingkan nikel, sehingga bisa memberikan keuntungan tinggi jika produsen dapat menjualnya.

    Secara teknis, pemrosesan nikel di smelter HPAL lebih rumit dibandingkan smelter RKEF. Setidaknya, ada 7 bagian besar dalam pemrosesan smelter HPAL, yakni pengentalan, pencampuran asam, penetralan, pemisahan padatan, pemurnian Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), pemisahan kotoran, pemurnian Mixed Sulphate Precipitate (MSP). Untuk detail selengkapnya, kamu bisa melihat tabel berikut ini.

Proses produksi nikel di smelter HPAL. 
Sumber: Stockbit analysis

Produk nikel yang dihasilkan oleh smelter HPAL terdiri dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Mixed Sulphate Precipitate (MSP), dan nikel sulfat. Ketiganya memiliki bentuk seperti butiran garam, yang secara teknis disebut presipitat.

Produk MHP bisa langsung dijual ke pabrik pengolahan baterai untuk diolah lebih lanjut atau diolah sendiri. Apabila ingin diolah sendiri, MHP yang terbentuk dimurnikan kembali dengan proses leaching and purification menggunakan berbagai pelarut. Setelah dimurnikan, padatan kembali diambil kembali (lihat tabel) dengan produk akhir MSP yang terdiri dari nikel sulfat dan kobalt sulfat. Campuran MSP ini kemudian bisa dijual langsung ke pabrik pengolahan baterai atau dipisahkan dulu menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat untuk dijual dengan harga yang lebih mahal.

Dibandingkan dengan smelter RKEF, pemrosesan kimia di smelter HPAL relatif lebih sulit, sehingga lebih banyak membutuhkan alat dan tahapan yang menyebabkan biaya investasi awalnya lebih mahal. Oleh karena itu, masih sedikit pelaku industri yang baru yang membuat fasilitas ini, dengan sebagian besar masih dalam tahap rencana. Saat tulisan ini dibuat, baru ada 1 emiten di BEI yang sudah mengoperasikan smelter HPAL, yakni $NCKL melalui PT Halmahera Persada Lygend. 

Meski biaya investasi awalnya lebih mahal, biaya produksi smelter HPAL lebih murah dibandingkan smelter RKEF karena tidak membutuhkan energi dan tempat yang terlalu besar. Dengan kualitas hasil produk nikel yang lebih tinggi dan margin keuntungan yang lebih besar, biaya investasi awal smelter HPAL dapat sepadan jika dikalkulasi dengan tepat.


Produk akhir nikel dan penentuan harga jual

Untuk meringkas, produk nikel di Indonesia terdiri dari 8 jenis, yakni 2 bijih (limonit dan saprolit), 3 feronikel (NPI, FeNi, dan nikel matte), dan 3 presipitat (MHP, MSP, dan nikel sulfat). Di luar negeri, smelter RKEF juga dapat menghasilkan produk nikel murni. Namun, karena produk tersebut belum diproduksi di Indonesia, artikel ini tidak membahas produk tersebut lebih lanjut.

Secara umum, produk dengan kandungan nikel yang tinggi membutuhkan lebih banyak tahapan pemrosesan, mulai dari bijih hingga menjadi nikel murni. Seluruh produk nikel dapat diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan produk akhir, yaitu nikel kelas 1 (battery grade nickel) dan nikel kelas 2 (stainless steel grade nickel). Untuk rinciannya, lihat tabel berikut ini.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana penentuan harga jual produk nikel yang beragam ini? 

Secara umum, harga jual produk nikel dihitung dengan harga per ton nikel ekivalen (ton Ni). Sederhananya, seluruh produk akan dihargai berdasarkan kadar nikelnya (sisa unsur lainnya dihargai dengan rendah atau bahkan nol). Jika kadar nikelnya semakin rendah, harga per ton produk tersebut biasanya semakin rendah dan sebaliknya.

Di sinilah peran pentingnya hilirisasi. Sebab, jika produsen hanya terus menjual bijih nikel dalam bentuk mentah, maka unsur-unsur lainnya – seperti besi, kobalt, dan logam tanah yang langka – akan dihargai sangat rendah atau bahkan tidak dihargai. Padahal, unsur logam non-nikel tersebut dapat dijual dengan harga jual yang cukup mahal, bahkan beberapa di antaranya bisa lebih mahal dari nikel.

Benchmark harga jual nikel mengacu indeks global seperti London Metal Exchange (LME), Shanghai Metals Market (SMM), dan indeks Harga Mineral Acuan (HMA). Ketiga indeks ini memiliki pergerakan harga yang relatif mirip, tapi tetap memiliki selisih harga.

Formula harga jual masing-masing produk kemudian dihitung menggunakan harga patokan mineral (HPM) yang dipengaruhi besar kadar nikel, Harga Mineral Acuan (HMA), dan correction factor. Correction factor ini yang memperhitungkan nilai diskon atau premium dari kualitas produk yang dihasilkan.

Selain faktor-faktor di atas, faktor penting yang juga menentukan harga jual adalah hukum supply-demand dari setiap produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam beberapa kesempatan, harga produk nikel premium dapat dihargai sama atau lebih murah dibandingkan produk dengan kemurnian rendah, contohnya nikel matte yang harga nikel per ton-nya lebih rendah dibandingkan NPI.

Perbandingan valuasi 4 emiten pengolah nikel terbesar di Indonesia. 
Sumber: Stockbit analysis

Saat ini, beberapa produsen ternama di Indonesia yang memproduksi masing-masing produk nikel adalah:

  • NPI: $MBMA, $HRUM

  • FeNi: $ANTM, $NCKL

  • Nikel matte: $INCO, $MBMA (tahap rencana melalui PT Zhao Hui Nickel, ekspektasi beroperasi pada 2H23) 

  • Produk presipitat: $NCKL, $INCO (proses pembangunan yang bekerja sama dengan Zhejiang Huayou dan Ford Moto, diekspektasikan sselesai pada 2022-2026), dan $MBMA (tahap rencana bersama Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., diekspektasikan beroperasi pada 2025)

Dengan perbedaan produk serta valuasi masing-masing emiten, emiten nikel apa yang menjadi favoritmu? We provide, you decide!

_______________

Penulis: 

Theodorus Melvin, Investment Analyst

Editor: 

Rahmanto Tyas Raharja, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ”„ Turnaround WINS dan Prospeknya ke Depan by Hendriko Gani

Wintermar Offshore ($WINS) mencatatkan laba bersih sebesar 3,2 juta dolar AS pada 4Q22, berbalik dari rugi sebesar 1 juta dolar AS pada 3Q22 dan rugi 304 ribu dolar AS pada 4Q21. Selama 2022 sendiri, WINS mencatatkan laba bersih sebesar 1,1 juta dolar AS, meningkat +510% YoY dari 182 ribu dolar AS pada 2021.

Dengan realisasi ini, WINS β€˜resmi’ turnaround dari kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Perseroan memang telah mencetak laba pada 2021, tetapi hasil tersebut disebabkan oleh keuntungan penjualan aset dan bukan dari aktivitas operasional.

Kisah turnaround WINS ini telah tim Stockbit tulis dalam Unboxing Saham WINS yang terbit pada Desember 2022. Lantas, bagaimana prospek WINS ke depannya? Apa strategi yang diambil oleh manajemen perseroan untuk menjaga momentum ini?


Kinerja WINS pada 2022

Peningkatan kinerja WINS pada 2022 didorong oleh meningkatnya pendapatan. Pada 4Q22, WINS membukukan pendapatan sebesar 19,4 juta dolar AS, naik +17,9% QoQ dan +61,1% YoY. Secara kumulatif selama 2022, pendapatan WINS tercatat meningkat sebesar +44,4% YoY menjadi 61 juta dolar AS

Peningkatan pendapatan tersebut disebabkan peningkatan daily charter rate selama 2022. Selain itu, WINS juga mengalami peningkatan utilisasi kapal menjadi 83% pada 4Q22, meningkat dari 68% pada 4Q21 dan 76% pada 3Q22. Capaian tersebut menjadikan rata-rata tingkat utilisasi sepanjang 2022 mencapai 72% (naik dari 67% pada 2021).

Pic: Daily charter rate dan utilisasi kapal WINS selama 2022. 

Source: Presentasi WINS

Pic: Tren utilisasi kapal WINS secara kuartalan.

Source: Presentasi WINS

Dari sisi biaya, WINS mencatatkan beban langsung (cost of revenue) sebesar 13,5 juta dolar AS pada 4Q22, cenderung stagnan jika dibandingkan dengan 3Q22 dan meningkat +32,8% YoY dibandingkan 4Q21 – lebih konservatif dibandingkan peningkatan pendapatan. Beban ini setara 69,3% dari total pendapatan WINS pada periode tersebut. Sementara itu, beban tidak langsung (operating expenses) tercatat sebesar 1,26 juta dolar AS pada 4Q22, turun -17,8% QoQ dan -3,5% YoY.

Selama 2022, beban langsung tercatat meningkat +37,2% YoY, sementara beban tidak langsung meningkat +11,1% YoY – lebih konservatif dibandingkan dengan peningkatan pendapatan. Adapun beban depresiasi dan beban kru masing-masing mengalami penurunan sebesar -6,5% YoY dan -3% YoY

Pic: Rincian biaya WINS pada 4Q22 dan 2022.
Source: WINS, Stockbit Analysis

Penurunan beban depresiasi dan beban kru yang dialami WINS ini disebabkan oleh strategi perubahan komposisi kapal yang lebih berfokus pada kapal high tier. Strategi ini telah dilakukan oleh WINS selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, beban operasi dan perawatan masing-masing meningkat +5,5% YoY dan +39,5% YoY, disebabkan oleh meningkatnya jumlah kapal baru yang sedang dipersiapkan untuk beroperasi. Beban bahan bakar juga tercatat meningkat +88,4% YoY akibat mobilisasi dan demobilisasi kapal yang bekerja di luar Indonesia.

Dari sisi beban tidak langsung, beban gaji tercatat meningkat +22,9% YoY menjadi 4,2 juta dolar AS selama 2022. Peningkatan ini disebabkan oleh berakhirnya pembekuan perekrutan dan pengembalian gaji untuk beberapa manajemen senior.

Lebih lanjut, WINS mencatatkan beban bersih (neto) lain-lain sebesar 2,65 juta dolar AS pada 2022, yang sebagian besar disebabkan oleh kerugian pelepasan aset sebesar 2,6 juta dolar AS. Angka ini berbalik dari untung sebesar 2,3 juta dolar AS pada 2021 akibat keuntungan pelepasan aset sebesar 2,86 juta dolar AS. Realisasi ini membuat laba usaha WINS pada 2022 mengalami penurunan sebesar -15,8% YoY menjadi 2 juta dolar AS.

Di luar aktivitas operasi, WINS juga mendapat keuntungan akibat penurunan beban bunga dan keuangan yang turun -35% YoY dan penurunan beban pajak penghasilan sebesar -87,4% YoY, sehingga meningkatkan laba bersih WINS pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.


Lifting Minyak: Realisasi 2022 dan Prospeknya pada 2023

Berdasarkan laporan dari S&P Global, gangguan pasar energi global akibat konflik Rusia dan Ukraina menyebabkan kenaikan harga minyak dan gas alam dan menjadikan ketersediaan energi sebagai prioritas utama bagi negara-negara di seluruh dunia. Sementara itu, karena energi terbarukan belum siap untuk memenuhi kebutuhan energi global, energi fosil pun mengalami lonjakan permintaan

Lonjakan permintaan ini menyebabkan aktivitas hulu migas kembali meningkat pada 2022. Sebelumnya, aktivitas hulu migas mengalami penurunan investasi sejak 2015 akibat penurunan harga minyak sejak pertengahan 2014. Karena kurangnya investasi sejak 7 tahun yang lalu, kondisi ini membuat pasar tidak cukup siap dalam menghadapi lonjakan permintaan pada 2022.

Sebagai gambaran aktivitas hulu migas telah meningkat sejak tahun lalu, S&P Global mencatat bahwa terdapat 178 penemuan lubang pengeboran baru per November 2022 di seluruh dunia, yang setara dengan penemuan 18,7 miliar barel minyak. Angka ini melebihi realisasi pada 2019, sekaligus menandai penemuan cadangan minyak terbanyak di luar Amerika Utara sejak 5 tahun terakhir. 

Di Indonesia sendiri, SKK Migas menargetkan lifting minyak sebesar 660.000 barel per hari (bpd) pada 2023, naik dari realisasi pada 2022 yang mencapai 612.300 bpd. Selain itu, SKK migas juga menargetkan investasi sektor migas pada 2023 naik +26,3% YoY menjadi 15,54 miliar dolar AS (vs. 2022: 12,3 miliar dolar AS).

Sementara itu, sentimen global yang berasal dari pemangkasan produksi minyak OPEC+ sebanyak 1,16 juta barel per hari per Mei 2022 hingga akhir tahun berpotensi memicu terjadinya peningkatan pada aktivitas hulu migas. Hal ini dapat menjadi katalis positif bagi WINS untuk melanjutkan potensi perbaikan kinerja ke depan.

Lalu bagaimana dengan industri Offshore Supply Vessel (OSV) sebagai salah satu penunjang aktivitas hulu migas? 

Per September 2022, tingkat utilisasi dari kapal Anchor Handling Tug Supply (AHTS) dengan daya 4.000 brake horsepower (BHP) dan kapal Platform Supply Vessel (PSV) dengan kapasitas 1.000 deadweight tonnage (DWT) di Asia Pasifik hampir mencapai 90%. Jika dikombinasikan, tingkat utilisasi OSV di Asia Pasifik secara keseluruhan mencapai 87% pada September 2022. Realisasi ini menandai tingkat utilisasi tertinggi sejak 2015.

Pic: Utilisasi kapal AHTS 4.000 BHP dan PSV 1.000 DWT pada 2021–2022.
Source: Presentasi WINS 
Pic: Jumlah kapal dan proyeksi orderbook kapal OSV
Source: Presentasi WINS 

Di sisi lain, jumlah kapal AHTS dan PSV – yang merupakan 2 jenis kapal utama OSV – cenderung tidak mengalami pertumbuhan selama 3 tahun terakhir. Bahkan, orderbook untuk 3 tahun mendatang masih cenderung kecil, hanya sekitar 2,45% dan 2,81% dari total AHTS dan PSV di dunia.

Pertumbuhan kapal AHTS dan PSV yang rendah disebabkan oleh rendahnya tarif angkut (daily charter rate) kapal OSV dibandingkan dengan harga kapal saat ini. Seperti yang dijelaskan dalam Unboxing Saham WINS, perusahaan OSV terbesar di dunia, Tidewater, melaporkan bahwa dengan asumsi utilisasi kapal sebesar 90% dan daily charter rate sebesar 37 ribu dolar AS, dibutuhkan setidaknya 28 tahun untuk perusahaan OSV mencapai break even point.

Kebutuhan yang tinggi dan rendahnya jumlah kapal yang beroperasi mengakibatkan naiknya daily charter rate kapal OSV. Tercatat, daily charter rate untuk jenis kapal PSV dan AHTS di wilayah Asia Pasifik mengalami kenaikan yang signifikan pada 2022. 

Sebagai contoh, kapal jenis AHTS dengan spesifikasi 12.000–16.499 BHP dan PSV dengan deck lebih besar dari 750 meter persegi memiliki daily charter rate sebesar 15 ribu dolar AS pada awal Januari 2022. Sementara itu, pada awal Januari 2023, daily charter rate kedua jenis kapal tersebut berada di kisaran 18 ribu dolar AS. Peningkatan daily charter rate ini dapat menjadi katalis positif bagi emiten OSV yang berlayar di daerah Asia Pasifik.

Pic: Daily charter rate kapal AHTS dan PSV pada Januari 2013–Januari 2023.
Source: Presentasi WINS

Walaupun telah mengalami kenaikan yang signifikan dalam setahun terakhir, tarif tersebut sebenarnya masih lebih rendah sekitar 40–50% dari level puncaknya pada 2013. Menurut manajemen WINS dalam acara investor update pada 4 April 2023, peningkatan aktivitas hulu migas hampir di seluruh dunia, termasuk di Amerika Latin, Timur Tengah, India, Brunei Darussalam, bahkan Malaysia dapat menggiring daily charter rate lebih tinggi lagi kedepannya.


Strategi WINS pada 2023

Tingginya demand global terhadap industri OSV berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh WINS. Hal ini terlihat dari kinerja operasional perseroan yang mengalami peningkatan

WINS sendiri mulai beralih ke pasar internasional yang memiliki daily charter rate lebih tinggi daripada di Indonesia. Per akhir 2022, 37,5% dari kontrak WINS merupakan kontrak dari pelanggan asing yang berada di luar perairan Indonesia (vs. 2021: 21,8%). WINS juga masih berencana untuk meningkatkan jumlah kontraknya pada tahun ini. 

Sejak awal 2022, WINS telah menambah 6 kapal yang terdiri dari 1 kapal high tier dan 5 kapal mid-tier, sehingga total kapal perseroan berjumlah 41 unit. Penambahan armada ini berpotensi membawa pertumbuhan bagi kinerja perseroan ke depannya. Hingga akhir tahun 2022, 1 kapal high tier yang baru ditambah WINS sedang dalam proses aktivasi. Sementara itu, 2 dari 5 kapal mid tier yang baru ditambahkan telah dipesan oleh pelanggan dengan kontrak jangka panjang (3–5 tahun), 2 kapal mid tier lain sedang dalam proses aktivasi, dan 1 kapal mid tier sudah siap berlayar tetapi belum mendapatkan kontrak. 

Saat ini, sekitar setengah dari kapal WINS yang terikat kontrak jangka panjang akan berakhir pada 1H23. Setelah kontrak tersebut selesai, WINS dapat menyewakan kembali kapalnya dengan daily charter rate baru yang lebih tinggi.

Meski demikian, manajemen WINS menyatakan bahwa mereka akan membagi sebagian portfolio kapal untuk long term contract yang memberikan arus kas yang stabil, sementara sebagian yang lain untuk short term contract guna mengambil keuntungan dari kenaikan daily charter rate. Menurut manajemen WINS, demand yang paling banyak masuk saat ini adalah short term contract, sehingga perseroan memprediksi bahwa tingkat utilisasi kapal akan cenderung berfluktuasi dan tidak terus meningkat seperti pada 2022. 

Valuasi

Meski telah mencatatkan laba pada 2021 dan 2022, valuasi WINS tidak dapat dinilai menggunakan metrik P/E Ratio karena perseroan mengalami kerugian berturut-turut pada 2015–2020. Oleh karena itu, untuk melihat valuasi WINS, kita sebaiknya menggunakan P/S Ratio dan P/BV Ratio.

Berdasarkan valuasi P/S Ratio, WINS saat ini diperdagangkan sedikit di atas +1 Std Deviation 10 tahunannya. Angka ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan peers-nya, Logindo Samudramakmur ($LEAD), yang diperdagangkan dengan P/S Ratio sebesar 0,44x. Namun, P/S Ratio WINS berada di bawah Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari ($ELPI) yang diperdagangkan di 2,83x.

Berdasarkan valuasi P/BV, WINS diperdagangkan pada 0,75x sedikit di atas rata-rata P/BV 10 tahunannya yang berada pada 0,64x. Jika dibandingkan dengan peers-nya, valuasi ini berada di tengah-tengah valuasi dari LEAD yang masih merugi 0,45x dan ELPI yang baru IPO pada tahun lalu di level 1,09x.

Data per 14 April 2023
Sumber: Fitur Stockbit

Nah, dengan potensi ke depan dan valuasinya saat ini, apakah menurut kamu saham WINS masih menarik untuk dibeli? We provide, you decide.

_______________

Penulis: 

Hendriko Gani, Investment Analyst

Editor: 

Calvin Kurniawan, Investment Analyst Lead

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ”‹ Head to Head IPO Saham Nikel: NCKL vs MBMA by Anggaraksa Arismunandar

Bursa Efek Indonesia akan kedatangan 2 emiten di bidang pertambangan dan pengolahan nikel pada April 2023. Kedua emiten tersebut adalah Trimegah Bangun Persada ($NCKL) yang merupakan anak usaha grup Harita dan Merdeka Battery Materials ($MBMA) yang merupakan cucu usaha dari Merdeka Copper Gold ($MDKA).

Kedua perusahaan ini memiliki lini bisnis nikel yang terintegrasi, mulai dari pertambangan, pengolahan atau smelter, hingga pengembangan kawasan industri. Menariknya lagi, potensi pendanaan yang didapat oleh keduanya terhitung cukup besar di tengah maraknya perhelatan IPO belakangan ini.

Lalu, bagaimana perbandingan antara kedua perusahaan ini – baik dari struktur kepemilikan, cadangan mineral, proyek hilirisasi, hingga valuasi? Siapa yang lebih menarik? Mari kita bahas lebih lanjut.

Struktur Kepemilikan

NCKL 

NCKL adalah anak usaha grup Harita yang dimiliki melalui PT Harita Jayaraya. Grup Harita sendiri dimiliki oleh salah satu konglomerat terkaya di Indonesia, Lim Hariyanto Wijaya. Selain pertambangan mineral, lini bisnis grup ini juga mencakup komoditas lain seperti kayu dan kelapa sawit. Setelah IPO, NCKL akan tetap dikendalikan oleh PT Harita Jayaraya dengan porsi kepemilikan lebih dari 86%.

Di bursa saham, grup Harita juga memiliki 60,6% saham di emiten pertambangan bauksit dan alumina, Cita Mineral Investindo (CITA), dan 78,1% saham di emiten perkayuan, Tirta Mahakam Resources (TIRT).

MBMA

Berbeda dengan NCKL yang hanya memiliki satu pemegang saham kunci, MBMA memiliki struktur kepemilikan yang lebih terdiversifikasi. Pemegang saham utama dari MBMA adalah PT Merdeka Energi Nusantara, perusahaan yang 99,99% sahamnya dimiliki oleh MDKA

MDKA sendiri cukup dikenal karena disokong oleh beberapa grup usaha seperti Saratoga, Provident, dan keluarga Thohir. Setelah IPO, sejumlah tokoh kunci dari grup-grup tersebut juga masih tercatat memiliki saham secara langsung di MBMA, antara lain Garibaldi Thohir (11,14%), Winato Kartono (6,33%), dan Edwin Soeryadjaya (2,13%).

Pic: Komposisi pemegang saham MBMA setelah IPO
Source: Prospektus IPO

Operasional: Mitra, Aset Pertambangan, Smelter, dan Kawasan Industri

Mitra

Seperti yang dijelaskan di awal, NCKL dan MBMA memiliki bisnis nikel yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Keduanya juga memiliki proyek pengembangan kawasan industri.

Dalam menjalankan bisnis tersebut, NCKL dan MBMA memiliki mitra strategisnya masing-masing

NCKL, misalnya, bermitra dengan Lygend Resources & Technology Co., Ltd. atau Lygend, perusahaan asal China yang bergerak di bidang rantai pasokan nikel. Dalam kemitraan ini, NCKL berinvestasi di beberapa proyek smelter yang dijalankan oleh anak usaha Lygend. Tak hanya itu, seluruh bijih nikel limonit yang diproduksi NCKL juga dijual ke anak usaha Lygend sekaligus entitas asosiasi perseroan, PT Halmahera Persada Lygend, sementara feronikel dijual ke Lygend.

Adapun MBMA bermitra dengan Tsingshan Holding Group, perusahaan asal China di bidang stainless steel dan nikel. Keduanya tercatat memiliki joint venture di bidang pertambangan dan smelter, serta bekerja sama dalam pengembangan kawasan industri.

Lantas, apa saja aset pertambangan, smelter, dan kawasan industri yang dimiliki oleh NCKL dan MBMA? Berikut rinciannya.

Aset Pertambangan

NCKL

Kegiatan operasional NCKL terletak di Pulau Obi, Maluku Utara. Di pulau tersebut, NCKL memiliki 2 pertambangan nikel laterit aktif, yakni Kawai dan Loji, dengan total luas mencapai 5.524 hektare

Selain pertambangan aktif, NCKL juga memiliki 2 konsesi untuk prospek pertambangan nikel dengan total luas 3.660 hektare di Tabuji-Lauwi dan Jikodolong, yang juga terletak di Pulau Obi. Melalui keempat proyek ini, NCKL memiliki total cadangan bijih saprolit dan limonit sebanyak 168,89 juta wet metric ton (wmt), dengan rata-rata kadar nikel tertimbang sebesar 1,31%.

Pic: Cadangan bijih NCKL
Source: Prospektus IPO

MBMA

Aset pertambangan utama milik MBMA berasal dari PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), perusahaan joint venture bersama grup Tsingshan. SCM sendiri memiliki tambang di Konawe, Sulawesi Tenggara dengan total luas mencapai 21.100 hektar

Tambang SCM merupakan salah satu tambang nikel terbesar di dunia dengan sumber daya (resource) JORC per Mei 2022 sebesar 1,1 miliar dry metric ton (dmt) atau setara 860 juta wet metric ton (wmt), dengan kandungan nikel sebanyak 13,8 juta ton (1,25%). Kandungan nikel tersebut terdiri dari 77% limonit dan 23% saprolit, serta diperkirakan juga memiliki kandungan kobalt sebesar 1 juta ton.

Pengolahan Nikel (Smelter) 

NCKL

NCKL telah memiliki beberapa fasilitas pengolahan smelter rotary kiln electric furnace (RKEF) yang menghasilkan produk feronikel. Pertama, melalui fasilitas PT Megah Surya Pertiwi yang terdiri dari 4 lini produksi dengan kapasitas total produksi sebesar 25 ribu ton feronikel per tahun

Kedua, NCKL memiliki fasilitas smelter RKEF di bawah PT Halmahera Jaya Feronikel yang direncanakan memiliki total 8 lini produksi. Dari jumlah tersebut, 4 lini di antaranya telah berproduksi dengan kapasitas 59 ribu ton per tahun

Terakhir, NKCL juga memiliki 35% saham di PT Karunia Permai Sentosa. Perusahaan tersebut memiliki proyek smelter RKEF dengan 12 lini produksi dan kapasitas produksi sebesar 185 ribu feronikel per tahun. Konstruksi proyek dimulai pada 2Q23, dengan produksi penuh ditargetkan pada 2Q25.

Selain smelter RKEF, NCKL juga memiliki fasilitas smelter high pressure acid leaching (HPAL) melalui 45,1% saham di PT Halmahera Persada Lygend. Fasilitas HPAL ini utamanya memanfaatkan bijih dengan kadar nikel rendah (limonit) dengan produk perantara yang dihasilkan berupa mixed hydroxide precipitate (MHP) – yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik – dan produk akhir berupa nikel dan kobalt sulfat

Tahap I dari proyek HPAL tersebut telah beroperasi sejak 2021 dan terdiri dari 2 lini produksi dengan kapasitas 37 ribu ton per tahun. Adapun proyek HPAL tahap II direncanakan memiliki kapasitas 18 ribu ton per tahun dengan konstruksi dimulai sejak September 2021.

Pic: Ilustrasi proses pengolahan nikel menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik
Source: Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves)

MBMA

Sementara itu, MBMA memiliki 2 kapasitas smelter RKEF yang telah beroperasi dengan total kapasitas produksi sebesar 38 ribu ton per tahun dalam bentuk nickel pig iron (NPI). Saat ini, MBMA juga tengah membangun fasilitas RKEF ke-3 dengan rencana kapasitas terpasang sebesar 50 ribu ton per tahun, yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2H23

Selain smelter RKEF, MBMA juga berencana mengembangkan 2 fasilitas HPAL. Fasilitas pertama ditargetkan mulai beroperasi pada 2025 dengan kapasitas penuh sebesar 120 ribu ton per tahun

Selain itu, MBMA memiliki proyek Acid Iron Metal (AIM) yang akan memproduksi asam dan uap untuk digunakan di fasilitas HPAL. Proyek ini direncanakan mulai berproduksi pada 2H23.

Pic: Aset-aset terkait material baterai EV milik MBMA
Source: Company Presentation MDKA

Kawasan Industri

Pada 2020, NCKL mendapatkan mandat untuk pengembangan Kawasan Industri Pulau Obi, yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional. Usaha ini dijalankan melalui salah satu entitas asosiasi, PT Dharma Cipta Mulia, di mana NCKL memiliki 40% saham di perusahaan tersebut. 

Pengembangan kawasan industri juga dilakukan oleh MBMA melalui kerja sama dengan Tsingshan. Keduanya mengembangkan Kawasan Industri Konawe dengan luas 3.500 hektare. Kawasan ini akan difokuskan untuk produksi bahan baku baterai, salah satunya adalah melalui rencana pembangunan fasilitas HPAL.

Pic: Aset dan fasilitas pertambangan milik NCKL dan MBMA
Source: Prospektus, company presentation

Alokasi Dana IPO

NCKL

Saat IPO, NCKL menawarkan 7,99 miliar lembar (12,67%) saham dengan harga 1.250 rupiah per lembar. Dengan demikian, dana yang didapatkan oleh NCKL saat IPO sekitar 10 triliun rupiah.

Dari dana jumlah tersebut, 38,08% di antaranya akan digunakan oleh NCKL untuk keperluan modal kerja. NCKL juga mengalokasikan sebesar 32,27% untuk setoran modal dan pinjaman yang akan diberikan kepada entitas anak maupun entitas asosiasi. Berikutnya, sebanyak 27,53% untuk pembayaran utang ke berbagai pihak, di antaranya OCBC Ltd., OCBC NISP (NISP), PT Dwimuria Investama Andalan (pengendali dari BBCA), serta kepada PT Harita Jayaraya selaku perusahaan induk NCKL. Sisanya sebesar 2,12% untuk keperluan belanja modal.

MBMA

Hingga tulisan ini dibuat, MBMA belum menentukan harga saham IPO-nya. Namun, Reuters melaporkan bahwa MBMA berencana memasang harga saham IPO sebesar 795 rupiah per lembar. Dengan saham yang dilepas maksimum 11 miliar lembar (10,24%) saham, maka indikasi dana hasil IPO saham MBMA setidaknya mencapai 8,75 triliun rupiah.

Dalam prospektus, MBMA menjelaskan bahwa mereka akan mengeluarkan saham tambahan maksimum 1,1 miliar lembar (1,01%) saham jika IPO mengalami kelebihan pemesanan pada penjatahan terpusat. Jika itu terjadi, maksimum dana yang diraih MBMA saat IPO mencapai 9,62 triliun rupiah.

MBMA akan menggunakan 48% dari dana hasil IPO untuk pembayaran pinjaman kepada 2 pihak, yaitu MDKA sebesar 225 juta dolar AS dan ING Bank NV sebesar 75 juta dolar AS. Lalu, 45,5% untuk pinjaman dan setoran modal ke beberapa entitas anak, yang selanjutnya akan digunakan antara lain untuk kebutuhan modal kerja dan belanja modal. Selain itu, sebanyak 5% akan digunakan untuk mengambil alih hak tagih sebesar 30 juta dolar AS atas perjanjian fasilitas dukungan induk yang diberikan MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia. Sisanya sebesar 1,5% akan digunakan oleh MBMA sebagai modal kerja.

Kinerja Keuangan dan Valuasi

Dengan kegiatan operasi yang sudah dimulai sejak 2010, NCKL memiliki track record yang lebih panjang dibandingkan MBMA yang baru membukukan pendapatan pada 2022. 

Per 11M22, NCKL mencatatkan pendapatan sebesar 9 triliun rupiah (+17,3% YoY). Dari sisi bottom line, NCKL membukukan laba bersih sebesar 4,3 triliun rupiah (+239,5% YoY) pada periode tersebut, yang juga didorong oleh kenaikan pada pos bagian atas laba entitas asosiasi

Di sisi lain, MBMA mencatatkan pendapatan sebesar sebesar 394,1 juta dolar AS atau 5,9 triliun rupiah selama 11M22, dengan laba bersih sebesar 36,8 juta dolar AS atau 551,6 miliar rupiah.

Setelah IPO, valuasi P/E (TTM) NCKL per 11M22 berada di level 15,7x dengan P/BV 4,1x. Di sisi lain, dengan asumsi jumlah saham yang dilepas sebanyak 11 miliar lembar dengan harga 795 rupiah per lembar, rasio P/E (TTM) MBMA tergolong cukup premium di level 154,8x, dengan P/BV 2,96x.

Pic: Perbandingan kinerja keuangan dan valuasi per 11M22 (TTM)
Source: Stockbit analysis, prospektus IPO

Nah, menurut kamu, mana yang lebih menarik? Apakah MBMA yang kegiatan produksinya baru dimulai dan memiliki ruang pertumbuhan yang besar? Atau justru NCKL yang lebih menarik karena telah memiliki beberapa smelter RKEF dan HPAL? We provide, you decide.

________________

Penulis: 

Anggaraksa Arismunandar, Senior Investment Analyst Stockbit

Editor: 

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ•ŠοΈ BIRD: Recovery dan Income Stream Baru di Tengah Risiko Beban Royalti by Calvin Kurniawan

Performa Blue Bird ($BIRD) mulai pulih pasca-pandemi. Pada 1Q23, laba bersih naik 161% YoY menjadi 123 miliar rupiah, laba bersih kuartalan tertinggi sejak 3Q18, didorong peningkatan pendapatan sebesar 55,2% YoY.

Sebelumnya, selama 2022, pendapatan BIRD juga naik +62% YoY menjadi 3,59 triliun rupiah (vs. 2021: 2,22 triliun rupiah), didorong oleh kenaikan segmen taksi (+71,9% YoY) dan juga non-taksi (+32,8% YoY). Tidak hanya itu, laba bersih bahkan naik hampir 50x lipat menjadi 358,4 miliar rupiah (vs. 2021: 7,7 miliar rupiah).

Segmen taksi reguler – yang berkontribusi sekitar 70% dari total pendapatan BIRD – mengalami peningkatan mobilitas pada 2022. Hal ini ditandai dengan jumlah kendaraan yang beroperasi pada 4Q22 yang lebih tinggi +28,8% dibandingkan 2021, serta pendapatan per kendaraan harian atau average revenue per vehicle (ARPV) pada 4Q22 meningkat +50,2% dari 2021

Source: BIRD 


Dengan peningkatan yang sudah begitu masif, apakah ini berarti pertumbuhan kedepannya akan kehabisan β€˜bahan bakar’? 

Ada beberapa hal yang berpotensi memengaruhi pertumbuhan BIRD ke depannya 

  1. Pemulihan menuju pendapatan pra-pandemi didorong peningkatan jumlah armada 

  2. Pendapatan dari income stream baru: iklan 

  3. Kenaikan tarif yang berhasil meng-offset kenaikan harga BBM 

  4. Margin yang meningkat di atas level pra-pandemi, dan bayangan beban royalti

Yuk kita bahas satu per satu!

1. Pemulihan menuju pendapatan pra-pandemi, didorong peningkatan jumlah armada 

Walaupun sudah mengalami pemulihan secara masif, pendapatan BIRD pada 2022 masih 11,3% lebih rendah dibandingkan level pendapatan pada 2019 atau ketika pra-pandemi. Padahal, manajemen BIRD mengatakan kepada tim Stockbit bahwa utilisasi kendaraan pada 4Q22 sudah tergolong cukup ideal, yaitu di level 85%.

Realisasi tersebut disebabkan oleh jumlah armada BIRD yang beroperasi pada 2022 belum sebanyak ketika pra-pandemi. Selama pandemi, jumlah kendaraan taksi BIRD turun dari 21.516 pada 2019 menjadi 14.519 pada 2021, sedangkan jumlah kendaraan non-taksi turun dari 6.992 ke 5.498 pada periode yang sama. Meskipun BIRD kemudian melakukan penambahan armada pada 2022, jumlahnya belum sesuai target (sekitar 80% dari target capex yang terserap) akibat kelangkaan chip yang juga mendisrupsi suplai kendaraan.

Kondisi ini berpotensi berubah pada 2023, di mana BIRD berencana menambah total kendaraan sebanyak 3.000 unit. Apabila menghitung jumlah kendaraan lama yang akan diremajakan, total jumlah armada BIRD bahkan akan bertambah sebanyak 6.000 unit pada 2023. Untuk menambah jumlah armadanya, BIRD menyiapkan capex sekitar 1,5–1,9 triliun rupiah pada 2023.

Dengan tambahan armada tersebut, manajemen BIRD menargetkan segmen taksi (Blue Bird dan Silver Bird) dan non-taksi (Golden Bird, Citi Trans, Big Bird, dll) akan mengalami kenaikan pendapatan masing-masing sebesar 20–30% pada 2023. 

2. Pendapatan dari income stream baru: iklan 

BIRD juga tengah mengimplementasikan sebuah inisiatif baru, yakni penempatan iklan di atas taksi yang dimilikinya. Saat ini, pilot project bisnis periklanan ini dilaksanakan oleh 400 taksi BIRD. 

Menurut manajemen BIRD, bisnis iklan dapat meningkatkan ARPV taksi sekitar 10-15%. Dengan asumsi ARPV taksi BIRD mencapai 700.000 rupiah per hari, maka pendapatan tambahan per taksi yang melaksanakan proyek ini mencapai 2–2,5 juta rupiah per bulan. 

Bisnis periklanan ini dijalankan dalam bentuk partnership dengan pihak ketiga yang memang bergerak di bidang advertising. Sehingga, nilai investasi atau capex untuk pilot project bisnis iklan ini akan ditanggung oleh pihak ketiga tersebut.

Selain itu, pendapatan dari bisnis iklan ini tidak akan dikonsolidasikan ke dalam akun pendapatan di income statement BIRD, melainkan di akun other income

3. Kenaikan tarif yang berhasil pass-on kenaikan harga BBM

Pemerintah menaikkan harga Pertalite sebesar +30,7% pada awal September 2022. Untuk menyikapi kenaikan ini, BIRD langsung melakukan penyesuaian tarif pada bulan tersebut.

Untuk wilayah Jabodetabek – yang berkontribusi sekitar 80% dari bisnis taksi BIRD – breakdown kenaikan tarifnya adalah sebagai berikut:

  • Blue Bird Regular

Tarif per km: dari 4.600 rupiah menjadi 5.000 rupiah (+8,7%)

Tarif buka pintu: dari 6.500 rupiah menjadi 7.000 rupiah (+7,7%)

  • Silver Bird

Tarif per km: dari 9.000 rupiah menjadi 9.800 rupiah (+8,9%)

Tarif buka pintu: tetap 17.000 rupiah (+0%)

Secara historis, beban BBM memiliki proporsi sekitar 20% dari total pendapatan BIRD, dengan mayoritas bahan bakar yang digunakan adalah Pertalite. Kenaikan harga Pertalite sebesar +30,7% memberikan dampak bagi kenaikan beban bahan bakar BIRD sekitar 6,1% dari pendapatan. Sehingga, kenaikan tarif taksi BIRD sekitar 8% dapat menutupi kenaikan beban bahan bakar tersebut.

Hal ini pun terlihat pada gross profit margin (GPM) BIRD yang meningkat menjadi 31% pada 4Q22 dan 31,2% pada 1Q23 (vs. 3Q22: 30,9%). Ini merupakan level GPM kuartalan tertinggi bagi BIRD sejak 1Q15

4. Margin meningkat di atas level pra-pandemi, tetapi dibayangi oleh beban royalti

Net profit margin (NPM) BIRD berada di level 10% pada 2022 dan 11,8% pada 1Q23. Capaian ini melampaui level pra-pandemi pada 2019 yang hanya 7,8%. Manajemen BIRD pun mengatakan kepada tim Stockbit bahwa mereka menargetkan margin tetap stabil di level yang sama pada 2023

Namun, ada kemungkinan bahwa margin dapat mengalami penurunan mulai dari 2024. Sebab, BIRD akan mulai membayar royalti ke pemegang saham pengendali sebesar 2% dari pendapatan neto per November 2023. Pemberlakuan pembayaran royalti ini sudah tertera di prospektus BIRD saat IPO pada 2014. 

Efek dari royalti ini baru akan sepenuhnya terasa pada 2024. Royalti ini pun berpotensi cukup berdampak bagi laba bersih BIRD, mengingat NPM BIRD berada di level 10-12%. Jika ada tambahan 2% di struktur biaya BIRD – dengan asumsi pendapatan dan NPM tetap stabil – laba bersih BIRD bisa turun 16,7%-20%

Apakah inisiatif BIRD mulai dari penambahan armada, transformasi digital, revenue stream baru via iklan, sampai optimasi rute bisa meningkatkan performa BIRD dan meng-offset peningkatan beban royalti? 

Tentunya, selain mobilitas masyarakat, lanskap industri mobilitas Indonesia juga akan turut mempengaruhi performa BIRD ke depannya. Mulai dari penurunan insentif dan kenaikan tarif perusahaan ride-hailing di tengah usahanya menuju profitabilitas, pemberlakuan dan regulasi electronic road pricing (ERP), ada atau tidaknya pemain baru di industri taksi, sampai dengan infrastruktur transportasi umum.


Bagaimana valuasi BIRD saat ini?

Per 27 April 2023, BIRD dihargai pasar dengan P/E 10,3x (TTM) dan 9,1x (annualized), serta EV/EBIT (TTM) 8,7x. Sedangkan P/BV BIRD masih berada di bawah mean P/BV standard deviation 5 tahun, dan berada jauh di bawah level pra-pandemi.

Setelah pandemi, BIRD berhasil meningkatkan performanya dengan sangat cepat, dengan profitabilitas perusahaan secara Return on Equity (ROE) berada di level 8,09%

Dengan potensi pertumbuhan, kualitas bisnis, efisiensi, dan tantangan bisnis BIRD, apakah menurut anda harga sahamnya undervalued? We provide, you decide.

(Tulisan di-update pada 27 April 2023 setelah laporan keuangan 1Q23 keluar)

________________

Penulis: 

Calvin Kurniawan, Investment Analyst Lead Stockbit

Editor: 

Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.

Disclaimer

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ’¨ ARNA dan Penurunan Harga Gas: Berkah atau Tantangan? by Hendriko Gani

πŸ‘‹ Stockbitor!

Harga liquefied natural gas (LNG) di pasar global telah turun signifikan dari rata-rata 33,97 dolar AS per mmbtu selama 2022 menjadi 14,29 dolar AS per mmbtu pada Maret 2023. Penurunan tersebut membuat industri keramik – sebagai industri yang menggunakan LNG sebagai salah satu bahan bakar utama untuk produksi – berpotensi mengalami penurunan biaya yang signifikan tahun ini. 

Sebagai emiten keramik terbesar di BEI sekaligus salah satu produsen terbesar di dunia, bagaimana dampak penurunan harga LNG bagi Arwana Citramulia ($ARNA) pada tahun ini?


ARNA: Produsen keramik top 10 dunia yang terus tumbuh dan semakin efisien

ARNA merupakan emiten yang bergerak di bidang industri keramik dan porselen. Sejak memulai operasi bisnisnya pada 23 Juni 1995, ARNA telah menjadi salah satu produsen keramik terbesar di dunia. Pada 2021, misalnya, mereka mendapat penghargaan dari Ceramic World Review sebagai produsen terbesar ke-9 di dunia, naik dari peringkat ke-12 pada 2020.

ARNA memiliki tiga brand yang menjadi produk utama mereka, yaitu keramik Arwana dengan target market yang lebih rendah, Uno yang menyasar low-to-middle class, serta Arna yang menyasar kelas menengah ke atas.

Sejak IPO pada 2001, ARNA mencatatkan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar +18% per tahun dengan pertumbuhan laba bersih sebesar +31% per tahun. Capaian ini didorong oleh peningkatan produksi dan harga jual, serta efisiensi biaya yang dilakukan manajemen ARNA.

  • Peningkatan produksi dan harga jual

    Pertumbuhan pendapatan ARNA disebabkan oleh dua hal, yakni peningkatan volume penjualan serta rata-rata harga penjualan


    Sejak 2015
    ARNA berhasil mencatatkan peningkatan volume penjualan sebesar +68,3% dari 39,6 juta meter persegi menjadi 66,6 juta meter persegi pada 2022. Peningkatan volume penjualan ARNA didukung oleh peningkatan kapasitas terpasang serta maksimalisasi tingkat utilisasi.


    Per 2022, ARNA mencatatkan kapasitas terpasang sebesar 64,4 juta meter persegi, jauh meningkat dari 49,37 juta meter persegi pada 2015. Selain itu, tingkat utilisasi ARNA juga terus mengalami peningkatan dari 84% pada 2015 menjadi 110% pada 2022. Kombinasi kedua hal tersebut membuat produksi ARNA meningkat secara signifikan dari 41,7 juta meter persegi pada 2015 menjadi 70,6 juta meter persegi pada 2022.

    ARNA menargetkan peningkatan kapasitas produksi pada 2025 mencapai 78 juta meter persegi per tahun, dengan tambahan kapasitas dari pabrik baru, yakni Plant 4C, 5C, dan 6.


    Dari sisi harga jual rata-rata, ARNA tercatat telah meningkatkan harga jual sebesar +18,9% per tahun sejak 2015 hingga 2022. Menurut pernyataan manajemen, ARNA tidak meningkatkan harga jual keramik dengan model yang sama, melainkan dengan menjual produk baru yang memiliki value lebih tinggi serta menyasar target market yang lebih tinggi. Sehingga, produk dengan harga jual yang lebih tinggi memberikan kontribusi yang terus meningkat setiap tahunnya dan menyebabkan kenaikan pada harga jual rata-rata campuran ARNA.

Pic: Data penjualan, rata-rata harga jual, dan volume penjualan ARNA selama 2015–2022.
Pic: Rencana ekspansi ARNA hingga 2025.
  • Efisiensi biaya dan pertumbuhan laba

    Selain pertumbuhan pendapatan, efisiensi biaya produksi yang dilakukan manajemen ARNA berperan penting bagi pertumbuhan laba yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pendapatan. Efisiensi yang dilakukan oleh ARNA datang dari dua hal, yakni peningkatan produktivitas tenaga kerja dan efisiensi penggunaan gas


    Sejak 2015, ARNA mencatatkan peningkatan gaji sebesar +12,2% per tahun, tetapi peningkatan unit labor cost ARNA hanya meningkat sebesar +2,5% per tahun. Peningkatan yang kecil ini disebabkan oleh produktivitas pekerja ARNA yang meningkat signifikan setiap tahunnya (+9,5% per tahun), sehingga terjadi efisiensi yang signifikan dari sisi tenaga kerja.

    Selain tenaga kerja, efisiensi yang dilakukan oleh ARNA dalam penggunaan gas juga tercatat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pertumbuhan laba bersih ARNA. Pada 2022, ARNA berhasil menurunkan penggunaan energi menjadi 1,35 newton meter kubik untuk setiap meter persegi keramik yang diproduksi, lebih rendah dari realisasi pada 2015 yang mencapai 1,96 newton meter kubik untuk setiap meter persegi keramik yang diproduksi. Pada akhirnya, total penggunaan gas dapat ditekan menjadi 30% dari total biaya pada 2022 (vs. 2015: 43% dari total biaya).


Penurunan harga gas dunia dan dampaknya bagi ARNA

Dengan biaya gas yang mencapai sepertiga dari total biaya ARNA saat ini, penurunan harga LNG di pasar global sekilas dapat menjadi keuntungan bagi perseroan. Namun, duduk perkaranya lebih rumit dibanding yang terlihat.

Penurunan harga LNG di pasar global tidak berdampak bagi penurunan biaya produksi ARNA karena dua hal:

  • Industri keramik di Indonesia menggunakan gas industri yang diproduksi di dalam negeri.

  • Peraturan Presiden no. 121 tahun 2020 menetapkan bahwa Harga Gas Bumi Tertentu – termasuk LNG – maksimal sebesar 6 dolar AS per mmbtu bagi industri pupuk, oleokimia, keramik, petrokimia, baja, kaca dan sarung tangan karet hingga akhir 2024.

Dalam public expose pada 9 Maret 2023, manajemen ARNA mengatakan bahwa efisiensi biaya produksi penggunaan gas berasal dari efisiensi volume penggunaan gas alam dan tidak serta-merta berasal dari penurunan harga gas alam.

Pic: Harga LNG berdasarkan benchmark Platts JKM per Maret 2023. Sumber: S&P Global

Penurunan harga LNG justru akan menguntungkan produsen keramik dari China dan India yang mengimpor dari pasar global. Menurunnya harga LNG di pasar global berpotensi membuat perusahaan keramik global dapat memproduksi keramik dengan lebih murah, sehingga meningkatkan competitive intensity bagi pemain di Indonesia.

Manajemen ARNA dalam public expose menjelaskan bahwa – menurut Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI) – jumlah impor homogenous tile Indonesia dari China, Vietnam, dan India mencapai 70–80 juta meter persegi per tahun. Angka tersebut merepresentasikan sekitar 50% dari kebutuhan domestik Indonesia di segmen tersebut yang mencapai 150 juta meter persegi.

Namun, terdapat beberapa kebijakan yang bisa menjadi favorable untuk ARNA dan pemain keramik Indonesia lainnya: 

  • Harga LNG pemain Indonesia masih lebih rendah
    Dengan Peraturan Presiden no. 121 tahun 2020, biaya pembelian LNG yang perlu dikeluarkan ARNA dan pemain keramik domestik lainnya masih lebih rendah dibandingkan pemain global

    Pembatasan harga tersebut pun terbukti mendorong pertumbuhan industri keramik di Indonesia. Pada 2015–2019, utilisasi kapasitas keramik terpasang nasional stagnan di kisaran 60–65%, tetapi kemudian meningkat menjadi 75% pada 2021 dan 78% pada 2022.

  • Kewajiban penggunaan keramik buatan domestik
    Pemerintah Indonesia mewajibkan penggunaan keramik dalam negeri bagi proyek-proyek pemerintah.

  • Kebijakan safeguard dan rencana anti dumping

    Kebijakan safeguard berupa bea impor yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini dapat membantu pertumbuhan industri keramik dalam negeri dan menghalangi pertumbuhan impor keramik. Kebijakan safeguard telah dimulai sejak 2018 lalu dengan periode pertama berakhir pada 2021. Pada periode pertama, safeguard berada di level 23%, 21% dan 19% pada 2021. Per 2022, kebijakan safeguard telah memasuki periode kedua dengan bea masuk di kisaran 17% pada 2022, 15% pada 2023, dan akan turun ke level 13% pada 2024.


    Safeguard
    sebesar 13% pada 2024 dapat menjadi risiko bagi pemain domestik karena pemerintah China menerapkan tax rebate sebesar 14% bagi produsen eksportirnya. Artinya, produsen China masih akan untung 1% jika mengekspor produknya ke Indonesia. Untuk mengantisipasi risiko ini, ASAKI telah menyampaikan usul anti dumping kepada Kementerian Perindustrian.

Selain beberapa kebijakan favorable di atas, industri keramik Indonesia masih memiliki ruang pertumbuhan. Penggunaan keramik dalam negeri sendiri masih rendah, sekitar 1,4–1,5 meter persegi per kapita (vs. global: 2,5 meter persegi per kapita). Ruang pertumbuhan inilah yang dapat menjadi potensi pertumbuhan ARNA dan pemain domestik lain untuk tidak kehilangan market share akibat tergerus oleh keramik impor dari China, India, dan Vietnam.


Valuasi ARNA

Dalam hal valuasi, saham ARNA dihargai oleh pasar dengan P/E yang cukup rendah dibandingkan peers-nya di domestik maupun global. Namun, dengan NPM yang mencapai 22,28% dan ROE sebesar 31,94% pada 2022, ARNA mencatatkan profit margin tertinggi dibandingkan dengan global peers-nya. 

Selain itu, efisiensi yang dilakukan ARNA selama beberapa tahun terakhir juga turut berkontribusi memberikan pertumbuhan laba bersih yang lebih tinggi dibanding peers (+38,9% CAGR 3Y), kendati pertumbuhan revenue selama 3 tahun terakhir tidak menyentuh double digit (+6,3% CAGR 3Y).

Walaupun penurunan harga gas ini tidak berdampak signifikan bagi ARNA, kebijakan pemerintah lainnya berpotensi untuk menjaga pertumbuhan industri keramik dalam negeri. Dengan potensi pertumbuhan ke depan, keunggulan kompetitif dan efisiensi yang dimiliki ARNA, apakah saham ARNA yang diperdagangkan dengan P/E di kisaran 12–13x masih menarik? We provide, you decide.


Penulis: 
Hendriko Gani, Investment Analyst Stockbit

Editor:
Calvin Kurniawan, Investment Analyst Lead Stockbit
Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.


Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”),  Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. 

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ‘Ά Tantangan dan Prospek di Balik Valuasi Murah Saham UCID by Calvin Kurniawan

πŸ‘‹ Stockbitor!

Unicharm Indonesia ($UCID) adalah market leader di industri popok bayi (MamyPoko dan Fitti), pembalut wanita (Charm), dan popok dewasa (Lifree dan Certainty) dengan market share di masing-masing kategori sekitar 40%

UCID adalah hasil dari kolaborasi antara perusahaan asal Jepang, Unicharm, dan Grup Sinar Mas. Saat ini, UCID merupakan pemain terbesar dalam β€˜Big 3 Companies’ di industrinya, yang juga meliputi PT Softex Indonesia (Softex, Sweety, Happy Nappy, dan Confidence) dan PT Kao Indonesia (Laurier dan Merries). 

Uniknya, meski menjadi pemain terbesar, valuasi UCID jauh lebih rendah daripada PT Softex Indonesia. Sebagai contoh, PT Softex Indonesia diakuisisi oleh Kimberly Clark dengan harga 1,2 miliar dolar AS atau sekitar 17–18 triliun rupiah pada 2020

Nilai akuisisi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan market cap UCID per 16 Maret 2023 yang hanya mencapai 4,66 triliun rupiah. Padahal, net cash yang dimiliki UCID pada FY22 mencapai 1,37 triliun rupiah atau 29,4% dari market cap-nya. Jika kita menghitung efek net cash tersebut, enterprise value UCID hanya berada di level 3,28 triliun rupiah

Padahal, pendapatan UCID terus mengalami pertumbuhan. Pada periode 5 tahun sampai dengan FY22, pendapatan UCID tumbuh dengan CAGR +7,2% per tahun. Pada 2022 sendiri, pendapatan UCID meningkat +13,2% YoY.

Selain itu, menurut manajemen UCID saat diwawancara Stockbit, segmen yang memiliki margin yang lebih tebal – yakni pembalut wanita dan popok dewasa – juga tumbuh lebih cepat dibanding segmen popok bayi. Dengan demikian, margin mix UCID pun bisa semakin baik.

Source: UCID

Tidak hanya itu, performa UCID ke depannya juga bisa didorong beberapa hal berikut: 

  1. Ekspansi ke segmen baru. Pada 2022, UCID melalui peluncuran produk pet care dengan merek β€˜Deo Toilet’, β€˜Deo Sheet’ serta pet food dengan merek β€˜Deli-Joy’. 

  2. Peningkatan kapasitas produksi dan distribusi. UCID juga berencana untuk melakukan pembelian mesin, mengingat utilization rate sudah mencapai sekitar 90%. Tidak lupa, warehouse juga ditambah untuk memperluas cakupan distribusi. 


Terus kok bisa UCID dihargai dengan valuasi segitu? 

Valuasi UCID yang lebih murah dari peers-nya juga merupakan efek dari pelemahan harga saham perseroan sebesar -21,7% dalam setahun terakhir. Tren penurunan harga saham ini menyusul beberapa tantangan yang sedang dihadapi oleh UCID, seperti penurunan margin akibat peningkatan harga komoditas, penurunan market share, dan belum masifnya premiumisasi produk segmen bayi di Indonesia. 

1. Penurunan margin 

Kenaikan harga komoditas pulp dan minyak – yang digunakan untuk polimer atau bahan penyerap di produk popok dan pembalut – menyebabkan penurunan margin UCID selama 2022.

Source: Trading Economics

Alhasil, UCID pun menaikkan rata-rata harga produk sebesar +5% pada 2022. Namun, sepertinya kenaikan harga ini belum cukup untuk menutupi kenaikan beban akibat kenaikan harga komoditas. Hal ini terlihat dari kenaikan beban HPP (+16,1% YoY) yang meningkat lebih besar dari pertumbuhan pendapatan (+13,2% YoY), sehingga gross profit margin turun dari 20,4% menjadi 18,3% pada 2022. Kondisi ini menyebabkan laba operasional UCID tertekan -20,8% YoY, meskipun peningkatan beban operasional masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pendapatan.

*dalam jutaan rupiah
Source: UCID 

Sensitivitas yang tinggi ini berasal dari margin laba UCID yang termasuk cukup tipis. Net profit margin (NPM) yang pada 2021 berada di level 5,2%, turun menjadi 3,1% pada 2022. Alhasil, laba bersih turun -34,7% YoY. 

Dengan kinerja UCID yang sangat sensitif dengan margin, kenaikan beban akibat lonjakan harga komoditas dapat menekan laba perseroan secara signifikan. Di sisi lain, jika harga komoditas menurun atau UCID dapat melakukan efisiensi, margin dan laba bersih perseroan berpotensi meningkat signifikan ke depannya.

2. Penurunan market share segmen popok 

Selain kenaikan beban, UCID juga mengalami tantangan kompetisi, yang ditunjukkan dengan penurunan market share di segmen popok bayi dan popok dewasa. Pada 2018, UCID memiliki market share sebesar 49,8% untuk popok bayi dan 46% untuk popok dewasa. Pada 4Q22, market share-nya turun menjadi 43% untuk popok bayi dan 40% pada popok dewasa.

Meski demikian, market share di segmen pembalut wanita naik dari 42,1% pada 2018 menjadi 46% pada 4Q22.

3. Premiumisasi 

Dalam tiga tahun terakhir, pendapatan sektor non-diaper UCID – yang didominasi oleh segmen pembalut wanita – meningkat sebesar +29%. Realisasi tersebut lebih tinggi dari segmen diaper yang pertumbuhannya hanya +19%.

Menurut manajemen UCID kepada tim Stockbit, pertumbuhan segmen pembalut wanita didorong oleh proses premiumisasi dalam beberapa tahun terakhir. Sementara itu, premiumisasi di segmen popok bayi belum muncul secara masif di Indonesia. 

Tentunya, proses premiumisasi membutuhkan kooperasi dari seluruh pemain di industri agar bisa terjadi secara sukses. Dengan beralihnya kepemilikan PT Softex Indonesia dari private equity CVC Capital Partners ke Kimberly Clark, apakah premiumisasi popok bayi akan menjadi lebih masif di Indonesia? I guess we’ll see


Bagaimana valuasi UCID dibandingkan peers-nya?  

Di awal tulisan, sudah disebutkan bahwa valuasi UCID jauh di bawah harga akuisisi PT Softex Indonesia oleh Kimberly Clark. Namun, fakta tersebut tidak secara otomatis mengimplikasikan bahwa valuasi UCID itu murah, karena masih terdapat kemungkinan bahwa akuisisi PT Softex Indonesia dilakukan dengan valuasi yang premium.

Nah, karena tidak ada pemain serupa UCID yang menjadi perusahaan terbuka di Indonesia, kita hanya bisa membandingkan valuasi dan metrik finansial UCID dengan peers-nya secara global.

*Valuasi per 16 Maret 2023
Source: S&P Capital IQ

Melalui tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa UCID tumbuh lebih cepat dan tergolong lebih murah dibandingkan peers sejenisnya di global. Meski demikian, UCID juga merupakan pemain yang secara ROE lebih tidak efisien dibanding pemain lainnya. 

Dengan profil yang dimiliki UCID saat ini, apakah valuasinya telah memberikan margin of safety dan termasuk murah? Atau justru menurut kamu masih terlalu mahal? We provide, you decide.


Penulis: Calvin Kurniawan, Investment Analyst Lead Stockbit

Editor: Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.


Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

🧈 $BRMS: Potensi Besar dari Kenaikan Produksi, Bagaimana Valuasinya? by Anggaraksa Arismunandar

πŸ‘‹ Stockbitor!

Di tengah potensi perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian kebijakan moneter, emas digadang-gadang sebagai salah satu komoditas yang memiliki prospek menarik di tahun 2023. Setelah sempat terpuruk hingga level 1.600 dolar AS per troy oz pada bulan September 2022, harga emas mulai reli pada akhir tahun lalu dan menyentuh harga 1.950 dolar AS per troy oz. 

Terlepas dari harga yang emas yang membaik, salah satu emiten produsen emas di BEI – Bumi Resources Minerals ($BRMS) – berpotensi mengalami peningkatan produksi yang signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Saat ini, BRMS memiliki 2 pabrik pengolahan emas yang telah beroperasi, dengan tambahan 2 pabrik lain yang saat ini dalam tahap pembangunan

Selain itu, BRMS juga baru saja mendapatkan tambahan cadangan mineral yang berpotensi menambah umur tambang milik anak usaha perseroan. Dengan berbagai katalis yang menyelimuti, bagaimana dampaknya terhadap kinerja keuangan serta pergerakan harga BRMS ke depan? Apakah valuasinya masuk akal dibanding dengan potensinya? Yuk kita bahas!


Peningkatan kapasitas pabrik dan produksi hingga 2024

Pic: Kapasitas pabrik pengolahan emas milik BRMS

Pertumbuhan output produksi Emas BRMS (troy oz)

Pic: BRMS, Stockbit Analysis 

Potensi growth BRMS datang dari penambahan produksi, seiring dengan mulai beroperasinya pabrik pengolahan bijih emas ke-2 milik anak usahanya, PT Citra Palu Minerals, dengan kapasitas 4.000 ton per hari. Pabrik tersebut telah beroperasi sejak November 2022 dengan kapasitas awal 200–500 ton per hari. Rencananya, kapasitas pabrik tersebut akan naik secara bertahap hingga beroperasi penuh pada 2Q23. Fasilitas ini menambah kapasitas pabrik pengolahan pertama dengan kapasitas 500 ton per hari yang telah beroperasi sejak 2020 lalu.

Selain kedua pabrik tersebut, BRMS juga tengah membangun pabrik ke-3 dan ke-4 yang direncanakan mulai beroperasi pada 2024. Dana untuk pembangunan kedua pabrik ini telah terlebih dahulu diamankan melalui 2 kali rights issue yang telah dilaksanakan BRMS pada 2021 dan 2022, di mana hal ini menjadi sebuah advantage di tengah tren kenaikan suku bunga. 

Pabrik emas ke-3 BRMS berlokasi di Palu dengan kapasitas 4.000 ton per hari. Pabrik ini dibiayai dengan dana yang diperoleh dari rights issue I yang dilaksanakan pada 2021. 

Sementara itu, pabrik ke-4 berlokasi di Gorontalo dan memiliki kapasitas 2.000 ton per hari. Pabrik ini dibangun menggunakan dana hasil rights issue II yang dirampungkan pada awal 2022. Rencananya, pembangunan pabrik ke-3 dan ke-4 ini akan selesai pada 1Q24, dengan kegiatan operasional dimulai pada 2Q24.

Dengan keempat pabrik tersebut, kapasitas pengolahan bijih emas BRMS berpotensi naik secara bertahap hingga diperkirakan mencapai kapasitas penuh sebanyak 10.500 ton per hari pada 2025. Dengan penambahan kapasitas pengolahan emas, volume produksi emas BRMS pun diperkirakan akan melonjak dalam beberapa tahun ke depan. 

Sebagai gambaran, ketika fasilitas pabrik emas pertama baru mulai beroperasi, PT Citra Palu Minerals mampu menghasilkan 73 kg (2.200 troy oz) emas pada 2020. Ketika pabrik berkapasitas 500 ton per hari itu beroperasi penuh, PT Citra Palu Minerals mencatatkan produksi emas hingga 139 kg (~4.300 troy oz) pada 2021. 

Untuk target produksi ke depan, Direktur BRMS Herwin Hidayat mengatakan bahwa pihaknya mengharapkan produksi emas dapat naik signifikan ke angka 25.000 troy oz pada tahun ini dan naik lagi mencapai 40.000 troy oz pada 2024

Dalam memproyeksikan angka produksi emas sendiri, terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan, seperti kadar kandungan emas, tingkat utilisasi pabrik, serta recovery rate atau porsi mineral berharga yang dihasilkan setelah tahap pemurnian.


Tambahan cadangan mineral untuk mengimbangi kenaikan produksi

Dalam 9 bulan terakhir, BRMS telah 2 kali mengumumkan tambahan sumberdaya (resources) dan cadangan (reserves) mineral baru oleh PT Citra Palu Minerals. Pada Agustus 2022, PT Citra Palu Minerals melaporkan kenaikan sumberdaya mineral di Blok 1 Poboya dari 17,8 juta ton menjadi 21,7 juta ton. Sejalan dengan itu, jumlah cadangan bijih mineral juga dilaporkan bertambah dari 8,5 juta ton menjadi 14,2 juta ton.

Pada Februari 2023, BRMS kembali mengumumkan temuan 8 juta ton bijih mineral baru, sehingga total sumber daya naik menjadi 28,4 juta ton dan cadangan bijih naik menjadi 22,8 juta ton. Jumlah cadangan ini diperkirakan memiliki rerata kadar emas sebesar 2,4 gram per ton, sehingga mengimplikasikan kandungan emas sebanyak 1,76 juta oz.

Tambahan cadangan mineral ini menjadi katalis positif karena akan mengimbangi kenaikan kapasitas produksi pabrik emas milik BRMS. Tanpa tambahan cadangan mineral baru, kenaikan produksi akan berimbas kepada semakin pendeknya umur tambang BRMS.

Jumlah Cadangan dan Sumber Daya mineral Blok 1 - Poboya

Source: Company

Makroekonomi 2023: potensi mendorong penguatan emas?

Berbeda dengan komoditas lain yang umumnya berfungsi sebagai bahan baku, fungsi utama emas digunakan sebagai sarana lindung nilai dan investasi. Hal ini karena dalam jangka panjang, harga emas cenderung bergerak menguat. Pergerakan harga emas juga tidak terlepas dari berbagai faktor makroekonomi dan geopolitik. Pada 2023, beberapa faktor tersebut berpotensi menjadi katalis bagi harga emas:

  • Potensi perlambatan ekonomi global yang diproyeksikan oleh berbagai lembaga dunia. Sebagai contoh, World Bank memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 1,7% (dari sebelumnya 3%). Harga emas cenderung memiliki performa yang baik di tengah resesi.

  • Pelemahan dolar AS terhadap mata uang lain yang ditandai dengan melandainya dollar index (DXY). Setelah membukukan reli panjang sejak 2021 hingga menyentuh titik puncak di level 113,2, DXY mulai mulai melandai pada 4Q22 dan kini berada di level 105. Secara historis, harga emas hampir selalu memberikan return positif dalam 12 bulan sejak indeks DXY memuncak.

Return harga emas 12 bulan setelah DXY mencapai titik puncak

Source: Bloomberg, World Gold Council

Pembelian emas oleh bank sentral. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa pada 2022, bank-bank sentral di dunia melakukan pembelian emas sebanyak 1.136 ton atau senilai ~70 miliar dolar AS. Angka ini merupakan level pembelian tertinggi sejak 1950. Emas dipandang sebagai sarana lindung nilai di saat kondisi ekonomi yang kurang baik, serta memberikan alternatif diversifikasi bagi bank sentral di luar aset seperti surat utang dan mata uang dolar AS.

Pembelian Emas oleh Bank Sentral

Source: World Gold Council, Reuters


Prospek di luar emas dan potensi sinergi dengan Amman Mineral

Meski PT Citra Palu Minerals masih menjadi satu-satunya aset yang telah berproduksi, BRMS juga memiliki proyek emas lain melalui PT Gorontalo Minerals (kepemilikan 80%) dan PT Linge Mineral Resources (kepemilikan 59,4%). PT Gorontalo Minerals memiliki cadangan bijih terkira (probable reserves) sebanyak 105,4 juta ton dengan kandungan emas 0,33 gram per ton. Sementara cadangan mineral PT Linge Mineral Resources tercatat sebesar 2,3 juta ton dengan kandungan emas 1,8 gram per ton.  

Selain emas, PT Gorontalo Minerals juga memiliki prospek tembaga, di mana saat ini manajemen perseroan masih mempertimbangkan opsi untuk pengembangan. Salah satu caranya dengan membangun pabrik pengolahan bijih tembaga menjadi konsentrat, untuk kemudian disuplai ke pihak lain yang memiliki smelter tembaga. Dengan hanya mengolah hingga menjadi konsentrat, maka perseroan tidak akan memiliki kebutuhan belanja modal (capex) yang terlalu besar.

Adapun salah satu pihak yang berpotensi untuk menjadi off-taker bagi konsentrat tembaga adalah grup Amman Mineral, yang  tengah membangun smelter di Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat, dengan rencana kapasitas input sebesar 900 ribu ton per tahun, melalui PT Amman Mineral Industri. Kemungkinan kerja sama ini terlihat cukup terbuka lebar, mengingat BRMS dan Amman Mineral memiliki tokoh kunci yang sama dalam sosok Agoes Projosasmito, yang merupakan Direktur Utama BRMS dan Komisaris Utama di PT Amman Mineral International. PT Amman Mineral International sendiri dikabarkan tengah menjajaki proses initial public offering (IPO) dengan target perolehan dana sebesar 1 miliar dolar AS.

BRMS juga memiliki proyek seng dan timah hitam (timbal) melalui PT Dairi Prima Mineral yang berlokasi di Sumatera Utara. Berdasarkan hasil studi JORC, proyek tersebut memiliki cadangan bijih sebesar 11 juta ton dengan umur tambang selama 15 tahun. Saat ini, proyek tersebut sedang berada dalam fase konstruksi fasilitas infrastruktur dan finalisasi pendanaan untuk salah satu lokasi penambangan.


Portofolio Aset BRMS

Source: Company 

Valuasi BRMS mengindikasikan ekspektasi growth yang tinggi

Pic: Perbandingan Valuasi Emiten Produsen Emas. Harga saham per 17 Maret 2023
*EV: Enterprise Value 
Source: Stockbit Analysis, Company 

Dilihat dari segi market cap, BRMS memiliki size yang lebih kecil jika dibandingkan produsen emas seperti ANTM dan MDKA. Namun, perlu diingat bahwa kedua perusahaan tersebut juga memiliki porsi pendapatan yang lebih terdiversifikasi di luar emas. ANTM memiliki segmen komoditas lain seperti feronikel dan alumina. Sementara itu, MDKA telah mulai membukukan pendapatan dari segmen nikel yang nilainya melebihi pendapatan segmen emas  per 9M22.

Jika disandingkan dengan player lain yang lebih berfokus pada komoditas emas seperti ARCI dan PSAB, saat ini valuasi BRMS tercatat jauh lebih tinggi dengan P/E (TTM) di level 101,9x dan price-to-sales di 119,5x. Level P/E BRMS melonjak setelah merilis laporan keuangan FY22, karena dampak dari one off transaction tahun 2021 telah hilang. Sebagai pengingat, pada kuartal IV/2021, BRMS  mencatatkan pendapatan yang berasal dari pemulihan piutang sebesar 90 juta dolar AS. 

Namun, valuasi BRMS ini bisa jadi mengimplikasikan ekspektasi pertumbuhan yang tinggi serta potensi mineral lain yang belum dikembangkan. Kapasitas pabrik emas akan naik dari 500 ton pada 9M22 hingga secara bertahap menjadi 10.500 ton pada 2024 mendatang, dengan manajemen memperkirakan tingkat produksi emas di tahun itu dapat mencapai 40 ribu troy oz (vs. 2021: 4.300 troy oz).

Gimana menurut kamu? Apakah kinerja BRMS di masa mendatang akan mampu memenuhi ekspektasi level valuasinya saat ini? We provide, you decide..


Penulis: Anggaraksa Arismunandar, Senior Investment Analyst Stockbit

Editor: Aulia Rahman Nugraha, Senior Investment Journalist Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.


Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

🌱 Pertamina Geothermal Energy ($PGEO): an Attractive Proxy to Green Energy? by Theodorus Melvin

πŸ‘‹ Stockbitor!

Pertamina Geothermal Energy ($PGEO) akhirnya melantai di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (24/2) dengan harga IPO sebesar Rp875/saham. Dengan raihan dana sebesar 9,06 triliun rupiah, IPO saham PGEO merupakan yang terbesar ke-5 dalam sejarah bursa saham Indonesia.

Berdasarkan data Bank Dunia, potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencakup ~40% dari cadangan sumber daya panas bumi dunia. Dengan hanya 2,8 GW yang beroperasi pada 2022, terdapat potensi yang signifikan untuk eksplorasi lebih lanjut dan pertumbuhan organik. Total kapasitas panas bumi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pesat menjadi sekitar 6,2 GW pada 2030, dengan CAGR sekitar 10,4% pada 2022–2030.

PGEO sendiri merupakan pemegang hak panas bumi terbesar di Indonesia. Lantas, bagaimana prospek anak usaha Pertamina ini ke depannya?


Nature Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)


Untuk menghasilkan listrik, generator dan turbin di PLTP memerlukan uap air tanah yang dipanaskan oleh magma. Lalu, apa konsekuensi skema tersebut bagi PGEO?

Pic: Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 
  • Stabil dan tidak perlu biaya bahan bakar, tapi berisiko natural decline

    Salah satu keunggulan PLTP dibandingkan renewable energy lainnya adalah kontinuitas dan stabilitasnya yang dapat diandalkan seperti PLTU. Kelebihan ini tidak dimiliki oleh energi terbarukan lainnya – seperti angin (PLTB) dan matahari (PLTS) – memiliki sifat intermittent yang membuatnya hanya dapat memproduksi listrik di waktu tertentu.

    PLTP juga tidak memerlukan biaya bahan bakar karena panas yang berasal dari bumi bisa didapatkan secara gratis, berbeda dari pembangkit listrik batu bara. Konsekuensinya, panas bumi tersebut harus diolah langsung di tempatnya untuk menjaga panas dan tekanannya. Karakteristik tersebut membuat PLTP memerlukan investasi awal yang besar untuk pembuatan uap dari panas bumi dan infrastruktur transmisi listrik guna menghantarkan listrik yang sudah diproduksi ke daerah padat penduduk. 


    Lokasi potensi panas bumi yang jauh dari daerah padat penduduk dapat memberikan risiko minimnya demand dari listrik yang dihasilkan PLTP. Untuk mengatasi masalah itu, PGEO mengusahakan setiap area operasi berdekatan dengan area padat penduduk, sehingga kapasitas pembangkit listrik dapat dimaksimalkan dan listrik yang dihasilkan dapat diserap oleh masyarakat. Sebagai contoh, PLTP Kamojang dan Karaha memiliki kota Bandung sebagai daerah padat penduduk, PLTP Lahendong memiliki kota Manado, PLTP Ulubelu memiliki kota Bandar Lampung, dan PLTP Lumut Balai memiliki kota Palembang.

    Selain itu, PLTP dapat mengalami risiko natural decline yang dapat mempengaruhi operasionalnya. Jika natural decline tersebut tidak dapat diperbaiki, maka satu-satunya cara adalah dengan mengebor sumur baru (make-up wells).

  • Capex besar, melibatkan berbagai pihak

    Operasional PLTP terdiri dari proses pembuatan gas dan proses pembuatan listrik. Untuk membangun infrastruktur bagi kedua kegiatan itu, diperlukan investasi awal hingga triliunan rupiah untuk masing-masing bagian. Hal ini menyebabkan perusahaan PLTP, termasuk PGEO, bekerja sama dengan beberapa pihak untuk membangun infrastruktur ini.

Pic: Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dimiliki oleh PGEO beserta rincian operator pembangkit listriknya.

Saat ini, PGEO memiliki 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan rincian 8 dioperasikan sendiri, 4 dikontrakkan, dan 1 dimiliki anak usaha. Dari jumlah tersebut, sebagian operasi WKP dikerjakan seluruhnya oleh PGEO, mulai dari pembuatan gas hingga pembuatan listrik. Namun, di beberapa lokasi, PGEO bekerja sama dengan PLN, di mana PGEO berperan sebagai pembuat gas dan PLN sebagai pembuat listrik.

Pada kasus tertentu, seluruh proses PLTP bahkan dapat dikerjakan oleh kontraktor (pihak ketiga) melalui skema kontrak operasi bersama (KOB). Melalui skema ini, kontraktor meminta izin untuk mengerjakan area operasi tersebut dengan imbalan memberikan sebagian laba bersihnya kepada PGEO.

Salah satu kontraktor PGEO adalah Star Energy, anak usaha Barito Pacific ($BRPT), yang mengerjakan area operasi di Darajat, Salak, dan Wayang Windu. Mengutip laporan keuangan PGEO pada 9M22, kontraktor akan membayar 2,66–4% dari laba bersihnya kepada PGEO.

  • Beban depresiasi mendominasi sehingga margin EBITDA tinggi

    Kombinasi capex yang besar untuk aset tetap tanpa adanya biaya bahan bakar membuat komposisi beban pokok pendapatan PGEO didominasi oleh beban penyusutan (9M22: 66% dari total beban pokok). Karakteristik bisnis model ini membuat margin EBITDA yang tinggi, berkisar 79–85%. Hal ini juga ditambah dengan karakteristik bisnis model perusahaan pembangkit listrik yang terhitung stabil karena listrik yang dihasilkan perusahaan wajib diambil oleh PLN dengan skema take-or-pay

    PLN sendiri menyumbang ~96% pendapatan PGEO dan sisanya berasal dari pembayaran kontraktor KOB atas hak operasi di area operasi perseroan. Namun, PLN memiliki pengaruh signifikan atas renegosiasi tarif PJBL dan PJBU, mengingat PLN memiliki dan mengoperasikan satu-satunya jaringan listrik yang didistribusikan di Indonesia. Hal ini berpotensi membuat PGEO tidak dapat meningkatkan margin labanya.


Sekilas IPO PGEO: Ekspansi Kapasitas untuk Tumbuh


Dana hasil IPO yang didapatkan PGEO akan digunakan sebanyak 83,4% untuk belanja modal (capex) guna menambah kapasitas di WKP. Tujuannya untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing dan pelanggan baru.

 Pic: Alokasi dana hasil IPO yang akan digunakan oleh PGEO.

Dari total raihan dana IPO, maka PGEO akan menggunakan 7,56 triliun rupiah untuk membangun dan menambah kapasitas pembangkit listrik. Adapun 2 area operasi yang sudah pasti akan dikembangkan meliputi:

  1. Lumut Balai : 55 MW (+55 MW) = 110 MW

  2. Hululais : belum diutilisasi (+110 MW) = 110 MW


Pengembangan kapasitas lainnya masih menunggu proses studi kelayakan (feasibility study) dan kesepakatan awal, yang kemungkinan dapat dilakukan langsung oleh PGEO atau anak usahanya. PGEO belum merinci berapa dana yang akan digunakan untuk membangun masing-masing area operasi karena masih bergantung kepada total dana yang didapat dan proses pengerjaan.

Pertumbuhan PGEO sangat bergantung pada penambahan kapasitas pembangkit listriknya, baik dari area operasi yang sudah ada maupun area operasi baru. Sebab, saat ini kontrak take-or-pay PJBU dan PJBL dengan PLN sudah mencapai level `~90%, yang berarti PLN sudah menyerap hampir semua tenaga listrik yang diproduksi PGEO. Selain itu, availability factor sudah berada di level 92–100% dengan capacity factor mencapai 80–96%, yang mengindikasikan bahwa pembangkit listrik PGEO sudah berada di utilitas maksimum.

PGEO menargetkan akan menambah kapasitas terpasang sebesar 600 MW hingga 2027, sehingga total kapasitas menjadi 1.272 MW.

Selain capex, 100 juta dolar AS (1,5 triliun rupiah) atau 16,6% dana IPO akan digunakan sebagai pembayaran sebagian facilities agreement antara PGEO dengan mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal, dan Bank Mandiri ($BMRI) sebagai facility agent.


Kinerja PGEO

Berdasarkan laporan keuangan 9M22, mayoritas aset PGEO diisi oleh aset tetap dengan liabilitas yang berasal dari pinjaman bank. Pendapatan relatif stabil dengan margin yang cukup besar karena mayoritas transaksi dilakukan melalui skema PJBU atau PJBL dengan PLN. Akan tetapi, terdapat beberapa hal menarik yang bisa dikulik dari laporan keuangan ini:

Pic: Laporan keuangan PGEO per 9M22.
  1. Peningkatan pendapatan lain-lain 9M22 diakibatkan oleh tidak adanya nilai penurunan atas nilai aset tetap. Hal ini juga berakibat pada kenaikan laba bersih di 9M22.

  2. Pendapatan usaha turun jauh pada 2020 karena perubahan PSAK 72 yang mengubah hal penilaian kembali atas transaksi pass-through dengan kontraktor KOB.

  3. Pada 2020–2022, margin laba bruto (GPM) relatif stabil di kisaran 50–57% dengan margin laba bersih (NPM) di rentang 18–38%.

  4. Debt-to-Equity Ratio berada di kisaran 0,9–1,5x dengan tren yang terus menurun pada 2020–2022.

Pic: Kinerja PGEO per 6M22.

Dari sisi operasional, juga terdapat beberapa hal menarik yang perlu dicermati di antaranya:

  1. Produksi listrik masing-masing area operasi tidak selalu sejalan dengan laba bersih yang dihasilkan. Sebagai contoh pada 6M22, produksi listrik PLTP Kamojang (800.055 MWh) relatif mirip dengan produksi listrik Ulubelu (778.926 MWh), tetapi laba bersih yang dihasilkan PLTP Kamojang (37,8 juta dolar AS) lebih tinggi dibandingkan PLTP Ulubelu (19,8 juta dolar AS). Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan harga jual beli listrik dan efisiensi pembangkit listrik di masing-masing area operasi.

  2. Komposisi margin laba saat ini masih didominasi oleh 3 PLTP, yakni PLTP Kamojang, PLTP Ulubelu, dan PLTP Lahendong.


Valuasi PGEO: Murah atau Mahal?

Jika dilihat dari kacamata valuasi PBV 1,32x, valuasi PGEO terasa cukup murah. Namun, valuasinya akan lebih mahal jika kita menggunakan metrik PE dan PS serta membandingkannya dengan Star Energy Group Holdings Pte. Ltd., anak usaha Barito Pacific ($BRPT) di bidang PLTP.

Pada 8 Maret 2022 lalu, Green Era Pte. Ltd. – entitas yang dikendalikan Prajogo Pangestu – membeli 33,33% saham Star Energy Group Holdings Pte. Ltd. dari BCPG Public Company Limited dengan nilai 440 juta dolar AS. Dengan total ekuitas Star Energy Group Holdings yang mencapai 982,7 juta juta dolar AS per 2021, maka transaksi tersebut mengindikasikan PBV 1,34x.

Dengan perbandingan metrik yang sama, IPO saham PGEO ditransaksikan dengan nilai yang cukup wajar.Namun, dari sisi PE dan PS, valuasi PGEO ditransaksikan pada nilai yang relatif lebih mahal.

Pic: Perbandingan valuasi PGEO dengan Star Energy.

Mahalnya nilai transaksi PGEO atau murahnya nilai transaksi Star Energy dapat dipengaruhi oleh 2 hal. Pertama, PGEO merupakan pemegang hak panas bumi terbesar di Indonesia, termasuk hak atas area operasi panas bumi Star Energy. Dalam kontraknya, Star Energy bertindak sebagai kontraktor kepada PGEO, yang artinya hak operasi tetap dipegang oleh PGEO. Hal ini menjustifikasi nilai premium yang dimiliki oleh PGEO karena mereka mendapat bagi hasil keuntungan dari KOB dengan Star Energy.

Kedua, lebih murahnya transaksi Green Era dengan Star Energy Group Holdings dapat dipengaruhi Grup Pangestu. Sebelum transaksi ini dilakukan, 66,67% saham Star Energy Group Holdings sudah dimiliki oleh BRPT, perusahaan yang juga dimiliki Prajogo Pangestu. Afiliasi keduanya memungkinkan transaksi dilakukan pada harga yang lebih rendah dibandingkan harga pasar.

Retrospektif hari pertama IPO

Sebelum IPO berlangsung, beredar rumor bahwa Masdar – perusahaan energi yang merupakan anak usaha BUMN Uni Emirat Arab, Mubadala Investment Company – dan Indonesia Investment Authority sudah masuk menjadi investor PGEO. Masdar dikabarkan masuk melalui INA dan keduanya akan mengambil 20% dari total saham yang ditawarkan PGEO, dengan rincian porsi Masdar sebanyak 15% dan INA sebesar 5%. Saat IPO pada Jumat (24/2), harga saham PGEO sempat turun -6,86% menjadi 815 rupiah per lembar, sebelum ditutup di harga 875 rupiah per lembar atau sesuai harga IPO.

Lantas, apakah saham PGEO layak dibeli? We provide, you decide.


Penulis: Theodorus Melvin, Investment Analyst Stockbit

Editor: Aulia Rahman Nugraha, Investment Journalist Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.


Disclaimer: 

Versi asli dari tulisan ini sudah tayang di akun Stockbit @TheodorusMelvin pada 2 Februari 2023. Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research.

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research. 

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ€” MIDI Stock Split, Right Issue, dan Ekspansi Masif Lawson: Seberapa Besar Dampaknya? by Calvin Kurniawan

πŸ‘‹ Stockbitor!

Pada Desember 2022, pendiri Grup Alfamart Djoko Susanto mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa pihaknya berencana membuka paling tidak 500 gerai Lawson per tahun dalam 5 tahun ke depan.

Lawson sendiri dikelola oleh PT Lancar Wiguna Sejahtera, anak usaha Midi Utama Indonesia ($MIDI) yang merupakan bagian dari Grup Alfamart.

Sebelum rencana ekspansi ini pun, MIDI telah mencatatkan pertumbuhan yang cepat. Pendapatan MIDI meningkat +10,1% CAGR (rata-rata per tahun) dalam 5 tahun sampai dengan 1Q23 (TTM). Sedangkan, laba bersihnya bahkan meningkat lebih besar, yaitu +32,4% per tahun.

Dengan mayoritas outlet yang dimiliki MIDI per 1Q23 (total: 2.511) didominasi oleh format Alfamidi (2.135 gerai Alfamidi), apakah berarti dengan rencana penambahan 2.500 outlet Lawson, Lawson akan menjadi tulang punggung performa finansial MIDI kedepannya?

Selain itu, MIDI juga melakukan aksi korporasi lain selama tahun 2023, seperti stock split dan rights issue. Bagaimana kedua aksi korporasi ini dapat mempengaruhi MIDI? Apakah valuasinya murah dibandingkan dengan potensi dan resiko nya?


Jumlah Outlet Lawson Bertumbuh Cepat, Namun Kontribusinya Belum Akan Mendominasi

Direktur Keuangan MIDI, Suantopo Po, menjelaskan kepada tim Stockbit bahwa Lawson belum akan segera menjadi tulang punggung performa finansial MIDI. Manajemen memproyeksikan kontribusi pendapatan Lawson β€˜hanya’ naik dari 3% pada 9M22 menjadi 5% pada FY23. Kok bisa?

  • Sales per store Lawson relatif lebih rendah daripada Alfamidi 

Pada FY22, Lawson menyumbang 8,1% dari total toko yang dimiliki MIDI, tetapi kontribusinya hanya 3,2% dari total pendapatan MIDI, mengindikasikan bahwa pendapatan per outlet Lawson lebih kecil dari Alfamidi.

Memang, perbedaan yang cukup signifikan antara kontribusi terhadap outlet dan kontribusi terhadap pendapatan juga dikarenakan banyaknya gerai Lawson yang baru beroperasi, sehingga mayoritas outlet belum mendapat pendapatan penuh secara satu tahun. Hal ini karena outlet Lawson tumbuh sangat cepat dalam setahun terakhir. Dari 65 outlet pada 2021, jumlah nya bertumbuh menjadi 192 outlet pada FY22 dan 323 outlet pada 1Q23, sesuai dengan rencana ekspansi manajemen.

Namun, sebelum ekspansi masif ini terjadi pun, sales per store Lawson memang lebih kecil dari Alfamidi. Hal ini sesuai jika kita membandingkan ukuran toko kedua merek tersebut. Alfamidi, yang memiliki format dengan ukuran di antara minimarket dan supermarket, memiliki gerai yang lebih luas dari Lawson. Sehingga, cukup wajar jika pendapatan per outlet Lawson lebih rendah dari Alfamidi. Capex per store Lawson juga lebih kecil. Menurut manajemen, capex per store Lawson sekitar 1–2 miliar rupiah, sedangkan Alfamidi mencapai 2–3 miliar rupiah.

  • 50% dari jumlah toko baru Lawson bukan toko yang berdiri sendiri, melainkan di dalam Alfamidi 

Menurut manajemen, 50% dari 500 toko baru Lawson yang akan dibuka pada 2023 memiliki format store in-store. Melalui format ini, Lawson akan berada di dalam Alfamidi dengan ukuran gerai 2,5 m x 3 m. 

Format ini membuat capex per store dari Lawson store in-store menjadi sekitar 500 juta rupiah, lebih rendah dibandingkan gerai standalone. Konsekuensinya, pendapatan Lawson store in-store akan lebih kecil dibandingkan Lawson standalone. Menurut manajemen, Lawson dengan format store in-store akan memiliki pendapatan toko per hari sekitar 3 juta rupiah (vs. Alfamidi: 17–20 juta rupiah, Alfamidi Super: 50 juta rupiah).

Meski demikian, manajemen berpendapat bahwa kolaborasi ini bisa meningkatkan store productivity Alfamidi serta menghindari kompetisi antara bagian convenience store Alfamidi dan Lawson. Sekitar 70% dari penjualan gerai standalone Lawson adalah produk ready to eat (seperti oden dan cheese bokki-nya yang viral) serta ready to drink, dua jenis produk yang saat ini juga dijual Lawson di dalam Alfamidi.

Source: Lawson
  • Alfamidi juga masih bertumbuh pesat 
    Secara hipotetis, kontribusi segmen Lawson akan mengalami kenaikan 2x jika pendapatannya naik 2x lipat dan pendapatan MIDI di segmen lain stabil. Namun, peningkatan kontribusi Lawson tidak bisa naik sebanyak kenaikan nilainya, karena MIDI juga masih bertumbuh.

    Pendapatan MIDI sendiri meningkat +10,1% CAGR (rata-rata per tahun) dalam 5 tahun sampai dengan 1Q23 (TTM). Laba bersihnya bahkan meningkat lebih besar, yaitu +32,4% per tahun.

    MIDI pun masih berencana membuka 200 outlet Alfamidi baru pada 2023, dengan mayoritas toko baru di luar Pulau Jawa. Hal ini sesuai dengan tren yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, di mana proporsi jumlah toko yang ada di luar Jawa tumbuh dari 33,3% pada 2018 menjadi 46,9% pada 9M22, seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.

Pic: Breakdown komposisi toko yang dimiliki MIDI secara geografis

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa pendapatan segmen Alfamidi masih bisa bertumbuh selama penjualan per toko stabil atau tidak terlalu berkurang drastis. Secara historis, pendapatan per toko Alfamidi cukup stagnan, yaitu 6,7 miliar rupiah per tahun pada 2021 dan 9M22 LTM, level yang serupa dengan 2016 dan 2017. Angka ini sebelumnya sempat mengalami peningkatan menjadi 6,9–7,5 miliar rupiah per toko pada 2018–2020. 


Jadi, apakah kegunaan dana dari rights issue hanya karena ekspansi Lawson?

Direktur Keuangan MIDI, Suantopo Po, menjelaskan kepada tim Stockbit bahwa rights issue yang ditargetkan menghasilkan dana sekitar 1 triliun rupiah memang juga digunakan untuk ekspansi toko. Namun, ekspansi tersebut tidak hanya untuk Lawson, tapi juga Alfamidi. 

Selain itu, MIDI juga ingin berinvestasi pada 3 fasilitas gudang (warehouse) baru yang masing-masing membutuhkan sekitar 100 miliar rupiah. Sampai awal Februari 2022, ada 11 gudang yang dimiliki atau disewa MIDI di berbagai pulau di Indonesia.


Bagaimana dengan stock split, kenapa dilakukan dan apakah akan ada pengaruh ke harga sahamnya?

Manajemen menargetkan peningkatan likuiditas saham MIDI setelah stock split. Sebelum stock split, turnover (nilai transaksi) saham MIDI per bulan pada November 2021 hingga November 2022 hanya kurang dari 1 miliar rupiah. 

Sebagai perbandingan, turnover bulanan saham induk usaha MIDI, Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), memiliki range di antara 231 miliar rupiah hingga 5,43 triliun rupiah pada periode yang sama.

Tentu, angka di atas menunjukan bahwa peningkatan likuiditas adalah sesuatu yang sangat favorable untuk MIDI, agar lebih banyak investor bisa memiliki sahamnya. Toh, kinerja finansial dan performa harga saham MIDI juga bisa tergolong sangat baik secara historis.

Dan benar saja, setelah aksi korporasi tersebut diumumkan pada Januari 2023, turnover bulanan MIDI meningkat lebih dari 100x dari 1,13 miliar rupiah menjadi 139,96 miliar rupiah. Setelah stock split dilaksanakan pada Maret 2023, turnover MIDI juga tetap berada di level yang jauh lebih tinggi dari level 2021-2022.

Namun, apabila melihat dari kasus AMRT, peningkatan likuiditas AMRT tidak serta merta diikuti dengan peningkatan valuasi.

Saat turnover bulanan AMRT kurang dari 2 miliar rupiah pada Februari–Maret 2018, saham perusahaan tersebut hanya memiliki valuasi sebesar 72–82x P/E ratio dan 31–32x EV/EBIT. 

Setelah periode itu, turnover bulanan AMRT selalu berada di level lebih tinggi dan bahkan mencapai level triliunan secara rutin dari Maret 2022 sampai Januari 2023. Namun, valuasi AMRT cenderung tidak pernah melebihi range valuasi tersebut secara berlebihan, dengan EV/EBIT maksimal sampai saat ini hanya di level 36x dan P/E tidak pernah melewati level tersebut.

Secara tahunan, konklusi yang sama juga bisa diraih. Berikut merupakan jumlah turnover saham AMRT selama setahun serta pergerakan valuasinya.

Pic: Perbandingan turnover saham AMRT tahunan dengan valuasinya di tiap tahun. 
Source: Bloomberg

Jadi, peningkatan likuiditas mungkin bukan penyebab utama kenaikan harga saham AMRT. Sama seperti MIDI, yang mendorong harga saham AMRT selama beberapa tahun terakhir ini sepertinya adalah performa keuangannya, yang juga terefleksikan pada peningkatan laba bersih perusahaan.


Bagaimana valuasi MIDI dibandingkan dengan peers sejenis?

Berbeda dengan AMRT, valuasi saham MIDI saat masih kurang likuid jauh lebih reasonable. Bahkan setelah meningkat +32% secara year-to-date (YTD) sampai dengan 25 Mei 2023, valuasi MIDI bisa terlihat lebih murah dari rata-rata peers, namun mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba yang lebih cepat dengan efisiensi perusahaan (ROE) yang lebih tinggi.

Pic: Perbandingan valuasi, efisiensi, dan pertumbuhan MIDI dibandingkan peers Asia. 
Source: S&P Capital IQ Performa per 9M22 TTM. Harga saham per 25 Mei 2023.

Tentu, P/E yang sudah mendekati 30x tidak membuat MIDI β€˜sangat murah’ secara metrik tradisional. Namun, seberapa besarnya P/E yang cocok untuk sebuah perusahaan dipengaruhi banyak hal, mulai dari moat perusahaan, potensi pertumbuhan, efisiensi, sampai besarnya risiko perusahaan. 

Dengan profil yang dimiliki MIDI saat ini, apakah P/E sebesar 29,6x telah memberikan margin of safety dan termasuk murah atau justru masih terlalu mahal? We provide, you decide.


Penulis: Calvin Kurniawan, Investment Analyst Lead Stockbit

Copyright 2023 Stockbit, all rights reserved.


Disclaimer: 

Semua konten dalam artikel ini dibuat untuk tujuan informasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/menjual saham tertentu. Always do your own research. 

PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

βž— Pemerintah Revisi Aturan Gross Split Untuk Dorong Investasi Migas by Guest User

Credit: by Stockbit


Daily Market Performance πŸš€

IHSG Net Daily Foreign Flow
5,456 (+1.14%) 5,456 (+1.14%)



Kurs IDR/USD Gold
15,456 (-1.14%) 7,456 (+1.14%)



Oil Coal
6,456 (+1.14%) 7,456 (+1.14%)



CPO Nickel
7,456 (+1.14%) 6,456 (-1.14%)



Kementerian ESDM menerbitkan aturan baru terkait skema kontrak bagi hasil (gross split) untuk industri hulu minyak dan gas (migas), yang efektif berlaku pada 12 Agustus 2024. Secara umum, aturan baru ini membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berpotensi mendapatkan persentase bagi hasil yang lebih banyak. Selain itu, aturan terbaru juga menyederhanakan variabel penentuan bagi hasil. Berikut rinciannya:

  1. Persentase bagi hasil kontraktor lebih banyak: Kontraktor lapangan migas konvensional dan non-konvensional bisa mendapatkan persentase bagi hasil hingga 95%. Sebagai perbandingan, dalam aturan sebelumnya kontraktor hanya mendapatkan maksimum 43% untuk minyak bumi dan maksimum 48% untuk gas bumi.
  2. Batas maksimum tambahan bagi hasil untuk kontraktor dihapus: Dalam aturan lama, pemerintah dapat memberikan persentase bagi hasil tambahan hingga 5% kepada kontraktor yang tidak mencapai nilai keekonomian proyek. Aturan baru menghapus batas tersebut.
  3. Peluang tambahan bagi hasil untuk negara: Jika kontraktor memiliki komersialisasi lapangan yang melebihi kewajaran nilai keekonomian proyek, pemerintah dapat memberikan tambahan persentase bagi hasil untuk negara. Ketentuan ini tidak tercantum dalam aturan sebelumnya.
  4. Penyederhanaan komponen untuk penentuan bagi hasil: Komponen variabel disederhanakan dari 10 komponen menjadi 3 komponen, yakni jumlah cadangan, lokasi lapangan, dan ketersediaan infrastruktur. Jumlah komponen progresif juga disederhanakan dari 3 komponen menjadi 2 komponen, yakni harga minyak bumi dan harga gas bumi. Penyederhanaan komponen ini diharapkan mempermudah aspek persyaratan bagi kontraktor.


Key Takeaways 

Persentase gross split yang lebih besar dan penyederhanaan komponen penentuan bagi hasil dapat meningkatkan daya tarik investor untuk melakukan eksplorasi dan pengembangan ladang migas di Indonesia. Peningkatan aktivitas eksplorasi dan pengembangan migas dapat berdampak positif bagi emiten-emiten di sektor jasa pendukung migas – seperti $WINS , $ELSA , dan $LEAD – karena dapat meningkatkan kontrak kerja perseroan. Adapun persentase gross split yang lebih besar berpotensi memberikan dampak positif bagi emiten-emiten produsen migas – seperti $MEDC dan $ENRG – karena akan meningkatkan pendapatan.


Top Gainer Hari Ini πŸ”₯

$UNVR $TINS
7,186 (+1.11%) 6,817 (+6.23%)


$PTRO $MYOR
5,184 (+7.20%) 4,817 (+0.55%)



Top Loser Hari Ini πŸ€•

$UNVR $TINS
7,186 (-1.11%) 6,817 (-6.23%)


$PTRO $MYOR
5,184 (+7.20%) 4,817 (-0.55%)



What’s hot by Stockbit Research πŸ”₯

Unboxing Unboxing
MPMX: Attractive Sustainable Dividend Of ~8% p. a. Backed abcda efgh ijklmmn opqrstu MPMX: Attractive Sustainable Dividend Of ~8% p. a. Backed abcda efgh ijklmmn opqrstu
22 Agustus 24, 16.00 WIB 22 Agustus 24, 16.00 WIB


🧀 MARK: Perusahaan Pembuat Handformer dengan Market Share Tertinggi di Dunia by Stockbit Snips

πŸ‘‹ Stockbitor!

Stockbit Academy merilis unboxing Saham PT Mark Dynamics Indonesia (atau saham $MARK). Di unboxing Saham MARK ini, kita bisa mendapatkan rangkuman laporan performa emiten MARKPT Mark Dynamics Indonesia adalah perusahaan yang membuat cetakan sarung tangan (hand former).

PT Mark Dynamics Indonesia memproduksi berbagai macam tipe cetakan sarung tangan untuk keperluan medis, industrial, hingga rumah tangga. PT Mark Dynamics Indonesia memiliki spesialisasi dalam membuat cetakan sarung tangan nitrile dan latex.

PT Mark Dynamics Indonesia menguasai 40% market share (pangsa pasar) cetakan sarung tangan secara global, dimana MARK memiliki kapasitas terbesar di dunia dengan kapasitas 21 juta pcs/tahun. Kapasitas produksinya naik lebih dari 2x lipat secara YoY (Year-on-Year atau secara tahunan) dan tumbuh dengan CAGR (Compounded Annual Growth Rate) sebesar +36,6% sejak IPO pada tahun 2017.

Bisnis Model

Bisnis model MARK meliputi pembelian bahan baku dan melakukan produksi (manufaktur) cetakan sarung tangan. Bahan baku produksi berasal dari clay, resin, dan beberapa campuran mineral lainnya yang 70%-80% berasal dari impor dari Eropa. Dari bahan baku tersebut, MARK memproduksi cetakan sarung tangan.

Keunggulan utama dari cetakan sarung tangan MARK adalah durability atau daya tahan yang baik. Cetakan sarung tangan yang diproduksi oleh MARK dipakai oleh pelanggan untuk mencetak sarung tangan. Cetakan ini umumnya dapat digunakan untuk mencetak hingga 10.000 buah sarung tangan, sehingga pelanggan perlu membeli lagi.

Pemegang Saham MARK

Tecable (HK) Co. Ltd melepas total 35% saham MARK kepada PT Dyna Capital Indo (DCI) dan PT Mark Capital Indo (MCI) pada 4 Juni 2022.20% ke DCI di harga rata-rata Rp1.200/saham 15% ke MCI di harga rata-rata Rp1.135 /saham 99,99% saham DCI dan MCI dikuasai oleh Tecable. Setelah transaksi, Tecable secara langsung memiliki 43,82% saham MARK dari sebelumnya 78,82%.

Sehingga, pemegang saham MARK menjadi sebagai berikut: Tecable Co Ltd memiliki 43,82% saham MARKPT Dyna Capital Indo memiliki 20% saham MARKPT Mark Capital Indo memiliki 15% saham MARKSutiyoso, pendiri PT Mark Dynamics Indonesia, memiliki 2,66% saham MARKMasyarakat memiliki 18,52% saham MARK

Performa keuangan MARK

Performa apik MARK sejak IPO juga terefleksi pada laba bersih yang tumbuh dengan CAGR +70% dan pendapatan yang tumbuh dengan CAGR +49%. Total aset perusahaan MARK telah naik 5x lipat dalam 5 tahun, dengan rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio/DER) yang relatif rendah pada 0,18x.

Meski demikian, MARK memiliki risiko penurunan permintaan (demand) sarung tangan pasca-pandemi serta potensi penurunan profitabilitas akibat penurunan harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP).

Harga dan Valuasi Saham MARK

Harga saham MARK saat tulisan ini dibuat pada 28/06/2022 adalah Rp1.015 per lembar saham. Harga saham MARK telah mengalami kenaikkan 15,34% dalam satu tahun, namun turun -2,33% sejak awal tahun 2022.

Dari segi valuasi menggunakan Price to Earnings Ratio (PER), saham MARK saat ini berada pada PER (TTM) 8,6x. PER ini berada di bawah PE -1 standar deviasinya yang berada di 12,9x.

Dari segi valuasi menggunakan Price to Sales Ratio (P/S), saham MARK saat ini berada pada P/S (TTM) 2,88x. P/S ini berada di bawah P/S -1 standar deviasi nya yang berada di 3,77x.

Unboxing Saham MARK

Lantas, bagaimana detail kinerja operasional, finansial, dan valuasi dari MARK? Analisis selengkapnya bisa langsung kamu baca di Unboxing Saham MARK!Pada, meliputi:Model bisnis PT Mark Dynamics IndonesiaProfil dan performa perusahaan MARK.

Perkembangan  operasional MARKPertumbuhan historis dari keuangan MARKTren dan perkembangan dari MARK dan industri sarung tangan duniaLantas, bagaimana kinerja operasional, finansial, dan valuasi dari MARK? Analisis selengkapnya bisa langsung kamu baca di Unboxing Saham MARK!

Dalam Unboxing ini, kamu bisa mendapatkan rangkuman laporan performa emiten PT Mark Dynamics Indonesia, seperti:

  • Model dan rencana bisnis MARK

  • Profil serta performa operasional dan keuangan MARK

  • Tren dan perkembangan dari MARK dan industri sarung tangan dunia


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

😎 Ekonomi Pulih, Sektor Retail Siap Tancap Gas? by Stockbit Snips

πŸŽ’Starter Pack Buat Analisis Sektor Retail

πŸ‘‹ Stockbitor!
Stockbit Academy baru saja merilis Unboxing Sektor Retail. Dalam Unboxing ini, kamu bisa mendapatkan rangkuman laporan performa emiten di sektor retail, meliputi:

  • Tren pemulihan kinerja emiten sektor retail seiring relaksasi pembatasan Covid-19

  • Proporsi biaya tetap dan pengaruhnya terhadap kinerja emiten retail

  • Profil dan komparasi performa emiten retail, mulai dari RALS, ERAA, MAPI, LPPF, hingga ACES

  • Konsensus analis terkait pendapatan, laba bersih, dan target price masing-masing emiten retail pada 2022

Tersedia juga berbagai Unboxing sektor lainnya, seperti Sektor Perbankan, Sektor Properti, Sektor Kesehatan, Menara Telekomunikasi, Sektor Teknologi, dan Consumer.


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ›’ Analisis Sektor Consumer Goods (FMCG): ICBP, INDF, MYOR, UNVR, KLBF, SIDO by Stockbit Snips

πŸ‘‹ Stockbitor!

Fast-moving consumer goods (FMCG) atau lebih dikenal sebagai consumer goods adalah produk yang dikonsumsi oleh konsumen dalam keseharian. Sesuai namanya (fast-moving), produk ini pada umumnya memiliki masa simpan yang pendek (short shelf life), dibeli konsumen secara berulang dalam jumlah yang banyak, dan dikonsumsi secara cepat. 

Contoh produk FMCG di antaranya makanan dan minuman, sembako, produk kebersihan dan perawatan tubuh (home and personal care), obat bebas (OTC), hingga rokok.

Karena termasuk kebutuhan pokok, karakteristik lain dari produk FMCG yakni non-cyclical alias konsumsinya relatif tidak terpengaruh siklus ekonomi. Ketika ekonomi sedang ekspansi maupun resesi, orang akan tetap mengonsumsi produk-produk di atas, bukan?

Satu hal yang sangat melekat dengan produk FMCG adalah brand. Di satu rak supermarket untuk kategori sabun mandi, misalnya, terdapat berbagai brand yang berasal dari banyak perusahaan. Bahkan, satu perusahaan dapat mengembangkan beberapa brand dalam kategori produk yang sama untuk menyasar segmen konsumen yang berbeda. 

Kembali ke contoh sabun mandi, Unilever (UNVR) memiliki brand Lifebuoy dan Lux. Untuk kategori sampo, ada Clear, Clear Men (sampo khusus pria), dan Sunsilk (sampo khusus wanita).

Selain terkait segmentasi pasar, mengapa brand menjadi sangat penting bagi perusahaan FMCG atau consumer goods? Hal ini disebabkan produk FMCG sangat beragam dan merupakan substitusi satu sama lain sehingga perusahaan perlu membangun brand equity yang membedakannya dari kompetitor. Dengan memiliki brand equity yang kuat, perusahaan juga dapat memiliki pricing power yang lebih besar dalam penentuan harga jual produk.

Salah satu cara untuk membangun brand equity adalah melalui iklan dan promosi. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika produk FMCG mendominasi iklan di TV. Perusahaan FMCG mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk beban iklan dan promosi, yang besarannya rata-rata mencapai 7,6% dari pendapatan.

Saham Perusahaan FMCG Terbesar di Indonesia

Sebagian besar dari kita pasti sudah familiar dengan produk FMCG atau consumer goods. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, setiap hari kita mengonsumsi produk tersebut. Namun, mungkin belum banyak yang tahu bahwa selain hanya menjadi konsumen produknya, kita juga bisa menjadi pemilik perusahaannya dengan membeli sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Per April 2022, terdapat sekitar 90 perusahaan FMCG yang tercatat di BEI. Sektor FMCG sendiri berkontribusi terhadap 10% dari total market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Berikut ini ringkasan mengenai 4 perusahaan FMCG terbesar di Indonesia.

1. Indofood (ICBP dan INDF)

Indofood adalah bagian dari Salim Group, dengan pemegang saham pengendali Anthoni Salim, orang terkaya ke-3 di Indonesia versi Forbes 2021. Indofood (INDF) bergerak di bisnis yang terintegrasi secara vertikal mulai dari kelapa sawit (melalui SIMP dan LSIP), tepung Bogasari, dan produk konsumen melalui Indofood CBP (ICBP). 

Beberapa brand unggulan Indofood di antaranya Indomie, Indomilk, Chitato, Bumbu Racik, Promina, Bogasari, La Fonte, Bimoli, dan Palmia.

Indofood CBP mengakuisisi Pinehill Company Limited (PCL) senilai hampir 3 miliar dolar AS pada 2020. PCL sendiri menjual produk Indomie untuk pasar Afrika dan Eropa. Akuisisi tersebut tampak membuahkan hasil karena adanya konsolidasi kinerja PCL ke dalam laporan keuangan Indofood CBP. Tercatat penjualan ICBP tumbuh +21,8% YoY pada 2021, lebih tinggi dari +10,3% YoY pada 2020.

2. Mayora (MYOR)

Mayora Indah dikenal melalui brand Kopiko, Roma, Danisa, Choki Choki, Better, Torabika, Astor, Beng-Beng, Energen, hingga Le Mineral. Pemegang saham pengendalinya yakni Jogi Hendra Atmadja, orang terkaya ke-9 di Indonesia menurut Forbes 2021.

Mayora juga termasuk perusahaan FMCG Indonesia dengan penjualan ekspor terbesar, yakni mencapai 43% dari total penjualan 2021. Produk perseroan juga telah hadir di lebih dari 100 negara. Perseroan membukukan penjualan Rp27,9 T per 2021, tumbuh +14% YoY.

3. Unilever (UNVR)

Berikutnya contoh emiten consumer goods adalah Unilever Indonesia yang merupakan salah satu perusahaan FMCG paling awal di Indonesia yang berdiri sejak 1933. Unilever menjadi perusahaan FMCG dengan market cap terbesar di BEI, yakni Rp148 T per April 2022. Produk perseroan juga sangat dikenal luas, misalnya Lifebuoy, Sunlight, dan Royco, yang mana ketiganya memiliki brand penetration masing-masing 91,6%, 88,4%, dan 81,4%, menurut Kantar Indonesia 2021.

Perseroan memiliki dua segmen usaha, yakni home and personal care yang berkontribusi terhadap 67% penjualan dan segmen foods and refreshment dengan kontribusi 33%. Per 2021, perseroan membukukan penjualan Rp39,5 T (-8% YoY).

4. Kalbe Farma (KLBF)

Kalbe merupakan perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara (berdasarkan market cap) yang sahamnya sudah tercatat di BEI. Salah satu pendirinya yaitu Boenjamin Setiawan, orang terkaya ke-8 di Indonesia menurut Forbes 2021. 

Beberapa brand unggulan milik Kalbe dalam segmen consumer health di antaranya Promag, Komix, Woods, Mixagrip, Procold, Neo Entrostop, dan Extra Joss.

Perseroan juga memiliki divisi nutritionals dengan produk utama susu bubuk untuk berbagai segmen usia. Beberapa brand unggulannya adalah Prenagen, Milna, Entrasol, dan Diabetasol. Kalbe juga memiliki anak usaha di bidang distribusi dan logistik, yaitu Enseval Putera Megatrading (EPMT). Perseroan membukukan penjualan Rp26,3 T per 2021, tumbuh +13,6% YoY.

5. Sido Muncul (SIDO)

Sido Muncul adalah perusahaan terbesar di bidang jamu dan obat herbal di Indonesia. Berawal dari Jamu Tolak Angin yang diformulasikan pada 1940, kini brand Tolak Angin menjadi ikon dari Sido Muncul dan menjadi market leader di segmen jamu herbal untuk mengatasi masuk angin. Selain Tolak Angin, beberapa brand unggulan Sido Muncul di antaranya Tolak Linu, Kuku Bima Ener-G, Susu Jahe, Esemag, dan Kunyit Asam.

Selain menjadi market leader industri jamu di Indonesia, perseroan juga mulai memperluas pasar ekspor. Pada 2018, Sido Muncul mendirikan anak usaha di Nigeria yang akan menjadi basis penetrasi ke pasar di Afrika Barat (ECOWAS). Per 2021, Sido Muncul membukukan penjualan Rp4 T (+20,6% YoY).


Pembahasan selengkapnya tentang analisis saham consumer goods (FMCG) bisa diakses di Unboxing Sektor Consumer di Stockbit Academy ya. Beberapa topik yang diulas mencakup pengaruh tren makro (peningkatan mobilitas, pemulihan daya beli, hingga kenaikan harga komoditas) terhadap kinerja emiten, serta tren kinerja emiten dalam 3 tahun terakhir.

Potensi dan Risiko Saham Consumer Goods

Biasanya, saham consumer goods (FMCG) sering menjadi favorit para investor di bursa, selain saham perbankan dan pertambangan. Beberapa faktor yang menjadi alasannya, yaitu:

  • Populasi dan konsumsi

Pertumbuhan penduduk, kenaikan tingkat pendapatan, hingga urbanisasi dapat mendorong konsumsi rumah tangga yang menjadi driver kinerja emiten FMCG.

  • Kinerja relatif stabil

Penjualan produk FMCG relatif tidak terpengaruh siklus ekonomi (non-cyclical), menjadikan saham consumer sebagai saham defensif bagi investor saat terjadi krisis.

  • Rutin membagikan dividen

Karena tidak bersifat capital intensive, emiten FMCG dapat membagikan laba bersih sebagai dividen secara rutin dengan payout ratio yang tinggi.

Di sisi lain, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mengganggu kinerja perusahaan FMCG atau consumer goods, misalnya:

  • Penurunan daya beli masyarakat

Saat ekonomi lesu, konsumen dapat beralih membeli produk dengan harga yang lebih terjangkau (disebut downtrading), sehingga brand equity menjadi kurang relevan.

  • Kenaikan harga komoditas

Dapat menyebabkan penurunan margin laba, terutama jika kenaikan biaya tidak dapat diteruskan ke konsumen dalam bentuk kenaikan harga jual produk. Sebagai gambaran, beban bahan baku berkontribusi sekitar 70-80% dari total beban pokok penjualan (COGS) emiten consumer goods.

  • Persaingan dan perubahan selera konsumen

Risiko terakhir dari consumer goods berkaitan dengan ketatnya persaingan sebagai akibat dari pilihan produk yang sangat beragam. Perusahaan perlu terus berinovasi guna mengikuti perubahan selera konsumen.

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Always do your own research.

Supaya lebih lengkap, kamu juga bisa belajar di Module Sektor Consumer Staples 101 tentang hal-hal penting yang sering kamu pertanyakan saat analisis perusahaan  consumer seperti:

  • Bagaimana model bisnis perusahaan consumer staples?

  • Apa saja karakter unik perusahaan-perusahaan consumer staples?

  • Kenapa satu consumer staples sering memproduksi lebih dari satu brand untuk sebuah produk?

  • Apa saja metrik penting dalam sektor consumer staples?

  • Bagaimana cara menghitung valuasi emiten consumer staples dan apa saja faktor-faktor pertumbuhannya?

Photo by: Stockbit


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ“± Analisis Tren Saham Sektor Teknologi : Bukalapak, GoTo, Grab, Sea dan Emtek by Stockbit Snips

 πŸ‘‹ Stockbitor!

Perkembangan teknologi yang pesat, didukung dengan masifnya konsumsi penggunaan produk dan layanan berbasis internet, menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Maka tidak heran jika sektor teknologi bisa menghasilkan sejumlah perusahaan bernilai tinggi, seperti Apple, Google, Microsoft, Amazon, dan masih banyak lagi.

Layanan teknologi yang ada di Indonesia pun juga begitu. Bahkan beberapa perusahaan yang bergerak di sektor ini sudah bisa dibeli sahamnya oleh masyarakat di Bursa Efek Indonesia. Contohnya seperti saham Bukalapak, saham GoTo (Gojek Tokopedia) atau saham Emtek. 

Emtek Group menjadi pemilik stasiun televisi SCTV dan Indosiar. Selain itu juga memiliki aplikasi Vidio, Kapanlagi, dan juga berinvestasi di Grab Indonesia dan Bukalapak. 

Selain itu, juga terdapat beberapa saham teknologi lain yang terdaftar di pasar saham AS, seperti saham Grab dan saham Shopee (lewat induknya Sea Group).

Tren Saham Teknologi di Indonesia

Saat ini semakin banyak perusahaan teknologi yang melantai di bursa, baik dalam dan luar negeri. Selain itu, konsumsi digital yang melonjak pun membuat saham sektor teknologi menjadi incaran para investor.

Nilai ekonomi internet Indonesia naik dari tahun ke tahun dan diproyeksi akan terus bertumbuh. Pengguna internet pun meningkat pesat. Tercatat terdapat 21,6 juta konsumen digital baru sejak pandemi hingga Juni 2021. 

Menurut Bain, Google, dan Temasek, nilai ekonomi internet Indonesia per 2021 berdasarkan GMV (gross merchandise value) sebesar 70 juta dolar AS, naik drastis dari 40 juta dolar AS pada tahun 2019. Menariknya, angka ini diprediksi akan meningkat menjadi 144 juta dolar AS pada tahun 2030. 

Imbas lonjakan ini pun turut membawa dampak positif pada ekosistem teknologi lain seperti emiten menara telekomunikasi, hardware, logistik, hingga data center. Beberapa contoh saham yang termasuk dalam daftar ini yang dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan pendapatan yang pesat  meliputi perusahaan menara telekomunikasi seperti saham Mitratel (MTEL), saham TBIG, ataupun saham TOWR. 

Tidak hanya  itu, saham data center seperti saham DCII dan  saham logistik seperti saham induk dari layanan Antar Aja, yaitu saham ASSA, juga terkena dampak positif.

Namun, kenaikan inflasi di AS serta kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat,-The Fed membuat valuasi perusahaan teknologi global dan Asia Tenggara turut berdampak. Kenaikan suku bunga ini membuat cost of capital (biaya modal) semakin mahal. Alhasil, perusahaan teknologi terutama yang masih rugi dan butuh pendanaan mengalami penurunan harga saham.

Sebagai contoh, sepanjang tahun 2022 sampai dengan 15 Juni, harga saham Grab turun 65%, harga saham Sea turun 66%, harga saham Emtek turun 28% dan harga saham Bukalapak turun 34%.

Yang berbeda hanyalah saham GoTo (Gojek Tokopedia) yang naik 2% dari IPO pada bulan April silam. 

Walaupun harga saham teknologi banyak yang mengalami penurunan secara global. Sebenarnya, hal ini juga bisa dijadikan sebagai kesempatan untuk membeli saham dengan harga yang lebih wajar. Dengan catatan, kita perlu membeli saham yang berkualitas tinggi sehingga bisa menjadi pemenang di masa depan. 

Hal yang serupa juga sempat terjadi pada perusahaan e-commerce Amazon yang sempat turun 93% pada saat Dot Com Bubble pecah di awal dekade 2000an. Namun, setelah berhasil menjadi pemenang di sektornya, sahamnya saat ini telah berkali-kali melampaui harga sahamnya saat itu. 

Selengkapnya bahasan saham sektor teknologi diulas lebih mendalam di Unboxing Sektor Teknologi. Kamu akan mengetahui dampak pandemi terhadap sektor ini, kebijakan The Fed, perusahaan pemain utama (Bukalapak, GoTo, Grab, Sea dan Emtek), model bisnis, aksi korporasi, data pertumbuhan dan lainnya.

Source: Stockbit

Selain itu, di laporan ini kalian juga terdapat pembahasan yang mudah dimengerti mengenai: 

  • Tren dari industri e-commerce, ride hailing, food delivery, sampai dengan mobile wallet yang dimiliki dari masing-masing perusahaan

  • Tren masuknya pemain e-commerce ke bisnis grocery O2O dengan berkolaborasi dengan peritel supermarket (joint venture BUKA dengan BBHI yang menjadi Allo Fresh, akuisisi Gojek terhadap MPPA, sampai dengan akuisisi Blibli pada saham RANC atau pengelola Ranch Market dan Farmers Market).

  • Kontribusi penjualan e-commerce dari kota kecil diprediksi akan semakin mendominasi penjualan e-commerce, yang tercermin dari maraknya pemain digital dalam memasuki bisnis mitra. (Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Mitra Shopee, Grab Kios, dll)

  • Aksi korporasi pada setahun terakhir telah mengubah peta kepemilikan e-wallet yang

  • dimiliki ekosistem teknologi terbesar di Indonesia (merger Gojek dan Tokopedia,penjualan sebagian saham Dana oleh Emtek, pembelian sebagian saham OVO oleh pemilik Emtek, investasi grup Sinarmas pada Dana. 

Selain itu, kamu juga bisa tahu: 

  • Platform digital apa yang paling lama digunakan oleh masyarakat

  • Platform digital apa yang memiliki paling banyak pengguna aktif bulanan (monthly active user)

  • Berapa lama platform digital bisa bertahan di industri apabila terus merugi seperti saat ini, dengan cash yang dimilikinya (runway)

  • Perbandingan valuasi atau mahal-murah saham teknologi di Indonesia apabila dibandingkan dengan perusahaan serupa di luar negeri 

  • Saham e-commerce dan food delivery apa saja yang sudah mengalami keuntungan di luar negeri

Lantas, bagaimana tren industri teknologi di masa depan? Simak analisis lengkapnya di Unboxing Saham: Sektor Teknologi sekarang!

Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Always do your own research.


Selain itu, kamu juga bisa belajar di Module Sektor Teknologi 101 tentang hal-hal penting yang sering kamu pertanyakan saat analisis perusahaan teknologi seperti:

  • Banyak perusahaan teknologi jadi perusahaan paling bernilai di dunia. Kok bisa?

  • Perusahaan teknologi rela bakar uang dan rugi di fase awal. Buat apa, sih?

  • Rahasia perusahaan teknologi tetap beroperasi dan ekspansi meski sering bakar uang.

  • Enggak sedikit perusahaan teknologi yang bangkrut. Lantas, apa kunci suksesnya?

  • Bagaimana sih cara hitung valuasi perusahaan teknologi mahal atau enggak?

  • Prospektus IPO perusahaan teknologi ratusan halaman. Apa saja yang perlu diperhatikan?

Photo by: Stockbit


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸͺ™ Analisis Sektor Perbankan: Saham BBCA, BMRI, BBRI, BBNI, dan Saham Bank Lainnya by Stockbit Snips

 πŸ‘‹ Stockbitor!

Stockbit Academy merilis Unboxing Sektor Perbankan. Di Unboxing Sektor Perbankan ini, kita bisa mendapatkan rangkuman laporan performa beberapa emiten di sektor perbankan.

Sektor perbankan adalah sektor yang termasuk di dalam Sektor Finance (yang berisikan keuangan & perbankan). Beberapa perusahaan yang bergerak di sektor ini sudah bisa dibeli sahamnya oleh masyarakat di Bursa Efek Indonesia. Contohnya seperti saham Bank Central Asia (Saham BBCA), saham Bank Rakyat Indonesia (Saham BBRI), saham Bank Mandiri (Saham BMRI), dan saham Bank BNI (Saham BBNI). 

Selain bank-bank besar tersebut, sektor perbankan juga sempat menjadi perbincangan hangat di kalangan investor akibat kemunculan emiten-emiten bank digital di bursa. Beberapa bank digital yang sudah melantai dan dapat dibeli sahamnya oleh masyarakat adalah saham Bank Jago (Saham ARTO) dan saham Bank Neo Commerce (Saham BBYB). Meskipun Bank Digital fokus membangun new economy dengan berkolaborasi dan membentuk ekosistem, Bank tradisional juga ikut berkolaborasi dengan fintech dan mengembangkan digital channel

 Saham-saham di sektor perbankan memiliki bobot hingga ~40% dari Market Cap IHSG. Hal ini juga didukung dimana 5 dari 10 top market cap IHSG berasal dari sektor perbankan. Lima emiten tersebut adalah Bank BCA (BBCA), Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Jago (ARTO), dan Bank BNI (BBNI).

Bisnis Model Perbankan

Bisnis model sektor perbankan meliputi:

  1. Menghimpun dana dari masyarakat, yang dinamakan sebagai dana pihak ketiga (DPK)

  2. Dari dana tersebut, bank akan memberikan bunga. Bunga yang diberikan kepada nasabah akan menimbulkan beban bunga bagi bank (cost of fund)

  3. Dari dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat, bank akan menyalurkan pinjaman (kredit)

  4. Dari pinjaman tersebut, bank akan mendapatkan bunga. Bunga yang diterima dari nasabah yang meminjam dari bank akan menjadi pendapatan bunga bagi bank (interest income)

  5. Selisih dari pendapatan bunga dengan beban bunga di bank dinamakan sebagai pendapatan bunga bersih (net interest income)

Selain dari pendapatan bunga bersih, bank juga bisa mendapatkan pendapatan dari non-bunga (non-interest income). Pendapatan non-bunga ini juga bisa disebut sebagai fee based income, dapat berasal dari biaya, komisi, trading, dan lain-lain.


Kategori Saham di Sektor Perbankan

Di antara sektor perbankan di Indonesia, terdapat beberapa kategori. Pada riset Unboxing Sektor Perbankan ini, Stockbit membagi kategori perbankan menjadi 3:

1.Big 4 Bank

Big 4 bank terdiri dari 4 bank terbesar di Indonesia dengan posisi yang kuat, dimana keempat bank tersebut menguasai ~25% kapitalisasi pasar IHSG. Kategori ini terdiri dari Saham BBCA, Saham BBRI, Saham BMRI, dan Saham BBNI. Saham BBCA memiliki market cap sebesar 995,4 triliun rupiah. Hal ini membuat Saham BBCA menjadi saham bank dengan market cap terbesar di antara bank lainnya.

2. Challenger Banks

Kategori ini terdapat bank-bank swasta yang termasuk di mid cap/second tier, yang di filter dengan kriteria total aset & market cap. Kategori ini memiliki potensi dan room for growth yang besar dibanding incumbent. Bank yang termasuk dalam kategori ini adalah saham Bank Mega (Saham MEGA), saham Bank CIMB Niaga (Saham BNGA), saham Bank Danamon (Saham BDMN), dan saham Bank BTPN (Saham BTPN).

3. Bank Digital

Kategori ini berisikan bank-bank digital. Bank digital muncul belakangan ini dengan mengedepankan layanan digital dan tanpa cabang, berbeda dengan bank konvensional yang biasanya memiliki cabang. Bank digital berpotensi meraih market share dari market underbanked yang belum di tap oleh incumbent. Bank yang termasuk dalam kategori ini adalah saham Bank Jago (Saham ARTO), saham Allo Bank (Saham BBHI), saham Bank Aladin Syariah (Saham BANK), dan saham Bank Neo Commerce (Saham BBYB).

Selain dari kategori-kategori ini, masih ada beberapa kategori lainnya di sektor perbankan seperti bank daerah (contohnya: saham bank Jatim atau BJTM dan saham bank Jawa Barat atau BJBR) dan bank syariah (contohnya: saham bank BSI atau BRIS, Bank BTPN Syariah atau BTPS)

Unboxing Sektor perbankan

Lantas, bagaimana detail kinerja operasional, finansial, dan valuasi dari saham-saham di sektor perbankan? Analisis selengkapnya bisa langsung kamu baca di Unboxing Sektor Perbankan!

Pada Unboxing Sektor Perbankan, kita bisa belajar banyak dan mendapatkan rangkuman laporan performa emiten di sektor bank meliputi:

  • Model bisnis perbankan, sekilas tentang bisnis perbankan

  • Dampak Pandemi Covid-19 terhadap sektor perbankan

  • Tren industri dan perkembangan digital pada industri perbankan

  • Profil dan performa perusahaan perbankan di Indonesia, termasuk Big 4, Challenger, dan Bank Digital. Seperti Bank BCA (saham BBCA), Bank CIMB Niaga (saham BNGA), dan Bank Neo Commerce (saham BBYB).

  • Faktor-faktor makro yang mempengaruhi perbankan, termasuk efek dari suku bunga dan tapering The Fed terhadap likuiditas bank

  • Perbedaan mengenai bank konvensional (tradisional) dengan bank digital

Simak Unboxing Sektor Perbankan di sini.

Source: Stockbit

Selain itu, kamu juga bisa belajar di Module Sektor Perbankan 101 tentang hal-hal penting yang perlu kamu perhatikan dan yang sering ditanyakan saat analisis perusahaan perbankan seperti:

  • Model bisnis di sektor perbankan, termasuk perbedaan bank konvensional dan digital

  • Faktor makroekonomi penting yang memengaruhi sektor perbankan

  • Rasio dan metrik penting di sektor perbankan (dari Net interest Margin/NIM sampai dengan Non Performing Loan/NPL)

  • Cara valuasi saham perbankan

Photo by: Stockbit


Emiten Talk: Banking Series

Saksikan juga bincang bersama manajemen dari sejumlah perusahaan bank di Emiten Talk: Banking Series di Youtube Stockbit yang membahas:

  • Strategi masing-masing bank ke depannya

  • Aksi korporasi yang direncanakan

  • Kinerja 2021 serta target ke depannya

Emiten yang diundang adalah Bank Jago (Saham ARTO), Bank Neo Commerce (Saham BBYB), Bank BNI (Saham BBNI), dan Bank Mandiri (Saham BMRI)


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

🏠 Analisis Tren Saham Sektor Properti: CTRA, BSDE, PWON, dan SMRA by Stockbit Snips

 πŸ‘‹ Stockbitor!

Sektor properti adalah sektor yang krusial di hidup kita karena sektor ini secara tidak langsung menyediakan semua kebutuhan kita, mulai dari kebutuhan primer hingga tersier.

Pasalnya, perusahaan di sektor ini secara langsung menyediakan β€œpapan” atau tempat tinggal; baik dalam bentuk perumahan, apartemen, ataupun hotel. Properti juga mencakup pusat perbelanjaan, kawasan industri, hingga tempat wisata.

Di Indonesia sendiri banyak sekali perusahaan properti yang sahamnya bisa dibeli Bursa Efek Indonesia (BEI), termasuk saham CTRA (Ciputra Development), saham BSDE (Bumi Serpong Damai), saham PWON (Pakuwon Jati), saham SMRA (Summarecon Agung).

PT Ciputra Development Tbk adalah perusahaan properti yang mengembangkan lebih dari 82 proyek di 34 kota di Indonesia. Proyek ini termasuk perumahan dengan merek CitraLand, CitraGarden, dan CitraRaya serta mall dengan merek Ciputra World dan Ciputra Mall.

Sedangkan, PT Bumi Serpong Damai Tbk ($BSDE) merupakan anak usaha grup Sinarmas yang mengembangkan BSD City, Grand Wisata, dan Kota Wisata. $BSDE hadir di sembilan kota besar dan juga memiliki beberapa superblock seperti Mangga Dua, Roxy Mas, hingga ITC.

PT Pakuwon Jati Tbk adalah perusahaan properti yang mengoperasikan banyak mall, seperti Kota Kasablanka, Gandaria City, Tunjungan Plaza, sampai dengan  Hartono Mall Yogyakarta & Solo. 

PT Summarecon Agung Tbk merupakan perusahaan properti yang telah mengembangkan banyak perumahan serta mall di daerah tersebut, seperti Summarecon Kelapa Gading, Serpong dan Bekasi.

Selengkapnya bahasan saham sektor properti diulas lebih mendalam di Unboxing Sektor Properti. Kamu akan mengetahui dampak pandemi terhadap sektor ini, tren yang sedang mempengaruhi saham properti, perusahaan pemain utama (BSDE, CTRA, PWON, SMRA), model bisnis, aksi korporasi, data pertumbuhan dan lainnya.

Photo by: Stockbit

Lalu, bagaimana tren saham sektor properti saat ini?   

Dengan adanya pandemi Covid-19, saham properti sempat mengalami tekanan. Pasalnya, kinerja keuangan perusahaan properti juga terimbas. Pada tahun 2020, laba bersih BSDE (Bumi Serpong Damai) turun 89,9%, sedangkan PWON (Pakuwon Jati) turun 65,8%, SMRA (Summarecon Agung) turun 65,1%. Hanya CTRA (Ciputra Development) yang mengalami peningkatan sebesar 14,1%. 

Tidak hanya itu, marketing sales perusahaan properti juga tertekan. Marketing sales 2020 PWON berkontraksi -31,7%, sedangkan SMRA sebesar -20% dan CTRA -17,7%. Di sisi lain, BSDE naik tipis +0,2%. 

Hal ini didorong keadaan ekonomi yang tidak menentu selama tahun 2020 di masa pandemi, yang membuat orang menunda pembelian rumah dan apartemen. Bahkan, ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang negatif, yaitu -2,07% pada tahun 2020. 

Selain itu, keadaan pandemi juga membuat perusahaan tidak bisa melakukan launching event dan show unit secara normal. Progres konstruksi properti pun tersendat dengan adanya pembatasan aktivitas sosial

Di sisi lain, perusahaan properti pengelola mal juga harus memberikan kompensasi penundaan pembayaran maupun diskon sewa kepada tenant, di tengah penurunan jumlah pengunjung, pembatasan kapasitas, dan bahkan penutupan mall di saat pandemi. 

Namun, adanya berbagai insentif seperti PPN 0%, penurunan suku bunga dan pemulihan aktivitas ekonomi membantu perusahaan properti untuk pulih.

Pasalnya, PPN 0% bisa membuat pajak properti turun, sehingga total harga rumah yang dibayarkan pembeli menurun. Hal ini bisa membuat permintaan untuk properti terkerek. Sedangkan, penurunan suku bunga yang turun bisa membuat bunga KPR lebih murah, sehingga permintaan untuk properti bisa meningkat. 

Tidak hanya itu, tingginya harga komoditas telah membuat adanya commodity boom. Hal itu juga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia naik, yang kemudian bisa membuat permintaan properti, yang juga bergantung pada daya beli masyarakat, meningkat. 

Pada tahun 2021, marketing sales dari CTRA, PWON, BSDE, dan SMRA semua mengalami kenaikan double digit.  Hal ini pun juga mendorong pemulihan harga saham perusahaan properti. 

Namun, kedepannya, apakah perusahaan properti bisa meneruskan pertumbuhan nya? 

Cari tahu dengan baca Unboxing Saham: Sektor Properti di Stockbit dan ketahui mengenai: 

  • Tren diskon PPN yang diperpanjang, namun walau diperkecil menjadi 50% untuk rumah dengan harga <2 miliar (dari 100%) dan 25% untuk yang berharga 2-5 miliar (dari 50%) 

  • Tren kenaikan suku bunga The Fed di Amerika Serikat, yang berpotensi diikuti oleh Bank Indonesia, sehingga bisa membuat bunga KPR bisa kembali meningkat  

  • Dampak pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) baru dan perusahaan yang berpotensi diuntungkan

  • Perbandingan performa finansial dan operasional emiten properti di Indonesia (marketing sales, land bank, pertumbuhan pendapatan, sampai rasio valuasi seperti P/E dan P/BV).

  • Karakteristik unik emiten properti di Indonesia 

  • Aksi korporasi yang dilakukan oleh BSDE, CTRA, SMRA, dan PWON 

  • Tren lain yang mempengaruhi sektor properti

Yuk pelajari Sektor Properti di Stockbit Academy

Photo by: Stockbit


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ₯ Bedah Saham Rumah Sakit: HEAL, SILO, MIKA. Mana yang Paling Sehat? by Stockbit Snips

 πŸ‘‹ Stockbitor!

Kinerja saham emiten rumah sakit pada awalnya sempat terkena dampak pandemi Covid-19. Volume pasien turun cukup signifikan, baik pasien rawat inap (inpatient) maupun pasien rawat jalan (outpatient). Hal ini lantaran orang mengurangi frekuensi kunjungan ke rumah sakit karena takut tertular coronavirus.

Di tiga saham rumah sakit terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni Rumah Sakit Hermina (saham HEAL), Mitra Keluarga (saham MIKA), dan Siloam (saham SILO), jumlah hari rawat inap (inpatient days) turun antara -33% hingga -44% pada 2Q20 dibandingkan 1Q20 atau sebelum pandemi. Bahkan, kunjungan rawat jalan turun lebih dalam di kisaran -52% hingga -54% pada periode tersebut.

Namun, pemulihan volume pasien terjadi cukup cepat, khususnya pada pasien rawat inap. Meskipun dari segi jumlah pasien yang masuk (inpatient admission) masih di bawah periode sebelum pandemi, pada 1Q21 jumlah hari rawat inap sudah mendekati level pra-pandemi. Hal ini tidak terlepas dari perawatan pasien Covid-19 yang umumnya membutuhkan rawat inap secara intensif. 

Selain mendorong cepatnya pemulihan volume pasien, perawatan terkait Covid-19 juga mendorong pendapatan emiten rumah sakit. Seperti disebutkan sebelumnya, volume pasien belum sepenuhnya pulih. 

Akan tetapi, rata-rata pendapatan per hari rawat inap di tiga rumah sakit terbesar justru terus meningkat, yakni dari Rp 3 juta per hari rawat inap pada 1Q20 (pra-pandemi), naik +18% menjadi Rp3,5 juta per hari pada 2Q20 (awal pandemi), dan naik +40% menjadi Rp4,9 juta per hari pada 1Q21.

Jadi, pandemi Covid-19 yang awalnya berdampak pada turunnya volume pasien, sebenarnya justru menjadi pendorong kinerja saham emiten rumah sakit, setidaknya dalam jangka pendek. Pendapatan dan laba bersih tumbuh puluhan bahkan ratusan persen dan mencapai all-time high. Laba SILO melesat +134% menjadi Rp116 M pada 2020, berbalik dari rugi Rp339 M pada 2019. HEAL dan MIKA masing-masing membukukan laba Rp473 M (+85%) dan Rp842 M (+15%).

The Big 3 Saham Rumah Sakit

Berikut ini ringkasan mengenai 3 saham rumah sakit terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1. Rumah Sakit Hermina (HEAL)

Rumah Sakit Hermina adalah salah satu jaringan rumah sakit swasta terbesar di Indonesia. Per Maret 2022, HEAL mengelola 44 rumah sakit yang tersebar di 28 kota seluruh Indonesia dengan total kapasitas 6.063 tempat tidur.

HEAL dikenal memiliki pelayanan terdepan di bidang perawatan ibu (obstetri dan ginekologi) dan anak (pediatri). Perseroan juga merupakan salah satu rumah sakit swasta yang paling awal mengadopsi JKN, sehingga 50-60% pasien HEAL berasal dari peserta BPJS Kesehatan.

HEAL menerapkan model bisnis kemitraan dengan dokter spesialis untuk melakukan ekspansi rumah sakit baru. Nantinya, para dokter tersebut dapat memiliki saham di rumah sakit tersebut.

Sejak IPO pada 2018, HEAL terus melakukan ekspansi dan mencatatkan pertumbuhan yang baik. Sebagai gambaran, pada 2018 pendapatan mencapai Rp3,06 T dan pada 2021 pendapatan telah mencapai Rp5,8 T, menunjukkan tingkat pertumbuhan majemuk (CAGR) sebesar +23,9%. Sejalan dengan itu, laba bersih melesat dengan CAGR +100,5% dari Rp124 M pada 2018 menjadi Rp1,0 T pada 2021.

HEAL juga aktif menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak. Pada Maret 2021, Quadria Capital, perusahaan private equity di bidang kesehatan di Asia, juga telah masuk sebagai pemegang saham minoritas HEAL. Pada April 2022, giliran Astra (ASII) yang masuk menjadi pemegang saham HEAL melalui skema private placement senilai Rp45 M (sebanyak 30 juta saham atau kepemilikan 0,2%). Bahkan, per Juni 2022, kepemilikan Astra di HEAL sudah mencapai 809,5 juta saham atau setara 5,43%.

2. Siloam (SILO)

Siloam dimiliki oleh Grup Lippo melalui induk usaha Lippo Karawaci (LPKR) bersama dengan private equity CVC Capital Partners dan Marubeni Group. Per Maret 2022, Siloam mengelola 41 rumah sakit yang tersebar di 28 kota seluruh Indonesia dengan total kapasitas 3.941 tempat tidur. Dibandingkan kompetitor, sebaran Rumah Sakit Siloam paling luas, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, hingga Maluku.

Beberapa layanan unggulan SILO di antaranya di bidang onkologi (kanker), neurologi (syaraf), kardiologi (jantung), fertilitas, dan transplantasi ginjal. Sebagian besar pasien SILO (81,4% per 1Q22) adalah private patient yang membayar mandiri (out of pocket) atau ditanggung oleh asuransi, sedangkan porsi pasien BPJS sebesar 15,7%.

SILO juga memiliki tarif yang relatif lebih premium. Hal ini terlihat dari pendapatan per hari rawat inap yang mencapai Rp6,7 juta per hari pada 1Q22 (+42% vs 1Q20), lebih tinggi dibandingkan MIKA ataupun HEAL. Pendapatan per kunjungan rawat jalan juga tinggi, yakni Rp1,3 juta per kunjungan (+33% vs 1Q20).

Meskipun memiliki tarif dan pendapatan lebih tinggi, profitabilitas SILO relatif tertinggal. Sebelum 2021, margin laba bersih SILO kurang dari 3%. Bahkan, SILO membukukan rugi Rp339 M pada 2019, meskipun pendapatan tumbuh +17,7% YoY menjadi Rp7 T. Namun, sejak 3Q20 mulai terlihat perbaikan pada kinerja SILO, yang mana margin laba mulai mengalami kenaikan.

3. Mitra Keluarga (MIKA)

Mitra Keluarga adalah bagian dari Grup Kalbe (KLBF). Per Maret 2022, MIKA mengelola 26 jaringan rumah sakit yang tersebar di Pulau Jawa, mayoritas berlokasi di Jabodetabek dan Surabaya, dengan total kapasitas 2.328 tempat tidur.

MIKA menerapkan model bisnis yang berfokus di area Jabodetabek dan Surabaya yang dianggap memiliki populasi besar, tingkat pendapatan tinggi, dan ketersediaan tenaga medis terbesar di Indonesia. Oleh karena itu, 20 dari 26 (77%) rumah sakit MIKA terletak di dua are tersebut.

MIKA mengakuisisi Kasih Group pada 2017 yang sebagian besar melayani pasien BPJS Kesehatan. Namun, secara konsolidasi proporsi pasien JKN MIKA baru sekitar 16% per 1Q22.

MIKA dikenal sebagai rumah sakit yang memiliki kinerja efisien dan tingkat profitabilitas paling tinggi dibandingkan kompetitor. Margin laba kotor MIKA terus meningkat dalam 3 tahun terakhir, dari 47,9% pada 2019, 49,5% pada 2020, dan 52% pada 2021. Sejalan dengan itu, margin laba bersih juga meningkat dari 22,8% pada 2019 menjadi 28,2% pada 2020.

Selain itu, MIKA juga memiliki posisi keuangan (neraca) yang sangat solid. Per akhir Maret 2022, MIKA memiliki kas Rp1,76 T dengan utang berbunga nihil (net cash). 

Selain The Big 3 HEAL, MIKA, SILO, semakin banyak konglomerat lain di Indonesia yang mulai melirik dan terus berekspansi di sektor kesehatan. Emtek, misalnya, mengakuisisi OMNI Hospitals (SAME), yang kemudian di-rebranding menjadi EMC Healthcare. SAME kemudian mengakuisisi RS Grha Kedoya (RSGK) yang baru IPO.


Pembahasan selengkapnya tentang analisis saham rumah sakit bisa diakses di Unboxing Sektor Kesehatan di Stockbit Academy ya.

Photo by: Stockbit

Peluang dan Tantangan Saham Rumah Sakit dalam Jangka Panjang

Jika pandemi menjadi booster kinerja saham rumah sakit dalam jangka pendek, lantas bagaimana prospeknya ke depan? Apakah masih menarik, mengingat pandemi sudah mulai terkendali menuju endemi? Mari kita ulas beberapa faktor yang dapat menjadi driver kinerja saham rumah sakit dalam jangka panjang.

  • Jumlah penduduk besar

Menurut proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia dapat mencapai 294 juta jiwa pada 2030. Pertumbuhan jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan dan kebutuhan atas fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

  • Sektor kesehatan masih underpenetrated

Meskipun potensi pasarnya besar, penetrasi sektor kesehatan masih cukup rendah. Merujuk data World Bank per 2017, rasio jumlah tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk hanya 1,04. Angka ini masih di bawah rata-rata dunia di 2,9 dan tertinggal dibandingkan negara tetangga.

  • Penduduk kelas menengah terus bertambah

World Bank dalam laporan berjudul β€œAspiring Indonesia: Expanding the Middle Class” pada 2020 menyebutkan bahwa sekitar 1 dari 5 orang Indonesia (total 52 juta jiwa) adalah kelas menengah. Mereka cenderung memiliki kesadaran akan kesehatan yang lebih tinggi.

Namun, tantangan di sektor kesehatan juga tidak kalah besar dibandingkan dengan potensinya. Beberapa di antaranya:

  • Belanja kesehatan rendah

Pengeluaran untuk kebutuhan kesehatan penduduk Indonesia hanya $112 per kapita per tahun (per 2018), sedangkan belanja kesehatan pemerintah hanya 2,87% dari PDB (per 2018). Kedua angka tersebut masih jauh tertinggal dari rata-rata dunia dan negara tetangga. 

Rendahnya belanja kesehatan pemerintah dapat berarti pembangunan dan pemerataan infrastruktur kesehatan di pelosok-pelosok negeri menjadi lambat. 

  • Ketersediaan dan sebaran tenaga medis

Sebaran tenaga medis, terutama dokter spesialis, masih belum merata. Hanya ada 10 provinsi di Indonesia yang memiliki rasio dokter spesialis per 1.000 penduduk di atas rata-rata nasional, dengan rasio tertinggi di DKI Jakarta.

  • Pemerataan infrastruktur layanan kesehatan

Selain SDM yang tidak merata, sebaran fasilitas pelayanan kesehatan juga masih cukup timpang. Dari 2.925 rumah sakit di Indonesia, sekitar 50% atau 1.463 terdapat di Pulau Jawa.

Salah satu upaya untuk mengatasi kendala akses layanan kesehatan yakni melalui penggunaan teknologi informasi, misalnya telemedicine. Bain & Company pada 2019 memperkirakan bahwa penggunaan telemedicine akan meningkat signifikan dalam 5 tahun ke depan. McKinsey juga mencatat penggunaan telemedicine di Indonesia  meningkat hingga 35% selama pandemi.

Selain itu, untuk semakin meningkatkan investasi rumah sakit, pemerintah telah memberikan relaksasi batas kepemilikan asing di rumah sakit dari awalnya hanya 67% (70% untuk investor dari ASEAN) menjadi 100%. Dengan syarat, rumah sakit yang dimiliki investor asing memiliki kapasitas minimal 200 tempat tidur (rumah sakit tipe B).


Disclaimer: Konten dibuat untuk tujuan edukasi dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Always do your own research.


Copyright 2021 Stockbit, all rights reserved. Anda menerima email ini karena terdaftar sebagai akun aktif di Stockbit atau telah daftar melalui website Stockbit / Stockbit Snips.


Disclaimer: 

Email ini dikirim oleh PT Stockbit Sekuritas Digital (β€œStockbit”), Perusahaan efek yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Informasi di dalam email ini bersifat rahasia dan hanya ditujukan bagi Nasabah yang menggunakan Stockbit dan menerima email ini. Dilarang memperbanyak, menyebarkan, dan menyalin informasi rahasia ini kepada pihak lain tanpa persetujuan Stockbit. 

Semua konten dalam email ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu. Always do your own research

Selanjutnya, Semua keputusan investasi nasabah mengandung risiko dan adanya kemungkinan kerugian atas investasi tersebut. Seluruh risiko investasi bukan merupakan tanggung jawab Stockbit melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing nasabah.

Domain resmi Stockbit adalah β€œhttps://stockbit.com/” dan semua informasi yang dikirimkan oleh kami akan menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit dan/atau alamat email yang diakhiri β€œ@Stockbit.com” Semua pemberian Informasi Rahasia kepada pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit namun tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit merupakan tanggung jawab pribadi pihak pemilik Informasi Rahasia dan kami tidak bertanggung jawab atas setiap penyalahgunaan Informasi Rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengatasnamakan Stockbit yang tidak berasal dari atau tidak menggunakan platform resmi aplikasi Stockbit.

πŸ—Ό Unboxing Sektor : Menara Telekomunikasi by Stockbit Snips

 πŸ‘‹ Stockbitor!

Stockbit Academy baru saja merilis Unboxing Sektor Menara Telekomunikasi yang membahas dinamika industri menara di Indonesia seperti:

  • Model Bisnis dan Tren Industri Menara

  • Perusahaan yang Bergerak di Industri Menara

  • Karakteristik Perusahaan Menara

  • Sederet Aksi Korporasi Perusahaan Menara pada 1 Tahun Terakhir

Photo by: Stockbit

Selain itu, pada edisi kali ini Stockbit Academy juga menyajikan peforma keuangan beberapa perusahaan menara telekomunikasi di Indonesia seperti  Daya Mitra Telekomunikasi ($MTEL),  Sarana Menara Nusantara ($TOWR), dan Tower Bersama Group ($TBIG).

Selain itu, Unboxing ini juga akan membandingkan rasio yang relevan untuk perusahaan menara seperti;

  • Jumlah Menara dan Tenant

  • Debt to Equity Ratio (DER)

  • Net Debt / EBITDA